All Chapters of MENANTU JENDERAL NAGA EMAS: Chapter 81 - Chapter 90
188 Chapters
81. Dokter Joe tahu ramuan itu
Dokter Joe terperangah saat melihat Jenderal Naga Emas di sana. “Yang Mulia Jenderal Naga Emas, kenapa bisa ada di sini? Jadi, Anda mengenal Tuan Bryan Rockefeller?”Alexander tersenyum ramah dan menjawab, “Ya, aku mengenal Bryan Rockefeller. Kedatanganku ke sini untuk menjenguk dia dan memastikan kondisi fisiknya bisa disembuhkan dengan cepat.”Namun, Petric si perawat baru ini tertawa riang lalu mencebik, “Haha. Dokter Joe, kenapa kau malah begitu menghormati orang ini padahal dia sangat aneh. Tidak sepantasnya dokter seperti mu hormat pada dia sementara aku saja jijik rasanya. Apalagi dari tadi tidak tahu bentuk wajahnya seperti apa? Apa mungkin dia teroris yang mengangganggu?”Menyaksikan begitu kurang ajarnya si perawat, Dokter Joe naik pitam tapi tidak mungkin dia menampar wajah si perawat ketika dia sedang bekerja. “Petric! Hentikan! Bicara apa kau barusan sama Jenderal Naga Emas?”Petric menggosok lobang hidungnya yang tak gatal sambil memicingkan sebelah mata. “Aku tidak perc
Read more
82. Alexander meracik ramuannya lagi
Dokter Joe yang tadi wajahnya begitu emosi ketika mengawasi Petric, kini berubah jadi penasaran saat menatap mata Alexander. Sambil berdecak kagum dia berkata, “Ramuan ini sangat langka. Jarang orang yang bisa membuatnya. Dan orang pertama yang meraciknya adalah Dokter sekaligus pemilik rumah sakit ini, Dokter James Crick. Jenderal, aku salut pada mu karena kau bisa meraciknya.”Petric terbelalak. “Itu tadi obat ramuan sepertinya dibuat oleh Dokter James Crick?” Dia memegangi wajahnya sambil bersimpuh, menyesali atas apa yang barusan dia perbuat.Namun, penyesalan Petric jelas tidak berguna.Dokter Joe terpana. “Jenderal, aku tahu kau hebat dalam militer, tapi aku tidak menyangka kau bisa meracik ini. Banyak orang di rumah sakit ini dan rumah sakit lainnya, serta peneliti di kampus-kampus, tidak bisa melakukannya. Hanya Dokter James Crick dan segelintir muridnya yang bisa meracik ramuan herbal dengan berbagai fungsi ini. Aku tidak menyangka kalau kau juga bisa meraciknya.”Alexander t
Read more
83. Kode tentang orang yang dimaksud
Gabriella cukup kesal dan marah sama ayahnya setelah pertemuan menyebalkan antara dirinya dan Tony, sebagai balasannya dia tidak akan pernah lagi bertemu dengan Tony bagaimana pun ceritanya.Sementara Pablo yang sangat mencintai putrinya, tentu merasa bersalah kenapa hal seperti itu bisa terjadi dan parahnya hampir saja membahayakan nyawa putrinya tersebut. Namun, dia tidak bisa pula marah sama Tony karena bagaimana pun dia akan tetap butuh sama Tony.Meski Pablo berulang kali meminta maaf dan Gabriella memang memaafkan, hanya saja kekesalan Gabriella belum juga reda setelah hampir dua puluh empat jam.Kendati begitu, ada penengah yang berupaya mencairkan suasana. Seperti biasa, Winnie akan melakukan jilatan terhadap suaminya selepas dari peristiwa Martin Scott keponakannya si Letnan Dua yang menyayat hati, kini dia ada ide baru untuk kembali merebut hati suaminya. Ide tentang Gavin putra kandungnya yang kira-kira bisa menolong suaminya pun digaungkan kembali, berharap dengan ini nant
Read more
84. Bertemu Sophie, teman lama
“Sebagaimana sudah kubilang sebelumnya bahwa Gavin tidak mungkin bisa mengambil hati Tony demi mewujudkan apa yang Ayah inginkan,” sambung Alexander dingin, sedingin es. “Sebaiknya Ayah pikir-pikir lagi. Apalagi Tony barusan ada masalah dengan adiknya sendiri. Kehadiran Gavin aku kira tidak bakal berguna.”Tiba-tiba Winnie lekas memotong, “Bagaimana kalau putraku berhasil? Apa yang bisa kau lakukan kalau dia berhasil ha?”“Aku tida mau bertaruh.”“Berarti kau takut!” sentak Winnie buru-buru. “Masukan dari mu tidak mungkin kami terima. Sudahlah. Pergilah!” usir Winnie memberengut kesal.Kemudian Alexander melangkahkan kaki menuju kamar tidur selepas dari itu.Tadi, dia membeli kalung berlian Tiffany Empire seharga dua puluh juta dollar untuk dihadiahkan kepada istrinya.Ini adalah barang termahal yang pernah Alexander berikan kepada istrinya semenjak dia mengenalnya. Bahkan maskawin yang dia berikan saja harganya tidak lebih dari lima ribu dollar.Hadiah mahal dan mewah layak diberikan
Read more
85. Sophie menderita setelah perang
Semua penonton berduyun-duyun keluar dari gedung teater dengan pikiran yang bermacam-macam soal pertunjukan barusan.Namun, Alexander pun punya pikiran tersendiri. Sophie bukan hanya teman kampus, tapi juga tetangga dekat. Bisa jadi Sophie tahu tentang keberadaan orang tuanya sekarang.Alexander memberanikan diri masuk ke belakang panggung tanpa rasa canggung sedikit pun.“Sophie, apa kabar?” sapa Alexander dengan wajah penuh keakraban.Melihat pria tampan di hadapannya yang tiba-tiba saja menyapanya, Sophie tertegun sambil merapikan rambutnya yang pendek sebatas pundak, secara tentara wanita memang punya rambut demikian.Cukup lama dia memperhatikan wajah Alexander. Dia berkata terbata dan ragu. “Alex? Alex Luther?” Sophie mengangkat alisnya sedikit ke atas dan fokus meneliti wajah Alexander.Alexander mengangguk sekali. “Ya, benar. Aku Alex Luther, tetangga sekaligus teman kampus mu.”Sophie sebenarnya ingin mengganti busananya tapi tidak jadi, lalu melangkah pendek dan masih saja m
Read more
86. Alexander dan Sophie hampir senasib
Keji, keji sekali.Pemerintah tidak menunaikan janji mereka sebagaimana mestinya.Seharusnya pejuang seperti Sophie mandapatkan bayaran sebagai orang yang telah ikut dalam wajib militer serta juga mendapatkan santunan setelah kepergian semua keluarganya.“Sepeser pun aku tidak menerima uang. Parahnya, pas aku pulang setelah berperang, rumahku kena rampok.”Tragis.Kemarahan di dada Alexander meledak. Dalam hati, dia bersumpah akan mencari para pelaku dan siapa pun yang terlibat dalam masalah ini. Jika Presiden yang bermasalah, dia yang akan turun tangan.Alexander merasa kasihan, lalu meminta nomor rekening atau nomor dompet digital punya Sophie.“Untuk apa, Alex? Lagi pula, aku sudah tidak punya apa pun.”Perih rasanya.Alexander menghela napas panjang kemudian mengeluarkan semua uang yang ada di dompetnya. Mesin ATM cukup jauh di sini.Alexander tidak menghitungnya lagi. “Ambil lah untuk keperluan hidup mu. Jika kurang, kau bisa meminta lagi padaku.” Dia juga memberikan nomor ponsel
Read more
87. Pahlawan bertopeng datang
“Kita akan lanjutkan obrolan kita nanti, Sophie. Aku harus pergi sekarang juga,” kata Alexander sambil mengambil sesuatu yang terkapar di sana, lalu bergegas pergi menuju lokasi yang baru saja dikirimkan oleh Gabriella.Ketika berada dalam perjalanan, Alexander menepak setir dengan marah. “Kurang ajar! Ini lokasi yang sepi dan menakutkan!”***Lagi dan lagi, Martin berulah. Sengaja dia menyuruh orang untuk mengganggu Gabriella. Entah bagaimana caranya, sekarang Gabriella terdesak dan tidak tahu harus berbuat apa. Yang ada di pikirannya saat itu adalah mengirimkan titik lokasi keberadaan kepada Alexander. Tapi, dia pun tidak sepenuhnya yakin kalau Alexander bakalan datang dan menolongnya.Ada kepasrahan pada dirinya meskipun keinginan untuk selamat itu jelas ada juga.Tiga pria jahat sudah siap akan memperkosanya.Gabriella kesal sama Alexander. Dia sudah beli tiket tapi karena Alexander tidak pulang tepat waktu, terpaksa dia pergi sendirian. Kalau saja tadi mereka pergi berdua, mungki
Read more
88. Si topeng badut rupanya lucu
Gabriella tersentak kaget, lalu bergumam kecil, “Kau pria bertopeng yang tadi tampil di pentas. Kenapa bisa ada di sini?”“Sial!” Gabriella meracau karena kecewa. “Seharusnya yang datang Jenderal Naga Emas, kenapa malah si badut ini? Apa dia bisa membantuku? Atau parahnya, dia malah bagian dari para penjahat.”Harapan Gabriella adalah dia diselamatkan oleh pahlawan pujaannya yang sudah dua kali menyelamatkannya. Tapi, kenapa malah dia yang datang? Menyebalkan!Fred, ketua geng tengik ini, menyeringai. “Kurang ajar! Siapa kau ha? Apa kau mau sok jadi pahlawan di sini?”Si topeng badut memasukkan kedua tangannya ke saku celana, memberikan gimmick bahwa sebenarnya dia tidak mau mengotori tangannya hanya untuk berhadapan dengan tiga berandalan lemah seperti mereka.“Aku berikan penawaran kepada kalian. Ambil sepuluh dollar ini lalu pergilah!” tawarnya masih ramah dan kalem.“Hahahaha.”Fred dan satu rekannya tertawa besar.“Kau gila! Apa kau menilai harga wanita ini hanya sepuluh dollar s
Read more
89. HAHAHAHA
Mengagumkan, si topeng badut membalik badan dan melakukan gerakan hebat : Spinning back kick!Belum sempat pria tadi menghantamkan besi tumpul ke kepala, si topeng badut terlebih dahulu menghadiahi satu terjangan yang sangat menyakitkan sehingga pria itu terpelanting sejauh tujuh meter dan badannya membentur pintu.Gedubrak!Besi yang tadi jadi saksi bisu, terpental entah ke mana.“HAHAHAHA.”Si topeng badut tertawa seperti Joker yang menderita skizofrenia.Kelucuan dan ketangguhan itu menjadi ambigu besar di mata Fred dan satu anak buahnya.Ketika tadi mereka menyaksikan betapa gilanya si topeng badut, kini mereka dipaksa mengakui bahwa ada kekuatan hebat di balik keabsurdan itu.Fred menelan ludahnya yang pahit, lalu meminta saran pada anak buahnya. “Apa yang harus kita lakukan? Apa seperti yang tadi kau katakan? Kita harus menghabisinya?”Si pria berjaket kulit menggigil ketakutan. Keringat dingin pun menyembul di jidat dan tengkuknya. Tidak pernah dalam hidupnya dia melihat ada or
Read more
90. Dia adalah Alexander!
Gabriella senyum dan tersandar, bernapas lega.Kemudian si topeng badut menggebuki tiga berandalan tadi secara bergantian dan terakhir menumpuknya jadi satu.Membingungkan, kenapa tiba-tiba saja si topeng badut malah duduk santai sambil memainkan ponselnya?Lebih dari seperempat jam hening ketika itu dan Gabriella tidak bisa menahan untuk tidak bicara. “Tuan, kenapa kita tidak segera pulang saja? Hari sudah malam.”“Salah sendiri. Jika kita punya orang tua, kita harus minta izin dahulu, dan kalau punya suami, jelas harus memberi kabar juga,” singgung pria itu dengan sangat dingin, lebih dingin dari pada es.Gabriella termenung, mengakui kesalahannya. Semuanya tidak mungkin terjadi kalau saja dia bilang kepada suami dan ayahnya.Namun, untunglah dia diselamatkan oleh pahlawan bertopeng badut, meskipun juga tidak sesuai ekspektasinya yang mana dia berharap yang datang adalah Jenderal Naga Emas.“Eh, Tuan. Bisakah kau buka topeng mu? Jujur, aku penasaran seperti apa wajah mu. Yang menghe
Read more
PREV
1
...
7891011
...
19
DMCA.com Protection Status