All Chapters of Cinderella Tanpa Sepatu Kaca : Chapter 11 - Chapter 20
40 Chapters
Senyuman Sang Bos
"Terima kasih sudah berbelanja di sini. Senang bisa memuaskan selera Anda."Jingga tersenyum senang begitu pelanggan terakhirnya siang itu beranjak meninggalkan butik. Sebab, wanita yang juga salah satu selebgram terkenal tersebut baru saja membeli salah satu koleksi sepatu paling mahal yang ada di sana. Kalau bagi si pelanggan hal tersebut adalah sebuah prestise karena bisa membeli barang bermerek yang berharga tinggi, maka bagi Jingga itu adalah rezeki nomplok. Penjualannya bertambah, yang berarti akan bertambah pula bonusnya nanti.Sudah seminggu Jingga kembali bekerja di butik. Meski jengkel setengah mati pada Krisna, tapi ia tak mau munafik jika bisa kembali ke butik adalah hal yang memang ia inginkan. Namun, tentu saja itu tidak berarti pertolongannya pada Krisna tempo hari pamrih. Semua yang terjadi hanya sebuah kebetulan. Dan, Jingga harap Krisna masih punya otak untuk berpikir seperti itu. Karena gadis itu yakin jika pemanggilannya kembali pasti bukan murn
Read more
Sebelah Sepatu
"Sungguh ini sebuah kesalahpahaman, Pak Krisna. Saya berani jamin tidak ada hubungan semacam itu antara saya dengan Jingga atau pegawai lain. Saya berani mempertaruhkan pekerjaan saya untuk itu." Krisna berjalan sembari memikirkan kembali ucapan Farhan sewaktu diinterogasi olehnya tadi. Ia sebenarnya tidak punya alasan untuk peduli dengan hal tersebut. Mau Farhan main serong dengan Jingga atau siapa pun, selama tidak berdampak buruk pada pekerjaan maka tidak jadi masalah untuknya. Bukan berarti Krisna menyetujui perselingkuhan. Hanya saja itu adalah urusan pribadi mereka, ia tidak punya hak untuk ikut campur. Akan tetapi, jika sampai gosip yang didengarnya dari dua pegawai lain itu sampai benar, tentu itu memalukan. Sama dengan para pegawainya tidak profesional. Sedangkan jika tidak benar, hal itu masih mengusik Krisna. Sebab dirinyalah yang membuat Jingga bisa kembali bekerja di sana. Kredit itu harusnya diberikan untuk dirinya, bukan orang lain.
Read more
Kue Beracun
Jingga masih memandangi kotak kue berisi red velvet cake yang ada di hadapannya. Pada kotaknya tertera nama toko tempat kue itu dibeli. Ia tidak pernah membeli di toko tersebut, sebab jelas bukan dalam jangkauan isi dompetnya. Namun, tidak perlu menjadi orang kaya untuk mengetahui jika kue-kue dari toko tersebut terkenal enak meski mahal. Setidaknya satu hal tersebut menjadi alasan Jingga bisa mempercayai ucapan Farhan. Manajernya itu bilang kue tersebut dari Krisna, sebagai ucapan terima kasih. CEO mereka itu juga membelikan beberapa kotak lagi untuk dinikmati pegawai yang lain. Namun, jika yang lain menikmati bersama-sama,khusus untuk Jingga, gadis itu mendapatkan spesial satu kotak tersendiri. Jingga senang-senang saja mendapat hadiah kue, meski sejatinya tak begitu tepat jika disebut sebagai ucapan terima kasih. Krisna sudah mengucapkannya di depan semua pegawai saat meeting dadakan tadi. Apalah artinya sekotak kue dibandingkan k
Read more
Makan Malam Keluarga
Beragam hidangan tersaji di meja makan malam itu. Melingkari meja marmer bulat besar tersebut adalah seluruh anggota keluarga Danendra, termasuk Krisna yang malam itu tampil santai dengan hanya memakai kaos abu-abu lengan panjang dan chino pants coklat.Malam itu adalah agenda makan malam keluarga di akhir pekan. Karena anak Bagus Danendra hanya Saras dan Krisna, otomatis acara tersebut biasanya hanya berisi empat orang. Namun, setelah Saras menikah lima tahun lalu anggota keluarga mereka otomatis bertambah dan kembali bertambah begitu Amira lahir tiga tahun lalu.Krisna bukannya tak senang dengan keluarga kecil Saras, justru ia sangat senang melihat keponakan kecilnya selalu menangis setiap kali ia dekati itu. Akan tetapi, setiap kali mereka berkumpul seperti ini dan Amira bertingkah lucu yang membuat kakek neneknya senang, maka pertanyaan langganan tiap tahun akan otomatis keluar."Tuh, Kris. Apa kamu nggak pengin
Read more
Undangan Pesta
"Dewi! Demi apa kita diundang ke pesta?" Seruan Sinta pada sahabatnya ikut mengejutkan Hingga yang baru saja menutup pintu lokernya. Gadis itu melambai-lambaikan kertas undangan yang baru saja mereka semua dapatkan dari Farhan."Demi kinerja yang baik, dong," jawab Dewi dengan nada bangga. "Aku dengar musim pertama tahun ini butik kita kasih pemasukan paling tinggi."Beberapa pegawai lain sontak ikut nimbrung membahas hal tersebut kecuali Jingga. Gadis berwajah bulat itu memang memegang benda yang sama, tapi segera memasukkannya ke tas dengan niat akan dibacanya di rumah. Namun, saat ia hendak beranjak pergi, salah satu mereka tiba-tiba memanggilnya."Ga, kamu datang, kan?" Ternyata Lina, pemilik loker di sebelah Jingga yang bertanya."Ke mana?" tanya Jingga balik."Ya, ke pesta ini." Kini Sinta yang mendekat seraya masih melambai-lambaikan undangan di tangannya. "Kamu, kan, karyawan terbaik bulan ini. Terus kamu juga jadi penolong CEO ki
Read more
Gadis Cantik
"Aduh!” Jingga tak dapat menahan diri untuk berseru kaget sewaktu melihat tampilannya di cermin sekarang. Ia yang biasanya hanya memulas make up seadanya, itu pun hanya saat bekerja, kini tampak jauh berbeda. Gadis itu hampir tidak bisa mengenali dirinya sendiri. “Kenapa mukaku jadi aneh begini, Vio?” protesnya pada sang juru rias yang tak lain adalah adik bungsunya.“Ish, aneh gimana, sih? Ini tuh style make up yang oke. Cocok buat Kak Jingga. Salah satu style Jenie Blackpink, nih,” balas Violet yang masih sibuk menyempurnakan riasan mata sang kakak. “Ya, jangan disamain, dong. Dia, kan, idol, mau pakai riasan model apa juga nggak masalah.” Jingga memelototi wajahnya sendiri di cermin. Matanya tampak bold dengan warna biru atau hitam yang Violet gunakan sebagai eye shadow. Belum lagi eyeliner yang membuat mata gadis berpipi tembam itu terlihat semakin tegas. Untungnya Violet memulaskan lipstick dengan warna yang tidak terlalu menyolok. Namun, tetap saja secara ke
Read more
Kutukan Atau Sungguh Terpesona
"Serius, deh. Ada apa, sih, dengan Pak Krisna?" gumam Jingga setelah meninggalkan bosnya itu. Di awal pertemuan mereka dulu, pria itu bersikap menyebalkan, lalu berubah baik dan perhatian beberapa waktu setelah pertolongan Jingga. Dan, sekarang Krisna malah mirip orang bodoh. Meski mereka tidak sering bertemu, bagaimanapun juga seharusnya Krisna tahu kalau Jingga adalah pegawainya. Sikapnya tadi saat ditolong oleh gadis itu seolah pria tersebut belum pernah melihatnya saja. Yah, bisa jadi hal itu dikarenakan penampilan Jingga yang berbeda dari biasanya. Juga karena Krisna pasti tidak pernah memerhatikan gadis itu dengan seksama, sehingga tidak bisa mengenali Jingga yang sebenarnya tidak berubah-berubah amat. Namun, Jingga tak berniat memikirkannya lebih jauh. Bukan hal penting dan ia juga tidak rugi apa pun. Krisna mungkin tidak mengenalinya tadi, tapi setidaknya pria itu masih berusaha bersikap sopan.Jingga pun kembali fokus ke acara. Tadi saat baru datang ia su
Read more
Terbayang-bayang
Jingga, Jingga, Jingga.Krisna mengulang nama itu seraya berjalan cepat menuju pintu keluar. Meski awalnya tidak percaya dan merasa yang terjadi pada hatinya malam ini adalah kutukan dari sang mama, tak butuh waktu lama untuk pria itu menyadari jika dugaan konyolnya tidaklah penting.Memangnya kenapa kalau gadis yang berhasil membuat Krisna terpesona setelah sekian lama adalah Jingga, pegawainya? Gadis yang sebelumnya dengan sadar ia sebut jelek dan munafik. Kutukan, karma atau apa pun sebutannya, Krisna tak lagi peduli. Sebab, tidak setiap hari ia terpaku menatap seorang gadis dengan detak jantung yang seolah berhenti di awal lalu mendadak bertambah cepat hanya dengan melihatnya tersenyum.Karena itulah begitu acara utama tadi selesai, Krisna bergegas meninggalkan sang kakak untuk mencari Jingga. Ia harus bergerak cepat untuk mendekatinya, jika tidak ingin orang lain yang mendapat kesempatan itu. Mengingat penampilan cantik Jingga malam ini, bukan tidak m
Read more
Mendapat Penggemar
"Ga, ada yang pengin kenalan sama kamu, nih." Lina berbicara pada Jingga yang baru saja keluar dari kamar mandi. Setahu gadis itu, Lina tadi masih sibuk melayani seorang pengunjung saat ia pergi ke toilet. Namun, tahu-tahu sekarang sudah ada di depan pintu kamar mandi. Padahal Jingga hanya sebentar di sana."Hah?" Respon Jingga lebih seperti orang tuli yang butuh pengulangan kata dari lawan bicara. Namun, ia tidak berhenti dan tetap berjalan sehingga Lina terpaksa mengikutinya."Ada yang pengin kenalan sama kamu," ulang Lina."Oh," balas Jingga yang masih belum sadar dengan hal yang disampaikan temannya. Ia masih sibuk membenahi seragamnya yang agak kusut setelah dari toilet tadi. Akan tetapi, beberapa detik kemudian gadis itu akhirnya tersadar. "Eh, kamu nggak salah orang, Lin?"Seingat Jingga ia tidak pernah tebar pesona pada siapa pun. Lagipula ia memang tidak punya waktu untuk melakukannya. Baginya mencari kekasih tidak lebih penting dari menc
Read more
Memulai Pendekatan
"Aku cuma minta nomor teleponnya, Ras, bukan minta jatah warisanmu. Susah banget, sih?" Rengga melirik bosnya yang tampak ngotot berbicara dengan sang kakak di telepon. Sejak dari kantor tadi, ia menyadari jika sikap Krisna agak berbeda. Biasanya pria itu akan menyibukkan diri dengan laptop atau tabletnya jika mereka sedang perjalanan ke tempat yang agak jauh. Namun, sejak mobil mulai melaju meninggalkan bangunan kantor Dahayu, Krisna sudah tampak gelisah, bergumam sendiri dan uring-uringan tidak jelas. Sama sekali bukan tipikal Krisna yang Rengga kenal selama ini. Tadinya Rengga pikir bosnya itu sedang memikirkan masalah penting di perusahaan. Akan tetapi, jika memang benar begitu ia pasti sudah tahu. Rengga adalah asistennya, bukan? Selama terkait perusahaan, Rengga juga punya akses yang sama dengan Krisna, bahkan seringkali tahu lebih dulu agar bisa segera menyampaikannya pada sang bos. Apa
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status