Semua Bab Pengantin Sang Penguasa Kegelapan : Bab 11 - Bab 20
40 Bab
Pengorbanan Sang Sahabat
"Bukankah dia bersamamu?"Nathan menatap Erland dengan wajah kesal, dia ingin sekali memarahi kakanya yang dia anggap orang bod*h itu. 'Ceroboh sekali, bagaimana bisa dia meninggalkan Emma sendiri tanpa pengawasan.' Batin Nathan sembari menunduk dengan tangan yang mencubit pangkal hidungnya.Tiba-tiba Erland berlari menyusuri lorong sepi yang berakhir di depan kamar Joana. Dengan keras dia membanting pintu kamar Joana yang tertutup rapat. "Joana!" Teriaknya sembari melangkah masuk."Ada apa?" Tanya Joana yang keluar dari kamar mandi dengan rambut basah yang tergerai.Erland melangkah dengan mantap mendekati Joana, dia mengenggam erta pergelangan tangan Joana dan menyeretnya. Dia melemparnya ke tempat tidur dan menindihnya lalu berkata, "Kamu sembunyikan dimana Emma!""Apa maksudmu? Aku tidak mengerti.""Joana! Jangan berbohong.""Erland! Minggir," Teriaknya sembari mendorong tubuh Erland menjauh. Dia bangkit lalu berkata, "Apa kamu lupa? Kamu mengurungku disini lalu bagaimana aku bisa
Baca selengkapnya
Apapun Dia Lakukan Demi Di Sisinya
"Apa salahku kali ini?"Joana berlutut di lantai kamar Emma, tinjunya mengepal erat gaun yang dia kenakan menahan rasa kesal dan cemburu sekaligus. Dia menunduk menghindari berkontak mata dengan Erland yag sedang duduk di tepi tempat tidur Emma. "Berdiri!" Ucap Erland dingin.Joana lantas menuruti apa yang Erland katakan, dia berdiri namun, tetap dengan posisi kepala menunduk. "Tatap wajahku," Ucapan Erland membuatnya sedikit terkejut, dia memegang erat gaunnya dan mengangkat kepalanya menatap Erland."Wajah ... itu, ada apa dengan wajahmu?" Ucap Joana dengan panik."Lalu lihat wajahnya."Joana melotot kala melihat luka yang berada di wajah Emma sama persis dengan milik Erland. Dia menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang terjadi, "A-apa yang terjadi?" Ucapnya sembari mengalihkan pandangannya menatap Erland.Erland bangkit dan mendekati Joana lalu berkata, "Hidupku terhubung dengan hidupnya, semua yang dia terima aku juga menerimanya. Kami terhubung oleh Kutukan Penyatuan Jiwa.
Baca selengkapnya
Cincin Untukmu
'Haruskah aku memakaikannya dengan tanganku?'Erland duduk di tepi tempat tidur Emma sembari melamun menatap sebuah Cincin yang dia pegang. Dia bergelut dengan pemikirannya sendiri, dia merasa bimbang harus menyuruh seseorang atau dirinya sendiri yang melingkarkan Cicin tersebut pada jari Emma.'Jika Joana melihat ini mungkin dia akan melakukan sesuatu yang nekat.' Batinnya sembari terus menatap Cincin kecil yang berada di tangannya. "Kak, pilihlah antara dia atau Joana. Kamu tidak bisa menjaga dua hati sekaligus." Ucapan Nathan membuatnya semakin bimbang, dia mengerutkan keningnya berpikir semakin keras dan berusaha membuat pilihan. Baru kali ini dia diliputi rasa bimbang yang teramat sangat membingungkan hidupnya. "Aku akan memutuskan nanti saja." Jawab Erland tanpa menyangkal perkataan Nathan kalau dia memang memikirkan dua wanita dalam hidupnya. Dia tiba-tiba teringat dengan Joana, wanita yang sejak berpuluh-puluh tahun menemaninya dalam suka maupun duka dan rela melawan perint
Baca selengkapnya
Pengganti Pengantin Persembahan
'Si*al kenapa masih mengerjar.' Seorang gadis dengan rambut dikepang bagian atas dan terurai bagian bawah sedang berlari menyusuri lorong sembari mengangkat gaun panjang warna putihnya. Sesekali dia menoleh kebelakang memastikan bahwa keadaannya sudah aman."Cepat cari!" Gadia bernama lengkap Karina Alexa itu kembali panik ketika mendengar suara orang yang sedari tadi mnegejarnya. Dia kembali berlari sembari memegang sepatu yang sebelumnya dia kenakan, dia berkali-kali berusaha membuka pintu-pintu yang tertutup. 'Kenapa tidak ada pintu yang tidak terkunci.' Ucapnya dengan panik sembari berkali-kali menoleh kekiri.CEKLEK'Akhirnya ... aku sembunyi disini saja,' Batinnya sembari tersenyum lega kala menemukan pintu yang dapat terbuka. Tubuhnya bersandar pada pintu sembari berusaha menstabilkan nafasnya yang menderu. Tiba-tiba matanya tidak sengaja menangkap seseorang yang sedang tidur di kasur.'Ada orang?' Batinnya sembari perlahan melangkah menghampiri orang yang terbaring itu."Pe
Baca selengkapnya
Pertemuan Teman Masa Kecil
"Kak apa kamu yakin akan mengungkapkan perasaanmu dengan penampilan ini?"Erland yang sedang duduk di tepi tempat tidur Emma, hatinya dibuat goyah oleh Nathan yang berdiri agak jauh darinya. Dia menunduk sembari mencubit pangkal hidungnya, dia tidak mengerti dengan jalan pemikiran adiknya itu."Bukankah kamu yang memberiku nasihat?" Ucap Erland dengan nada sedikit kesal."Benar tapi, dia akan menyukai penampilan Erland yang ini bukan Erland yang sebenarnya. Apa kamu tidak memikirkan bagaimana reaksinya jika dia tahu kalau dia sedang ditipu?""Hah ... baiklah akan ku pikirkan lagi." Erland mulai menyadari bahwa dirinya sekedar memiliki otak saja tapi tidak bisa memanfaatkannya. 'Erland kamu bodoh sekali! Dalam percintaanmu kamu sangat dinasehati oleh seseorang yang bahkan tidak pernah jatuh cinta.' Batinnya mengatai diri sendiri.Sementara itu Emma yang kondisinya mulai pulih, telinganya mendengar sayup-sayup suara orang mengobrol. Meski terasa berat dia perlahan berusaha membuka mata
Baca selengkapnya
Menemukan Persembahan Yang Kabur
"Emma kamu harus tahu. Para gadis yang jadi persembahan semuanya tewas ditenggelamkan."Emma sontak menutup mulutnya, di matanya terpancar sebuah ketakutan yang mendalam. Dia merasa takut memikirkan kalau nantinya dia akan tewas dengan cara yang sama, "Kamu ta-tahu dari mana?""Aku tidak sengaja menemukan ruangan rahasia Dewa Pelindung, dia tidak meminta istri tapi ... dia meminta tumbal." Ucap Karina bergidik ngeri mengingat dirinya juga sudah sampai disana dan sebentar lagi nasib malang yang serupa akan terjadi."Karina, kita harus secepatnya kabur dari sini." Ucap Emma sembari memegang tangan Karina yang sedang duduk di tempat tidurnya."Tapi kita tidak mungkin bisa keluar dengan mudah.""Aku tahu siapa yang bisa membantu kita."* * * * *"Erland aku ... ingin mengenalkan seseorang padamu.""Siapa?" Tanya Erland sembari mengerutkan keningnya, dia penasaran siapa yang ingi Emma kenalkan padanya. "Karina keluarlah!"Setelah melihat Karina keluar dari persembunyiannya, Emma lantas me
Baca selengkapnya
Kabar Mengejutkan
"Nona Joana!" Nathan memanggil Joana dengan nafas terengah-engah, terlihat raut wajah panik terukir dengan jelas. Dia berlari menghampiri Joana dan membisikan sesuatu yang sukses membuat Joana sangat terkejut. "Nona cepatlah!" Dengan wajah paniknya Joana berlari dengan cepat meninggalkan kamar Emma. 'Bagaimana bisa seperti ini? Dia sudah berjanji padaku.' Batin Joana sembari terus berlari dengan terburu-buru. Dalam hatinya dia merasa sangat sakit karena dikhianati. Nathan yang melihat punggung Joana menjauh pun tersenyum dengan mencurigakan. Setelah itu, dia segera masuk untuk menemui Emma. "Emma, jangan pernah izinkan Joana masuk ke kamarmu atau melihat tanganmu." "Ha? Tapi kenapa?" "Sudahlah ikuti saja perkataanku jika kalian ingin selamat." Setelah mengatakan itu Nathan melenggang pergi tanpa memberi penjelasan apapun. 'Kalian?' Gumam Emma sembari mengerutkan keningnya. Dia tidak mengerti apa maksud Nathan mengatakan itu semua. Sesaat kemudian, dia tersadar akan sesuatu. Mat
Baca selengkapnya
Rencana Melarikan Diri
"Aku sudah membuat rencana pelarian kita." Emma dengan semangat menyerahkan sebuah kertas berisi catatan mengenai cara mereka kabur dari Kastil ini. Dengan senyum percaya dirinya, Emma menatap Karina dan Erland yang sedang membaca rencana rancangan Emma."Keluar melewati jalur penjara batu?" Karina mengerutkan keningnya sembari membaca rencana pertama setelah itu, dia menatap Emma sembari menaikkan satu alisnya. "Dulu saat aku kesini aku dikurung disana. Bagaimana?""Em ... aku tidak tahu tentang penjara ini jadi aku akan ikut saja." Ucap Karina memberikan keputusannya.Pandangan Emma beralih kepada Erland yang membaca rencana tersebut dengan serius. "Bagaimana menurutmu?" Tanya Emma sembari tersenyum menatap Erland yang berada di hadapannya."Aku tidak yakin tapi, aku bisa memastikan Nathan tidak akan berpatroli disana untuk hari ini." Ucap Erland yang seolah dengan serius akan ikut mereka melarikan diri."Kalau begitu aku akan memimpin jalan ikuti aku secara diam-diam. Emma jangan
Baca selengkapnya
Penganggu Yang Harus Disingkirkan
"Erland kamu kenapa?!"Teriak Emma kala melihat kondisi Erlanda yang sudah berlumuran darah. Terlihat jelas raut wajah Emma yang sedang kahwatir bercampur panik. Dia berlari menghampiri Erland yang berdiri sembari memegang dada kirinya."Apa yang terjadi?" Tanya Emma sembari memapah Erland ke tempat tidur. Emma terbelalak melihat Erland yang tiba-tiba melepas bajunya yang penuh darah. Wajah Emma memerah, dia menelan ludahnya kala melihat badan kekar Erland. Dia memalingkan wajahnya menutupi dirinya yang sedang tersipu, pipinya terasa memanas seolah sedang terbakar. "K-kenapa kamu melepas baju?" Tanyanya tergagap sembari terus memalingkan wajahnya. Sesekali dia melirik tubuh Erland yang telanjang dada itu, dalam hatinya berkata, 'Aku tidak mau menyia-nyiakan pemandangan ini tapi, wajahku terus memerah.'"Ha? Kenapa kamu memalingkan wajahmu?" Tanya Erland dengan polosnya."Ouh ... maafkan aku, ini pertama kalinya untukmu ya?" Erland yang melihat Emma mengangguk berpikir kalau Emma tida
Baca selengkapnya
Pelarian Tanpa Erland
"Bagaimana dengan Joana?"Erland bertanya dengan datar sembari terus memandangi sebuah kertas yang bertulisan rencana-rencana pelarian yang Emma rancang. Pandangannya tidak sedikitpun beralih dari sana, senyumnya tipis mengembang di wajahnya yang terhalang kertas rencana tersebut."Dia masih tidak bisa menerimanya dan kemungkinan dia kembali semula membutuhkan waktu yang sedikit lama." Jelas Nathan yang ditugaskan mengurus dan melaporkan semua tentang Joana."Kak, kamu terlalu kejam padanya." Ujar Nathan sembari menatap kakaknya yang terus memandangi kertas yang dia pegang."Bukankah aku selalu seperti ini?""Hah .... " Nathan menghela nafas sembari menggeleng pelan mendengar jawaban dari kakaknya itu."Jika kamu menyukai Joana ambil saja untukmu." Ucap Erland dingin seolah tidak peduli Joana akan berada digenggaman siapapun."Kalau begitu akan aku bereskan gadis itu dulu." Ucap Nathan mengalihkan topik pembicaraan dan menghindari pertanyaan kakaknya itu sembari berbalik meinggalkan E
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status