Semua Bab Pengantin Sang Penguasa Kegelapan : Bab 21 - Bab 30
40 Bab
Menemukan Siapa Yang Layak
"Emma itu kamu!"Langkah senang Emma seketika berhenti begitu saja, tubuhnya terasa menegang setelah mendengar sebuah suara yang familiar memanggil namanya. Dengan ragu-ragu dia menoleh kebelakang memastikan siapa pemilik suara itu.'Joana!' Gumam Emma sembari segera memalingkan wajahnya."Ada apa?" Tanya Karina yang kebingungan, dia sempat mengikuti arah pandang Emma namun, dia tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan.Perlahan namun pasti, Emma meraih tangan Karina yang berdiri di samping kanannya. Tanpa aba-aba dia lantas menarik temannya itu untuk segera kabur. "Karina lari!""Tunggu!"Joana yang melihat kedua gadis muda itu kabur setelah melihatnya sontak mengerti, 'Jadi mereka berniat kabur,' Batin Joana dengan sangat tenang. Dia tahu persis bahwa kota yang dia pijak sekarang dibawah kekuasaan Erland sehingga, tidak sembarang orang bisa keluar masuk dengan mudah.Sesaat kemudian, Joana mengangkat jari telunjuknya dan menggerakkannya. Setelah itu, beberapa pengawal datang mengha
Baca selengkapnya
Trik Licik Menggoda Erland
"Bagaimana keadaannya?" Dengan perasaan khawatir dia terus menunggu Karina yang sedang diobari oleh Nathan dan beberapa orang yang membantunya. Terlihat mata bengkak Emma yang terus menatap temannya yang terbaring tak sadarkan diri. "Dia sedang istirahat mungkin dia akan bangun besok." Ucap Nathan yang mengatakan sesuai dengan keadaan Karina sekarang. "Em, terima kasih," Ucap Emma terburu-buru. Setelah itu dia lantas berlari menghampiri Karina, dengan tangannya yang sedikit bergetar dia membelai kepala Karina. "Maafkan aku," Ucap Emma lirih sembari menatap temannya pilu. Nathan yang menatap keduanya tersenyum tipis sembari mengingat kenangan masa kecilnya bersama Erland. Dia bisa melihat kasih sayang Emma sama seperti Erland yang dulu sangat menyayanginya meski dirinya bukan saudara kandung Erland. 'Emma aku percayakan kakakku padamu, ubah dia menjadi lebih baik.' Batin Nathan sembari tersenyum menatap Emma. Setelah itu dia melangkah keluar meninggalkan keduanya. Keesokan
Baca selengkapnya
Permainan Yang Hampir Mengungkap Sebuah Bangkai
"Emma!" Tanpa permisi Joana langsung membuka pintu dan masuk ke kamar Emma, pandangannya menelusuri setiap sudut ruangan. 'Tidak ada?' Gumamnya sembari melangkah memeriksa kamar mandi. 'Tidak biasanya dia keluar kamar, apa Erland mengajaknya jalan-jalan?" 'Aku tanya Nathan saja,' Gumam Joana sembari melangkah keluar. Kakinya dengan santai melangkah menyusuri lorong yang sedikit pencahayaan. Kakinya terhenti kala mendengar suara orang yang dia cari sedang tertawa di dalam sebuah ruangan. Dia meraih gagang pintu dan menekannya, pintu tersebut terbuka dengan lebar membuat suara tertawa di dalamnya sontak berhenti. Mata Joana membulat kala melihat Erland juga berada di kamar itu bersama Emma dan Karina. "Kalian semua berkumpul disini?" Tanya Joana sembari melangkah masuk dan menutup pintu rapat-rapat. 'Kebetulan sekali.' Batinnya. "Apa yang ingin kamu lakukan?" Tanya Erland sembari bangkit dari duduknya. Joana tersenyum dan hanya melirik Erland sebentar setelah itu, dia melangkah d
Baca selengkapnya
Permainan Baru Saja Dimulai
"Tantangannya adalah cium orang di samping kananmu di depan kami." Mata Emma sontak terbelalak lebar mendengar tantangan yang Joana berikan pada Erland, dia lantas menatap Erland seolah berkata jangan lakukan. Setelah itu dia menunduk menyembunyikan kekhawatirannya. 'Erland jangan terima.' Batinnya, meski mereka saling mencintai namun, dia mendapat firasat buruk. Dia menoleh menatap Karina yang tanpa dia sadari sedang memasang wajah serius dengan sorot mata tajam. Emma yang melihat itu lantas mengerti dan berkata, "Tidak janga ... emmphh" Kalimatnya terpotong kala Erland tanpa aba-aba langsung menariknya dan menempelkan bibir mereka. Mata Emma berkaca-kaca melihat Erland yang menutup mata seolah sedang menikmati momen tersebut. 'Emma jangan berlarut dalam kenikmatan ini.' Batinnya memperingatkan dirinya sendiri namun, bibir manis Erland juga tangan hangatnya yang medekap kedua pipinya membuat pikirannya kosong dan lantas membuatnya menutup mata menikmati ciuman hangat pria itu.. Se
Baca selengkapnya
Permainan Yang Rumit
"Karina! Cepat pergi dari sini."Emma dengan panik langsung mendobrak pintu kamar Karina dengan keras membuat si pemilik kamar terkejut bukan main. Tanpa menjelaskan apapun pada Karina, dia langsung membereskan beberapa pakaian yang disiapkan untuk Karina. "Cepat ikut aku!" Ucap Emma sembari meraih tangan temannya itu dan menariknya keluar kamar."Sebenarnya ada apa Emma?" Tanya Karina yang tidak mengerti mengapa temannya tiba-tiba berperilaku aneh seperti ini. "Emma!" Bentak Karina sembari mengibaskan tangan Emma yang memegang erat tangannya. "Cukup Emma apa maksudmu dengan menyuruhku pergi?""Karina kita sudah tidak punya waktu lagi, aku akan menjelaskannya nanti." Ucap Emma membujuk Karina sembari kemali meraih tangan temannya itu."Emma aku tidak akan pergi dari sini." Ucap Karina sembari menepis tangan Emma."Emma, aku disini untuk membantumu. Aku tidak mengerti kenapa kamu selalu menjauhkanku darimu, apakah menurutmu aku ini seorang pengganggu karena aku selalu mengatakan hal b
Baca selengkapnya
Tepat Sasaran
"Bukan aku, aku hanya .... "PLAKK!Tamparan keras sukses mendarat di pipi mulus Joana, dia tersungkur ke tanah. Matanya memanas bersamaan dengan pipinya yang mulai terasa panas berpadu perih. Dia menoleh dengan mata berkaca-kaca sembari memegang kirinya yang ditampar oleh Erland."Kurung dia!" Ucap Erland dengan dingin. Kemudian, dia berjalan dengan cepat menghampiri Emma yang tak sadarkan diri dengan posisi berdiri dan kedua tangannya dirantai ke atas. Dengan cepat dia melepaskan rantai yang mengikat Emma itu lalu, menggendongnya untuk dibawa ke kamar.'Berjalan sesuai rencana,' Batin Karina tersenyum licik sembari memberikan tatapan kemenangan pada Joana yang dibawa oleh Nathan untuk dikurung. Setelah itu, dia kembali memasang wajah sedih sembari menatap Emma yang tak sadarkan diri di gendongan Erland.Di sepanjang lorong Karina tersenyum puas telah berhasil mengalahkan Joana dengan menumbalkan Emma. 'Itulah akibatnya jika suka bermain-main denganku.' Batinnya sembari melangkah men
Baca selengkapnya
Sang Pemenang
"Jo-Joana? Ka-kamu bukankah kamu sudah di kurung?" Mata Karina terbelalak lebar melihat kedatangan Joana dengan kondisi baik-baik saja, seingatnya kemarin Erland sudah memerintahkan Nathan untuk mengurung wanita itu. Dengan wajah terkejut dia mengalihkan pandangannya menatap Nathan. "Dia hanya bilang untuk mengurungnya tidak menghukumnya." Ucap Nathan santai membalas tatapan Karina. "Lepaskan aku! Aku tidak bersalah!" Teriak Karina sembari berusaha melepaskan diri. PLAKK! Tamparan keras sukses mendarat di pipi Karina dengan mulus, Karina merasakan pipinya memanas dan perih bersamaan. Dia menoleh menatap Joana yang menamparnya dengan memasang sorot mata tajam, "Apa yang kamu lakukan!" Pekiknya tepat di depan wajah Joana. "Sepertinya kamu tidak akan mengaku dengan mudah." Ucap Joana tersenyum miring sembari menatap Karina seolah sedang merendahkannya. "Apa yang harus aku akui? Aku memang tidak bersalah dalam hal ini." Ucap Karina sembari menatap lurus ke arah Joana seolah s
Baca selengkapnya
Kedatangan Teman Lama
*Kastil Darah*"Tuan nona Joana berada di Kastil tua peninggalan Raja John Treisio." Ucap seorang mata-mata melaporkan keberadaan Joana sembari berlutut memberi hormat."Persiapkan segalanya untuk menjemput nona Joana kembali.""Baik Tuan Felix."Felix Josephine seorang pria yang merupakan kakak kandung dari Joana Josephine, kini dia naik tahta setelah kematian kedua orang tuanya. Pria yang mengenakan pakaian bangsawan yang terlihat mewah berwarna merah berpadu dengan warna emas, lengkap dengan mahkota yang menghiasi rambut merahnya. 'Adikku sayang sudah cukup waktumu untuk bermain-main.' Gumam Felix sembari duduk dia atas kursinya.* * * * **Kastil Tua*"Erland!" Panggil Nathan dengan suara serius, dia melangkah menerobos kamar Emma yang tertutup rapat. Kemudian dia membisikan sesuatu yang sukses membuat Erland menyipitkan matanya dengan ekspresi bingung bercampur marah."Emma aku pergi dulu ada urusan mendadak," Ucap Erland sembari menatap Emma dengan serius. Sebelum pergi dia men
Baca selengkapnya
Salah Paham
'Seberapa banyak yang sudah dia dengar?' Setelah mengganti pakaiannya, Erland berjalan dengan langkah cepat menuju kamar Emma. Di kepalanya sudah terbayang kemungkinan terburuk ketika Emma mengetahui identitas aslinya. "Hah ... Emma!" Panggil Erland sesampainya dia di depan pintu kamar Emma."Masuklah." Erland tertegun kala melihat pintu yang terbuka dan Emma yang berbicara menggunakan nada rendah yang terdengar dingin tidak seperti biasanya. Erland melangkah masuk mengekori Emma yang sudah berjalan lebih dulu. "Emma aku bisa menjelaskan semuanya." Ucap Erland dengan panik.Langkahnya terhenti kala melihat Emma berbalik menatapnya dengan tatapan datar, dari tatapan tersebut dia tidak merasakan emosi apapun di dalamnya. "Emma." Panggilnya dengan suara lirih sembari menatap mata Emma dengan sendu."Kamu tidak perlu menjelaskan apapun.""Emma aku minta maaf, aku benar-benar terpaksa." Ucap Erland sembari menunduk."Nathan sudah menjelaskan semuanya."Erland lantas mengangkat kepalanya,
Baca selengkapnya
Perjamuan Purnama
'Kenapa dia selalu memiliki tugas saat bulan purnama?' Di kepala Emma terus berputar pertanyaan-pertanyaan mengenai hal itu, dia menatap Nathan yang sedang mengatur semua persiapan perjamuan yang akan di selenggarakan oleh Penguasa Kastil. Kini dirinya hanya bisa berdiam diri merasa bosan tanpa kehadiran Erland. Hari ini dia duduk di dapur sembari melihat para pelayan berlalu lalang, dia menyangga dagunya menggunakan tangannya sembari menghela nafas. 'Ini sudah dua hari sejak Erland pergi. Apakah tugasnya kali ini sangat sulit?' Batinnya sembari menatap lantai dengan tatapan kosong. Kemudian dia terpikirkan sesuatu, 'Apa aku tanya saja pada Nathan? Tapi, ah sudahlah percaya saja dengan Erland dia pasti kembali.' Batinnya sembari kembali menghela nafas kasar. Dia bangkit dan hendak pergi keluar dapur. "Kamu mau kemana?" Suara Nathan sontak membuatnya berhenti melangkah, dia menoleh dengan malas dia menjawab, "Aku ingin berkeliling." "Jangan lupa nanti malam datanglah ke perjamuan,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status