Semua Bab Di Balik Romantisnya Suamiku: Bab 11 - Bab 20
46 Bab
Bab 11
Reza Pov "Aku berangkat dulu ya, Din," ucapku sambil mendaratkan kecupan lembut pada kening istriku. "Hati-hati di jalan ya, Mas." Dina berpesan sambil melambaikan tangan kanannya padaku dengan senyum manis terurai pada bibir merahnya. "Oh iya. Nanti, kamu mau dibawain apa?" Aku yang belum beranjak pergi dari hadapannya menawarkan sesuatu hal yang mungkin saja diperlukan. Meski ini hanya inisiatifku yang impulsif, hal ini juga merupakan saran yang aku dapat dari Defan untuk berlaku manis dan romantis pada istri sahku. "Apa ya?" Dina menatap dengan kening berkerut dan mulai berpikir. "Mie jawa atau mungkin camilan manis?" Aku memberikan pilihan untuk mempermudah dirinya dalam memutuskan akan membeli makanan atau sekadar makanan kecil. "Kalau martabak telur aja gimana?" Dina mulai memutuskan pilihannya dengan binar yang terpancar dari kedua mata bulatnya yang indah. "Wah, boleh banget. Itu kesukaan, Mas." Aku menjentikkan ibu jari dan jari telunjukku secara bersamaan
Baca selengkapnya
Bab 12
Ketika waktu menunjukkan pukul 17.05, seluruh karyawan dari perusahaan milik Reza mulai berhamburan, melangkah keluar dari gedung kantor yang memiliki lima belas lantai itu. Hal serupa juga dilakukan oleh Reza dan Naffa setelah beberapa menit merapikan ruang kerja masing-masing. "TING!" Saat pintu elevator mulai terbuka, dua insan tanpa status sah itu bergandengan mesra layaknya sepasang mahasiswa yang baru saja berbaikan setelah bertengkar akibat sesuatu hal yang sepele. "Rez, sebelum kita ke apartemenku, kita belanja bahan-bahan makanan dulu ya. Aku pengen masak buat kamu," pinta Naffa dengan senyum cerah yang menghiasi bibir indahnya. "Oke, sayangku. Padahal, kamu engga perlu repot-repot masak buat aku," tandas Reza sambil mengecup punggung tangan Naffa mesra. Ia juga berusaha mengimbangi langkahnya dengan wanita bertubuh mungil yang berdiri di sisi kanannya. "Yah, aku merasa udah lama aja, engga masak buat kamu. Aku 'kan harus membiasakan diri buat berlaku layaknya ist
Baca selengkapnya
Bab 13
Dina Pov Dua hingga potret yang dikirimkan oleh Anggika membuat kedua mataku tak dapat berkedip. Sambil membuka salah satu foto yang menampilkan sosok Mas Reza dengan Naffa di supermarket yang cukup familiar, aku memperbesar potret itu dan benar saja bahwa laki-laki ini adalah suamiku. Setelah itu, aku membaca isi pesan Anggika dan membakasnya, "Sabtu aku free. Kita janjian berdua aja?" Anggika langsung membalas, "Iya. Kita engga perlu ajak Dera. Dia engga bisa jaga rahasia, Din. Memang kamu mau, masalah ini diketahui sama teman-teman kita yang lain?" "Ya, engga, tapi kamu dapat foto itu dari mana?" Aku kembali membalas pesan Anggika dengan kening berkerut, merasa penasaran tentang asal muasal potret mesra di antara Mas Reza dan Naffa. "Besok Sabtu, aku ceritain," balas Anggika singkat. Sepertinya, ia tak ingin bercerita melalui chat agar tak terjadi kesalahpahaman. Aku yang tak mendapat penjelasan langsung menghela napas pelan. Pasalnya, aku mulai merasa tak tenang saa
Baca selengkapnya
Bab 14
Sekian jam berlalu, hari Jumat yang dinantikan Dina pun tiba. Hal itu diawalinya dengan memasak dua menu makanan sederhana di dapur. Di kala dirinya baru saja menyajikan menu tersebut di piring saji, mobil putih milik suaminya tiba. "DIN?" Suara Reza terdengar dari balik pintu tengah, membuat Dina melepas celemeknya, melangkah menuju pintu, dan menyambut kedatangan sang suami. "Pagi, Mas Reza." Dina menyapa dengan senyum manis sambil menatap Reza dengan pakaian yang sama seperti di hari sebelumnya. "Selamat pagi, istriku," balas Reza sambil memeluk dan mencium kening istrinya mesra. Lalu, ia melanjutkan ucapannya, "Gimana kemarin harimu?" "Ya, seperti biasa, Mas. Sibuk di gerai sama terima pesanan cake ulang tahun, kaya biasanya." Dina menjawab dan membantu Reza untuk membawa tas kerja yang terbuat dari kulit berwarna hitam. "Maaf ya. Aku tiba-tiba pergi ke luar kota karena urusan bisnis. Investornya ngancem terus kalau aku engga datang, Din." Reza mulai mengarang cerita
Baca selengkapnya
Bab 15
Dina Pov Sekitar lima belas menit kemudian, aku dan Mas Reza tiba di salah satu supermarket terkenal yang berlokasi di Kota Malang. Setelah mobil pajero milik suamiku terparkir dengan sempurna, aku langsung turun dengan membawa beberapa kantung belanja kain agar berapa pun belanjaan yang dibeli tak harus membayar kantung plastik yang harganya sama dengan harga untuk satu mobil yang terparkir di area parkiran. Di saat aku dan Mas Reza menginjakkan kaki masuk ke dalam supermarket, aku tak sengaja berpapasan dengan kawan lamaku saat masih berada di bangku kuliah yang bernama Lina. "Hei, Din!" sapa wanita dengan rambut bergelombang dan lesung pipi yang menghiasi wajahnya yang terlihat awet muda meski usianya sama denganku. "Lina, kamu apa kabar?" Aku menyapa dengan senyum merekah dan binar mata, memancarkan rasa senang karena sudah lama tak berjumpa dengan teman yang menurutku tergolong bijaksana dalam hal menjalin hubungan asmara meski masih betah melajang hingga kini. "Baik, D
Baca selengkapnya
Bab 16
Dina Pov Ujaran-ujaran yang terurai dari bibir suamiku itu membuat dugaan dan asumsi jelekku yang sebelumnya sirna dalam sekejap. Aku pun menepuk lengan Mas Reza pelan dan menanggapi, "Engga usah gombal kamu, Mas." "Lho, aku serius, sayang. Aku beneran mau luangin waktu buat kamu." Mas Reza berusaha meyakinkanku dengan ekspresi wajahnya yang terlihat lebih santai. "Ini juga sudah luangin waktu 'kan, Mas. Kamu bawa aku ke Malang dan belanja di supermarket." Aku memperjelas jika dirinya sudah menunaikan janjinya untuk meluangkan waktu meski belum sampai satu hari penuh. "Tapi, ini 'kan belum malam. Agenda kita masih banyak, Din," bantah Reza yang mulai memasuki mobil, dan aku menyusul dirinya dengan duduk di kursi penumpang bagian depan. "Memang, kita mau ke mana lagi, hm?" Aku kembali bertanya. "Ke cafe. Ngopi dan nyemil," ucap Mas Reza sambil memutar setirnya perlahan. Di saat itu juga, mobil yang kami tumpangi mulai melaju, keluar dari area parkiran dan melewati post pe
Baca selengkapnya
Bab 17
Reza Pov "BYURR!!" Suara air di kolam renang terdengar begitu aku menceburkan diri ke dalamnya. Setelah itu, aku mendekati Naffa yang saat ini sedang asyik berendam di tengah kolam dengan tipe VIP yang ada di apartemen milikku. Perlahan, aku mulai memeluk tubuh sintalnya yang terbalut pakain renang tanpa lengan dari belakang dan berbisik, "Kamu cantik banget hari ini." Naffa pun memegang kedua tanganku yang melingkar pada perut rampingnya dan menanggapi, "Berarti, kemarin dan hari-hari yang lalu, aku engga cantik ya, Rez?" "Engga." Aku menjawab dengan nada menggoda sambil menyandarkan kepala pada bahunya dan menatap wajahnya dari samping sambil tersenyum jahil. "Kalau gitu, lepas." Naffa mulai merasa kesal dan berusaha melepaskan kedua tanganku dari tubuhnya namun gagal karena aku semakin mengeratkan pelukan. Aku semakin melebarkan senyuman dan menggodanya, "Tapi, kamu sexy." Naffa yang semula ingin meloloskan diri dari pelukanku tersipu sambil menyunggingkan senyum.
Baca selengkapnya
Bab 18
Mendengar suara istrinya, Reza pun menoleh dengan sorot mata panik dan berujar dengan terbata, "Di-Dina?!" "Mas lagi ngapain sama Naffa? kok sampai pelukan kaya gitu?" Dina bertanya dengan sorot mata menyelidik. Reza yang sadar akan perbuatannya segera melepas pelukan dari tubuh ramping Naffa. Sedangkan, Naffa, merasa bahwa istri dari bosnya itu mungkin saja marah akibat salah paham. Maka dari itu, ia menjelaskan, "Kami engga ngapa-ngapain kok, Bu Dina. Cuman bercanda soal makanan yang baru datang dari ojek online." Dina yang merasa bahwa candaan di antara keduanya sudah tak wajar melangkah pelan, mengulas senyum tipis dan menanggapi dengan sinis, "Kalau memang hanya tentang makanan, apa perlu sampai pelukan sama suami orang kalau bercanda?" "Ma-Maaf, Bu Dina. Saya engga bermaksud.." Naffa yang meminta maaf dengan terbata dan tak berani melakukan kontak mata dengan Dina langsung disela oleh perkataan Reza. "Din, itu bukan salah Naffa, tapi aku yang reflek peluk dia tadi."
Baca selengkapnya
Bab 19
Di kala malam tiba, kesunyian menguasai rumah yang ditempati oleh Dina dan Reza secara brutal. Rumah dua tingkat yang biasanya diwarnai oleh cerita dan gurauan dari pasangan suami-istri itu berubah menjadi istana tanpa penghuni dalam sekejap, setelah sang empunya bersi tegang. Meski keduanya berpapasan dan bertemu di ruang makan, tak satu pun dari mereka memulai obrolan. Dina dengan rasa kecewa yang mendalam hanya bisa menatap suaminya yang kini sedang menikmati makan malam. Sedangkan, ia sendiri hanya bisa meneguk beberapa gelas air putih. Rasa kecewa dan marah yang ada di hatinya sukses membuat dirinya kehilangan nafsu makan. Dalam hati, ia berucap sambil menatap wajah suaminya dengan kesal, "Kalau kamu pikir hanya dengan kata maaf, masalah ini bisa selesai, kamu salah, Mas. Justru, mulai detik ini, semua hal yang kamu lakukan akan aku pantau!" Setelahnya, Dina bangkit dari posisi duduk, melangkah, dan menaiki tangga menuju lantai dua. Di saat itu juga, Reza menyadari bahwa
Baca selengkapnya
Bab 20
"CKLEK.." Suara dari pintu tengah dibuka oleh Dina yang baru saja tiba dari toko. Kala itu, ia mendapati seluruh ruangan di lantai satu kosong, tak ada keberadaan suaminya di sana. Sebelum wanita berkulit sawo matang itu melangkah naik ke lantai dua, ia memeriksa meja makan yang ditutup dengan tudung saji. Di saat itu juga, ia mendapati sekotak martabak manis dengan secah untukmu." Seperti itu lah isi pesan yang dituliskan oleh Reza pada kertas kecil yang digenggam oleh Dina. Sementara, Dina hanya menggenggam kertas tersebut dengan tatapan dingin. Sepertinya, rasa kesal dan marah pada suaminya masih setia menguasai hatinya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status