Semua Bab Di Balik Romantisnya Suamiku: Bab 31 - Bab 40
46 Bab
Bab 31
Reza pov "Rez, kita mau ke mana? kok dari tadi aku tanya, kami engga jawab?" Suara Naffa kembali terdengar bersama dengan deretan pertanyaan terlontar. Hal itu membuatku terpaksa menanggapinya tanpa menatap karena aku sedang fokus melajukan mobil di jalan raya yang kondisinya terbilang padat tapi lancar. "Ke rumah sakit." Aku menjawab singkat. "Buat apa, Rez?! aku memang beneran hamil anak kamu. Aku engga bohong," tandas Naffa dengan nada yang sedikit tinggi. Tentu, hal itu membuatku semakin gemas. Ingin rasanya aku mengumpat, tapi hal tersebut aku tahan terkait dengan reputasiku sebagai pengusaha muda dan sukses di bawah umur 40 tahun. "Iya, aku tahu, tapi sekalian juga ngecek usia janinnya udah berapa minggu," sambungku dengan air muka kusut sambil menekan tombol klakson pelan. "Oh, aku pikir kamu engga percaya." Naffa yang semula meninggikan nada bicaranya perlahan merendahkan intonasi suaranya dan meraih tangan kiriku pelan. Kemudian, ia kembali bersuara, "Kamu uda
Baca selengkapnya
Bab 32
Dina pov Ucapan dari kedua temanku ini seketika membuat aku merenungkan tentang hubunganku dan Mas Reza yang masih dikungkung masalah. Dalam hitungan menit, beragam memori yang aku lalui bersama suamiku terlintas di kepala, menunjukkan bila memang sejak dua tahun pernikahan suamiku terlihat manis dan menyenangkan saat di depanku. Hingga, saat memori dimana aku melihat chat di antara suamiku dan sekretaris yang belum dipecatnya itu, aku mulai meneliti satu hal yang mungkin menyebabkan Mas Reza masih saja menanggapi chat dari wanita tak tahu diri itu. Lalu, aku kembali mendengar suara Lina, "Din? Kamu kok diem?" Aku pun tersadar dan menanggapi, "Ah, aku kayanya memang harus make over. Mungkin potong rambut atau perawatan wajah." Ucapanku itu ditanggapi dengan dua ibu jari oleh Anggika. "Nah, gitu dong. Yang namanya ibu rumah tangga, memang harus merawat diri juga di sela sibuknya urus rumah sama suami," tambahnya dengan senyum merekah yang mengandung semangat, membuat rasa pesi
Baca selengkapnya
Bab 33
Dina pov Pertanyaan yang dilontarkan oleh Anggika sekejap membuatku teringat pada kakak kelasku saat masih berada di fase putih abu-abu. Namun, aku yang tak ingin berurusan dengan pengemudi lain karena menabrak secara tak sengaja memutuskan untuk tak memikirkan tentang laki-laki yang pernah aku kenal sebelum aku bertemu dengan Mas Reza. "Ya, siapa dulu? Masa main kenal gitu aja." Aku melempar pertanyaan pada Anggika dengan kening berkerut, seolah memang tak terpikir untuk membayangkan jika ada seseorang yang jauh lebih baik dari Mas Reza ke depannya. Anggika menatapku dan mengulum senyum kecil. Hal itu aku sadari melalui ekor mataku secara tak langsung. "Ya, siapa aja yang berusaha buat deketin kamu, Din. Mungkin aja, orang yang pernah kamu kenal dulunya," imbuhnya. Aku yang mendengar tanggapan itu hanya bisa menatap datar. Lalu, aku menanggapi, "Tapi, engga semudah itu dalam hal menilai orang baru itu bisa menghargai aku atau engga. Perlu waktu dan banyak kesempatan supaya
Baca selengkapnya
Bab 34
Di beberapa hari lain, Dina dan Reza menjalankan kegiatan masing-masing, seperti biasa. Reza sibuk dengan investasi dan pembangunan proyek berskala minor, sedangkan Dina sedang fokus membuat pesanan cake custom, sesuai antrian. Akan tetapi, Naffa dengan hati yang hancur tak bisa fokus dengan pekerjaannya di kantor. Ia berulang kali nyaris salah mengetikkan kata-kata saat akan membalas email. Pikirannya terus tertuju pada Reza dan tentang dirinya yang nanti malam akan menemui Dina. Sebelumnya, ia sudah membuat janji dengan istri sah dari bosnya itu dengan alasan bahwa ia ingin membicarakan hal penting terkait Reza. Selain itu, ia juga berencana untuk mengungkap tentang dirinya yang sedang berbadan dua. "Kalau Reza memang engga mau tanggung jawab dengan janjinya, biar aku yang membuat dirinya menderita atas perbuatannya sendiri," Naffa berucap dalam hatinya, mengukuhkan tekad. Ia tak akan membuat bosnya itu lepas dari masalah begitu saja. Setelahnya, Naffa kembali merapikan ars
Baca selengkapnya
Bab 35
Dina pov Semua bukti yang diserahkan oleh Naffa padaku membuat rasa terkejutku muncul dalam sekejap. Terutama, saat aku sedang membaca pernyataan dari rumah sakit yang menyatakan bahwa wanita di hadapanku ini sedang berbadan dua, hasil hubungan gelapnya dengan suamiku. Fakta lain yang meluncur dari bibir Naffa juga tak kalah menegangkan, terkait kehamilannya yang membuat Mas Reza meminta untuk menggugurkan kandungan demi menghindari tanggung jawab. Aku tak pernah menyangka jika laki-laki yang memiliki tempat spesial di lubuk hati ini adalah sosok yang tak berperasaan. "Jika memang tak dapat menyelesaikan masalah, kenapa kamu berbuat hingga sefatal ini, Mas Reza? Apa bagimu anak yang dikandung oleh Naffa tak ada artinya?? Argh! aku sungguh tak dapat mentolerir perbuatan suamiku yang keterlaluan ini!" Aku mengeluh dalam hati setelah mendengar kata-kata Naffa tentang Mas Reza yang menolak untuk menikahinya. Sekitar satu jam berlalu, aku pun melajukan mobil dengan kedua netra y
Baca selengkapnya
Bab 36
Reza Pov Tak aku sangka bahwa istriku yang sabar memilih untuk pulang ke rumah orang tuanya di tengah masalah yang runyam ini. Ternyata, di balik sosoknya yang tak banyak bicara, Dina tergolong sebagai wanita yang sulit ditebak. Memang, selama dua tahun menikah, dia selalu terlihat sabar dan pengertian, terutama terhadap diriku yang terkadang tak dapat menemaninya saat berakhir pekan. Selain itu, dia juga tak menuntut banyak hal dariku, selain menjaga perasaan dan memahami satu sama lain. Hal yang paling membuatku menyesal adalah pikiranku yang cukup impulsif. Aku yang semula menjalani hubungan gelap Naffa malah tak dapat berkutik di tangan sekretarisku sendiri. Semua bukti tentang perselingkuhanku dengannya, secara tersembunyi, disimpan oleh Naffa. Seiring dengan kepergian dari hadapanku dan rumah ini, aku hanya bisa tercenung. Banyak hal yang berlarian dalam pikiranku. Sederet asumsi dan solusi menghampiri, namun tak satu pun dapat mengusir rasa panik sekaligus gelisah yang
Baca selengkapnya
Bab 37
Salma Pov Di saat diriku mulai meramu bumbu untuk sayur asam dan menyiapkan lima buah cabai serta terasi, aku beranggapan bahwa hari ini pasti sama dengan hari sebelumnya, aku akan menanti Hasan dari siang hingga sore hari tiba. Namun, di kala kedua tangan ini mulai menghaluskan bahan-bahan untuk membuat sambal terasi, aku merasakan kedua tangan dengan jemari ramping yang sudah lama tak bertamu di hunian ini. Suara lembut yang dimiliki putri tercintaku juga turut terdengar. Lalu, aku yang sudah mencuci tangan menyambut serta memeluk dirinya. Di saat yang sama, aku melihat travel bag berwarna dusty pink, hadiah pernikahan yang sempat aku berikan padanya dua tahun lalu. "Kamu mau nginep, Din? kok bawa travel bag segala?" Aku memberanikan diri bertanya dengan sorot mata ragu. "Iya, aku akan tidur di sini untuk beberapa minggu ke depan, Ma." Dina menjawab sambil menganggukkan kepala. Rupanya, ia sedang tak baik-baik saja dengan suaminya, Reza. "Kamu kenapa? ada masalah sa
Baca selengkapnya
Bab 38
Tanpa terasa, sudah dua hari bagi Reza dan Dina tinggal terpisah. Dua orang yang tak saling berkomunikasi itu memiliki kondisi yang bertolak belakang. Dina yang kondisi emosinya sudah lebih stabil sibuk menjaga toko kue sambil mengerjakan pesanan cake custom yang mulai berdatangan secara terus-menerus. Sedangkan, Reza tak dapat bekerja dengan konsentrasi penuh. Hal itu disebabkan oleh tekanan dari Naffa dan pikirannya yang tertuju pada Dina, istrinya yang tak kunjung menjawab panggilan suara sejak satu hari lalu. Maka dari itu, Reza yang sudah kehabisan akal memerintahkan salah satu dari pegawainya untuk memesan sebuket bunga mawar di toko bunga, milik salah satu teman lamanya. Ia juga menyertakan isi kartu ucapan untuk disertakan pada buket bunga tersebut. Dalam hitungan kurang dari satu jam, pesanan bunga mawar itu tiba di toko kue Dina. "Permisi, Bu Dina. Ini ada kiriman bunga," ucap Afifah, salah satu pegawai di toko kue Dina yang melangkah dan meletakkan buket bunga di a
Baca selengkapnya
Bab 39
Dina Pov "Bu, Bu, coba lihat ini deh," Suara Afifah kembali terdengar saat aku baru saja selesai melakukan order makanan melalui aplikasi ojek online. "Lihat apa, Fi?" Aku melirik pada salah satu pegawaiku yang sekarang mendekat pada meja kerja dan menunjukkan ponselnya. Dari layar benda pipih yang dipegangnya itu, aku melihat berita dengan pengumuman rumor tentang pengusaha mall dan supermarket asal Surabaya, berinisial R, diprediksi telah menghamili wanita dengan inisial NS. Aku pun hanya menghela napas pelan dan sekilas melirik pada Afifah yang kembali berujar padaku. "Maaf, Bu. Saya lihat foto yang diblur begini, ingat fotonya Pak Reza yang pernah muncul di televisi beberapa waktu lalu." Afifah mengutarakan. "Ya, mungkin kebetulan aja, Fi. Pengusaha mall di Surabaya 'kan engga cuman Mas Reza," jelasku dengan senyum kecil terukir. Meski sebenarnya aku berujar begitu, aku yakin jika rumor yang menyebar itu memang tentang hubungan gelap Mas Reza dan Naffa. "Semoga bu
Baca selengkapnya
Bab 40
Reza pov "Permisi, Pak. Saya Rizal, wartawan dari Majalah Halo. Bisa minta waktunya sebentar?" Suara laki-laki muda terdengar dari ponsel milikku bersama dengan helaan napasku yang pelan. Aku yang masih duduk di balik meja kerja menatap dan mengangguk pelan. Lalu, Rizal mulai melayangkan pertanyaan pertamanya, "Apa benar jika Pak Reza memiliki hubungan khusus dengan sekretaris yang bernama Naffa Syailendra?" "Engga, itu sama sekali engga bener. Kamu tanya begitu karena banyak rumor itu ya?" Aku menegaskan dan memastikan jika wartawan muda di hadapanku ini memang sengaja mengulik tentang hal itu karena sedang panas diperbincangkan di stasiun televisi lokal. "Iya, Pak. Banyak yang berspekulasi seperti itu. Apalagi, foto yang diblur itu sangat mirip dengan salah satu foto bapak beberapa tahun lalu." Rizal mengangguk dan menanggapi ujaranku. Aku yang tahu betul dengan foto tersebut hanya menyunggingkan senyum kecil. Lalu, Rizal kembali menanyaiku tentang hubungan rumah tangga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status