Semua Bab Tuan Miliarder Mengejar Cinta Istri: Bab 21 - Bab 30
100 Bab
Zein VS Lucas
Zahra mematikan telpon sepihak, meletakkan ponsel di atas meja kemudian kembali melanjutkan pekerjaan. Baru saja Zein menghubunginya, mengatakan jika pria itu akan segera datang menjemputnya. Zahra tak terlalu mempermasalahkan. Pertama, Zein tak tahu di mana Zahra berada dan yang kedua pria itu mungkin serius dengan perkataannya. Zein tak pernah mau repot-repot menemui Zahra karena pria itu tak pernah peduli padanya. Dulu, Zahra pernah meminta Zein untuk menyusulnya ke perusahaan mitra akan tetapi Zein menolak datang. Pernah juga Zahra meminta Zein menjemputnya ke supermarket karena Zahra ada di sana dan mobilnya mogok, Zein menolak dan menyuruh Zahra pulang naik taksi. Jadi sekarang, pria itu hanya mengancam. Mungkin supaya Zahra takut atau memikirkannya. "Nona muda." Tiba-tiba pintu ruangan kerja Zahra terbuka, memperlihatkan seorang bodyguard dengan tampang muka khawatir. Bodyguard tersebut membungkuk hormat pada Zahra lalu melapor. "Tuan Zein ada di ruang tamu, dia mengotot un
Baca selengkapnya
Zein VS Lucas (2)
"Bukankah kau seperti sedang membuat rencana untuk mencuri keturunanku?!" Mata Zahra menbelalak lebar, langsung menatap Zein dengan raut muka kaget. Zein sudah tahu jika dia mengandung anak dari pria ini dan Zein menjadikan itu sebagai ancaman untuk Zahra. Bagaimana bisa Zein se kejam ini padanya? "Setelah melakukan kejahatan pada putriku, lalu tanpa tahu malu kau menuduh Zahra melakukan rencana pencurian terhadap keturunanmu? Bagaimana bisa kau seiblis ini, Tuan Zein?!" Lucas mengepalkan tangan, menahan amarah dalam diri yang siap meledak. Sedangkan Zahra, dia memanfaatkan keadaan. Melihat Zein sedikit lengah, Zahra kembali menyikut perut Zahra lalu segera bangkit dari pangkuan pria itu. Zahra bergegas berhambur pada pelukan ayahnya–berlinduhg dari Zein yang menurut Zahra sudah sangat keterlaluan. Semisal Zahra mengungkap kehamilannya saat itu, pasti Zein tak akan peduli. Mungkin lebih parah Zein akan menyuruhnya menggugurkan kandungannya. Lalu sekarang karena obsesi yang ingin Z
Baca selengkapnya
Pembalasan Zahra
Brak'Zein menendang sebuah guci besar di rumah sehingga guci tersebut terjatuh lalu berakhir pecah. Zein melampiaskan kemarahannya pada benda apapun yang dia lihat. Lagi-lagi Zein tidak berhasil membawa Zahra ke sisinya dan itu semua karena Lucas."Zein, kamu kenapa?" Yolanda datang, begitu kaget lihat kondisi putranya yang mirip seperti Godzilla marah. Rumah sudah seperti kapal pecah, barang tergeletak di mana-mana dan banyak beling pecahan kaca. Zein menoleh ke arah ibunya, dia menatap marah lalu tanpa mengatakan apa-apa dia langsung beranjak dari sana. Yolanda terdiam, menatap kepergian putranya dengan air muka murung. Zein terlihat marah, bahkan padanya. Apa karena selama ini Yolanda tidak mendukung hubungan Zein dan Zahra? Tetapi perempuan itu licik, dia telah menjebak Zein tiga tahun yang lalu hanya demi menjadi nyonya Melviano. Yolanda menundukkan kepala, meremas tangan sendiri secara gelisah. "Tadi Belle mengatakan jika Tuan Lucas datang karena permintaannya. Tetepi ternyat
Baca selengkapnya
Ulang Tahun Kakek
Setelah mengatakan hal itu, Zahra melanjutkan langkah. Namun, tiba-tiba saja makhluk yang sangat ia benci datang, langsung memeluk lengan Zein. "Zein." Suara manja Belle menyapa, dia menatap Zein dengan tatapan penuh cinta lalu beralih menatap Zahra dengan tatapan penuh kebencian. Belle tiba-tiba tersenyum culas, dia punya rencana untuk membuat nama Zahra kotor di kepala Zein. "Zahra, kamu akhir-akhir ini sering bersama, Paman Raka. Harusnya itu tidak terjadi karena kamu tahu bukan jika Paman Raka adalah Paman dari Zein. Kamu masih istri dari Tuan Zein, harusnya kamu bisa menjaga batasan. Dan … kamu harusnya menjaga batas--""Pardon me?!" Zahra langsung memotong, menatap tenang ke arah Belle. Mungkin dulu dia merasa tertindas dan insecure dengan Belle, perempuan ini nomor satu bagi suaminya. Namun sekarang, Belle bukan apa-apa bagi Zahra. Dia tidak akan terintimidasi lagi oleh kelicikan Belle, "maksudmu menjaga batasan agar tidak terus-terusan menempeli pria yang sudah berstatus istr
Baca selengkapnya
Mengungkap Kehamilan
'Ck, kenapa dia harus datang sih.' batin Belle, menghentakkan kaki pelan ke lantai karena kesal melihat Zahra datang. Sedangkan Zein, dia langsung memeluk Zahra lalu membisikkan sesuatu pada perempuan itu. "Jangan mengatakan apapun pada Kakek mengenai hubungan kita," bisik Zein dengan penuh peringatan. Zahra menghela napas pelan lalu mendorong pundak Zein. "Tenang saja. Aku datang untuk merayakan ulang tahun Kakek, bukan mengacau," ucapnya, setelah itu berjalan menghampiri Brian. Zein mengikuti dari belakang. Setelah berada di hadapan Brian, Zahra langsung memberikan ucapan selamat ulang tahun. "Selamat ulang tahun, Kakek.""Terimakasih, Cucuku sayang," jawab Brian, tersenyum bahagia pada Zahra. "Aku selalu mendoakan supaya Kakek panjang umur, sehat selalu dan selalu dilimpahkan kebahagiaan," ucap Zahra sembari memberikan sebuah kado berukuran besar. "Anak yang baik." Brian mengusap pucuk kepala Zahra beberapa kali. Dia meraih kado dari Zahra lalu menyerahkan kado pemberian Belle
Baca selengkapnya
Ayah dan Anak yang Menghangat
Brak'Brian memukul meja dengan kasar, kembali marah oleh fakta tersebut. Dia menatap Zahra dengan tatapannya nyalang kemudian menatap Belle dengan raut muka jauh lebih mengerikan dari yang sebelumnya. "Jika benar Zahra selingkuh dengan paman suaminya sendiri, Raka, maka yang ku salahkan adalah Zein. Kenapa Zein memelihara ular sepertimu di dalam rumah tangganya?!" Brian marah dengan fakta Zahra hamil anak dari putra bungsunya, akan tetapi dia tidak sanggup memarahi Zahra. Tiga tahun menikah, mungkin saja Zein memperlakukan Zahra buruk. Ditambah Belle kembali dan sekarang sedang mengandung anak dari Zein. Siapapun yang menjadi istri Zein saat itu, mungkin tak akan ada yang bertahan! "Dan … tidak masalah bagiku siapa ayah bayi yang Zahra kandung, dia tetap akan menjadi cucu buyut dan pewaris Melviano," geram Brian, mengepalkan tangan dengan melayangkan tatapan tajam pada Belle. Zahra yang awalnya menunduk karena merasa khawatir, mendadak mengangkat kepala. Dia menatap Brian dengan
Baca selengkapnya
Plin Plan
"Kau sangat cantik, Sweetheart," bisik Zein, menyunggingkan smirk tipis pada Zahra. Tangannya melingkar mesra di pundak Zahra, di mana sesekali dia memijat pundak istrinya tersebut–entah sengaja menggoda Zahra atau memang berniat sekedar memijat saja. Zahra beberapa kali menggoyangkan pundak demi menyingkirkan tangan Zein, akan tetapi tangan Zein enggan menyingkir. Zahra menoleh datar pada Zein, tersenyum kaku dengan mata jengah. "Baru sadar?" ucap Zahra sinis. "Tidak. Dari dulu kau selalu cantik. Sayangnya aku menyangkal," jawab Zein, berucap pelan. Suaranya serak dan berat, terkesan sangat menggoda di pendengaran. Zahra berdehem pelan, mengerjapkan mata beberapa kali untuk menstabilkan degup jantungnya yang menggila sebab nada menggoda Zein. Zahra menyingkirkan tangan Zein dari pundaknya lalu segera berdiri. "Aku harus pulang," ucapnya saat tangannya ditahan oleh Zein. "Aku akan mengantarmu," ucap Zein, segera berdiri untuk pergi mengantar Zahra pulang. Zahra tak menolak sam
Baca selengkapnya
Maafkan Aku
Zein membawa Zahra ke rumah sakit. Zein begitu khawatir karena Zahra mengeluarkan banyak darah. Saat ini dia sudah pasrah jika semisal dia dan Zahra harus kehilangan bayinya. Yang terpenting Zahra selamat dan tidak dalam kondisi berbahaya. Tiba-tiba saja Raka dan Lucas datang, di mana dengan marah Lucas langsung memukul Zein. Jika bukan karena dokter yang datang, Lucas tak mungkin berhenti memukul Zein. Dokter memberitahu informasi kondisi Zahra, bayinya dan bisa diselamatkan dan Zahra dalam kondisi lemah untuk saat ini. Lucas begitu sedih, marah bercampur iba pada putrinya. Harapan putrinya telah pergi meninggalkan mereka, sosok yang putrinya tunggu-tunggu untuk hadir di dunia ini telah tiada. Setelah dokter pergi, Lucas langsung mencengkeram kerah kemeja yang Zein kenakan. "Kau puas?!" marah Lucas, mengatupkan rahang dengan melayangkan tatapan membunuh pada Zein. Namun, sebulir kristal berhasil jatuh dari pelupuk. Dia tak bisa untuk tak menangis, Lucas kasihan pada nasib putriny
Baca selengkapnya
Dekapan Hangat Zein
"Jika aku bilang Belle mendorongku dari tangga, kamu akan percaya?" ucap Zahra tiba-tiba, mengabaikan permintaan maaf Zein padanya. Nadanya tegas untuk menyembunyikan luka di hati, tetapi tetap saja kesedihan kentara terasa dari nada bicaranya. Zein seketika melonggarkan pelukannya, langsung menunduk untuk menatap wajah Zahra secara lekat. Tatapannya serius, dalam dan menyelami manik indah Zahra. Zahra mendorong Zein kemudian mengambil posisi duduk, dia menyender ke kepala ranjang tetapi posisi membelakangi Zein yang juga telah duduk. Air mata Zahra jatuh, melintasi pipi dan memberikan kesan hangat di sana. Dadanya begitu sesak, sakit seperti ada ribuan jarum yang menusuk dari dalam. Lagi-lagi Zein lebih percaya pada Belle dibandingkan dirinya. "Harusnya aku tidak menanyakan hal tadi, kamu sudah pernah menjawabnya." Zahra berkata pelan dan lemah, menyingkirkan tangan Zein di pundaknya. Dia ingat sekali ketika Belle memfitnahnya menumpahkan kopi, Zein sangat marah pada Zahra–tanpa
Baca selengkapnya
Mengusir Belle
"Kudengar Zahra keguguran, Tante. Dan … sudah tidak bisa hamil lagi karena kecelakaan itu membuat rahimnya tidak akan kuat untuk mengandung lagi," tutur Bela, bernada manis dan menunjukkan wajah prihatin. Seolah dia merasakan kesedihan yang sedang menimpa Zahra. "Tetapi itu sepertinya karma atas perbuatan Zahra deh, Tante. Pernikahannya dengan Zein kan karena jebakan yang dia perbuat. Kurasa dia hamil juga karena menjebak …-"Plak'Dengan marah, Zein langsung melayangkan tamparan kuat ke wajah Belle, menimbulkan suara nyaring dan renyah. Jika bukan karena tubuhnya ditahan oleh Yolanda, mungkin Belle sudah terjatuh ke lantai–akibat tamparan kasar Zein tersebut. "Ze-Zein," ucap Belle yang sudah hampir menangis, tak percaya jika Zein akan kasar padanya. Zein menamparnya? "Aku bisa bertindak lebih keji dari ini jika kau tidak bisa menjaga ucapanmu!" geram Zein dingin, melayangkan tatapan membunuh ke arah Belle. "Zein, apa aku salah berbicara? A--aku hanya mengatakan fakta. Aku ke rumah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status