Semua Bab Tuan Miliarder Mengejar Cinta Istri: Bab 41 - Bab 50
100 Bab
Katakan Jika Kau Mencintaiku Wife!
Raka menganggukkan kepala. "Satu ayah berbeda ibu," jawab Raka pelan. "Apa Zein memiliki masalah dengan keluarga Melviano? Seperti kau yang bermasalah dengan ayahmu karena telah menyerahkan perusahaan pada Zein." Lucas kembali bertanya. "Tuan, sebenarnya tidak ada yang boleh mengetahui rahasia ini," ucap Raka setelah sebelumnya menyuruh bodyguard dan Alana keluar dari ruangan tersebut, sehingga hanya dia dan Lucas lah yang berada di ruangan ini. "Tetapi karena saya mempercayaimu melebihi apapun, saya akan memberitahumu.""Sebenernya Arlond Melviano, Kakakku dijebak oleh keluarga Yolanda untuk bisa menjadikan Yolanda sebagai menantu keluarga Melviano. Saat itu Yolanda sedang hamil muda, anak dari kekasihnya yang telah meninggal dunia sebelum menikahi Yolanda. Lalu Yolanda dan Arlond yang bersahabat dijebak untuk tidur bersama. Keluarga Yolanda mengatakan anak itu adalah anak Arlond, akhirnya mereka menikah. Arlond tahu jika anak itu bukan miliknya, tetapi dia tetap bersikap baik pada
Baca selengkapnya
Kesempatan Sekali
"Baik. Cukup katakan jika kau masih mencintaiku maka kau boleh ikut denganku ke kantor."Deg Sempat terdiam karena gugup mendengar ucapan Zein tersebut, tetapi setelah dipikir kembali Zahra menggelengkan kepala. Zahra menggelengkan kepala, membantah jika dia masih mencintai Zein. "Dulu aku pernah mencintaimu, Zein. Aku berjuang supaya kamu melihat ke arahku. Tiga tahun-- itu bukan waktu yang sebentar, tetapi hanya kesia-siaan yang kudapat. Wanita itu kembali lalu kamu dengan mudah mengabaikanku. Jika sekarang kamu menuntut cinta dariku, maaf … aku tidak mencintaimu lagi. Aku pernah sangat bodoh menyakiti diriku sendiri dengan cara mencintaimu, sekarang aku ingin bebas dari kebodohan itu. Daripada mencintaimu lagi, lebih baik aku belajar mencintai diriku sendiri," jawab Zahra, melepas pelukan Zein di pinggangnya. Zein termenung sesaat mendengar penuturan istrinya. Benarkah dia sangat keji dan jahat pada Zahra dahulu sehingga Zahra sampai menganggap jika mencintainya adalah sebuah ke
Baca selengkapnya
Gigit Aku Wife
"Kemari, Wife. Suamimu sudah datang menjemputmu." Zahra menatap lelah pada Zein, mendengus pelan kemudian berjalan menghampiri pria tersebut. Dia sudah menghubungi ayahnya, tetapi kenapa orang-orang ayahnya belum datang? Sekarang Zein lebih dulu tiba di sini, Zahra akan kembali terjebak dengan pria ini. Zahra sudah menebak Zein akan ke sini untuk menjemputnya. Drrt'Zahra merogok handphone dalam tas, kemudian mengangkat telepon dari ayahnya–masuk dalam mobil Zein secara pasrah. Percuma! Bodyguard Zein ada di mana-mana.Zahra menoleh sejenak ke arah beberapa orang misterius yang terlihat mencurigakan–menutupi wajah dengan topi dan masker serta membawa kamera. 'Paparazzi?' batin Zahra, mengerjap beberapa kali kemudian memilih menoleh ke depan. Dia berusaha tak acuh walau kepalanya terus memikirkan. 'Aurelia ku sayang, maafkan Ayah.' Suara ayahnya dari sebrang sana lah yang telah berhasil membuat Zahra terabaikan oleh tiga orang misterius yang ia tebak paparazzi tersebut. Zahra m
Baca selengkapnya
Penyusup di Kamar Zahra
"Ini makanan kesukaanmu."Deg'Awalnya Zahra kita ini hanya kebetulan. Namun …-'Darimana Zein tahu?' batin Zahra, bertanya-tanya darimana Zein tahu tentang makanan favoritnya. Selama tiga tahun menjadi istri pria ini, Zein tak pernah peduli dan perhatian padanya. Lalu, darimana Zein tahu? "Darimana kamu tahu kalau aku suka semua makanan ini, Zein?" tanya Zahra–Zein mendongak ke arahnya lalu tersenyum tipis. "Kau telah menjadi istriku selama tiga tahun. Tentu saja aku tahu," jawab Zein, memotong daging steak kemudian setelahnya meletakkan piring tersebut di depan Zahra. "Silahkan makan, Sweetheart.""Aku bilang aku tidak lapar, Zein. Kamu makan saja, aku akan menunggu." Zahra menolak makanan tersebut, menaruh piring kembali ke hadapan Zein. "Humm." Zein berdehem singkat. Zahra pikir Zein tak memaksa lagi, makan sendiri dan membiarkan Zahra menunggunya. Namun, Zahra salah. Zein tiba-tiba saja mengarahkan garpu yang menusuk potongan daging tersebut ke arah mulut Zahra. "Kamu ingin di
Baca selengkapnya
Zein Sang Raja Semena-mena
"Ze-Zein, bagaimana bisa kamu ada di sini?" gugup Zahra, menyilangkan tangan di depan dada. "Keluar!" titah Zahra selanjutnya. Alih-alih keluar, Zein semakin mendekati Zahra. Senyumannya semakin menyungging indah, tatapannya gelap dan berkabut gairah. Setelah di dekat Zahra, Zein langsung mengalungkan tangan di pinggang Zahra–menjauhkan tangan Zahra yang menyilang di dada lalu meletakkannya dengan mengalungkannya di leher Zein. "Kau yakin ingin mengusirku, Sweetheart?" ucap Zein serak dan berat, satu tangannya yang bebas terangkat–menyentuh dan membelai pipi Zahra. Zahra terlihat gelisah, menatap Zein gugup bercampur waspada. Ini kamarnya, mansion ayahnya. Jika ayahnya datang, Zein bisa dalam masalah. "Zein, tolong kembali." Zahra menepis pelan tangan Zein di pipinya. "Ayah bisa semakin ragu padamu jika dia tahu kamu di sini. Jadi tolonglah kembali ke rumahmu," pinta Zahra. Zein menampilkan raut muka dingin. Kemudian mendadak berdecis sinis pada Zahra. "Aku tidak peduli dengan re
Baca selengkapnya
Berebut Zahra
"Zein Melviano!" marah Lucas dengan nada membentak, mendidih melihat tingkah Zein yang seenaknya naik ke atas ranjang putrinya kemudian berbaring di sana–memeluk paksa Zahra yang enggan dipeluk olehnya. Zein mendongak ke arah Lucas. "Jika tidak ada yang ingin dibicarakan, silahkan keluar, Ayah. Aku dan istriku ingin beristirahat," jawab Zein tenang, memejamkan mata setelahnya sembari memeluk erat Zahra supaya tidak kabur. Zahra menyikut kuat perut Zein, berharap jika dengan demikian Zein akan melepasnya. Namun, yang ada pria ini semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh mungil Zahra. "Zein, tolong lepaskan aku!" pekik Zahra setengah marah dan kesal pada sikap Zein. "Tidur," jawab Zein dingin, tanpa peduli dengan raut muka kesal Zahra. "Anak ini-- benar-benar tidak tahu tatakrama," geram Lucas halus, memijat pangkal hidung sembari menatap berang ke arah Zein. Sedikitnya dia kasihan pada putrinya yang terjebak pada Zein. Dia tak menyangka jika Zein se keras ini, bahkan di depan mat
Baca selengkapnya
Jebakan yang Telah diketahui
Pagi sekali Zahra sudah berangkat ke kantor, Zein sama sekali tak bertemu dengan istrinya padahal Zein sangat ingin merecoki Zahra. Zein juga ingin menyusul ke kantor Zahra, akan tetapi Marcus tiba-tiba menghubunginya, ingin mengatakan hal serius pada Zein. Zein akhirnya memilih menemui Marcus, di perusahaan milik Zein sendiri. Setelah di ruangannya, Zein berbicara dengan Marcus. "Tuan, saya telah menemukan bukti kejadian tentang tiga tahun yang lalu. Ini adalah data bukti yang telah saya temukan, Tuan," ucap Marcus, menyerahkan sebuah laporan berisi bukti dari kejadian tiga tahun yang lalu pada Zein. Meskipun telah menyerahkan laporan tersebut pada Zein, Marcus tetap menjabarkan secara langsung. "Ternyata dalang dari masalah tiga tahun yang lalu adalah Nona Belle, Tuan. Mengetahui dirinya tak direstui menikah dengan anda, oleh Kakek anda, Belle nekat menjebak anda untuk tidur dengannya. Kakek anda mendapat informasi jika Belle memiliki hubungan gelap dengan seorang pebisnis dari ne
Baca selengkapnya
Pengakuan Cinta Zein
"Bayi di perutnya bukan milik anda, melainkan sugar Daddynya yang telah mencampakkannya.""Brengsek!" Zein mengumpat marah, mengepalkan tangan dengan raut muka yang terlihat sudah seperti iblis. Dia mengharapkan jika bayi itu bukan miliknya, tetapi tetap saja dia marah saat yang dia harapkan terjadi. Zein merasa bodoh! Dia tutup mata pada Zahra hanya karena dia kira Belle mengandung anaknya. Dia bertanggung jawab pada bayi tersebut tetapi ternyata …-'Kau membuatku kehilangan bayiku, Belle. Dan kau juga menipuku. Tunggu pembalasanmu, Wanita sialan. Demi Tuhan, aku sangat membencimu!' batin Zein dengan aura marah yang kental. Matanya melebar dengan urat memerah di sekitar bola mata. Rahang mengatup serta gigi yang bergemelutuk. "Belle dihamili oleh sugar daddynya, tetapi sang sugar daddy menolak bertanggung jawab. Dia mencampakkan Belle begitu saja saat setelah Belle hamil. Belle memilih kembali ke tanah air, menargetkan anda untuk menanggung jawabi bayi dalam kandungannya. Dia tahu
Baca selengkapnya
Belle Berakhir
"Minggir." Belle dengan tegas mengusir paparazi yang menghalangi langkahnya mendekati Zein. Setelah di dekat Zein, dia langsung mengalungkan tangan secara mesra di lengan Zein. "Zein, aku kira kamu akan mencampakkan Zahra setelah dia menggugurkan kandungannya hanya demi proyek ini dan kamu akan menikahiku karena aku sedang mengandung anak kamu, Zein," ucap Belle tiba-tiba, berkata lantang supaya semua orang bisa mendengarnya. Semua orang berbising-bising, melirik Zahra dengan tak percaya. Apakah benar Zahra mengugurkan kehamilannya hanya demi proyek ini? Dan … Belle mengandung anak dari sang Tuan Zein yang katanya sangat mencintai istinya? "Jangan jangan selama ini Tuan Zein dan Bu Zahra tak pernah saling mencintai. Jika iya, kenapa Bu Zahra menggugurkan kandungannya dengan mudah dan kenapa Tuan Zein menghamili Belle?" Bisik-bisik tak benar mulai terdengar. Zahra menundukkan kepala, sedih karena dia difitnah melenyapkan bayinya sendiri. Perasaan marah ada, akan tetapi rapuh dan s
Baca selengkapnya
Pengkhianat Sebenarnya
Zahra terdiam dan mematung, kaget oleh perlakuan Zein. Pria arogan ini bersimpuh di hadapannya?"Maafkan aku," ucap Zein dengan nada yang jauh lebih serak dan rendah, mendongak sembari menatap penuh penyesalan bercampur penuh cinta pada Zahra. Dia masih memeluk lutut Zahra–bak memohon agar Zahra tak meninggalkannya. Zahra yang merunduk menjatuhkan air mata, menatap Zein tulus dan iba–tak tega serta luluh melihat Zein yang memohon maaf padanya. "Yah, aku memaafkanmu, Zein." Zahra menganggukkan kepala, tersenyum sembari meletakkan tangan di atas pucuk kepala Zein–mengusap lembut rambut lebar suaminya. "Tetapi jangan seperti itu lagi, Zein. Aku benar-benar tidak bisa. Aku memaafkanmu tetapi tidak akan mentoleransimu jika kamu kembali melukaiku. Jujur saja, apa yang kamu lakukan-- sangat menyakitkan, Zein. A--anak kita … dia tiada karena …-" ucapan Zahra berhenti, terlalu tak kuat untuk melanjutkan perkataannya. Sakit hatinya karena kehilangan bayinya tak akan pernah bisa ia lupakan. R
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status