All Chapters of Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan: Chapter 11 - Chapter 20
154 Chapters
Bukan Tipenya
Alaric terlihat tak senang karena Emily dipeluk pria lain padahal di pesta itu banyak yang melihat. Belum lagi status Emily sekarang adalah istrinya.Dia hendak melangkah untuk menegur, tapi langkahnya terhenti saat melihat wanita yang dinikahinya itu tertawa bahagia. Bahkan dia belum pernah melihat Emily tertawa seperti itu.“Kai! Kupikir kamu tidak datang.” Emily menatap sepupu yang tumbuh bersamanya dari kecil.Emily terlihat seperti ingin menangis karena kedatangan pria itu.“Bagaimana aku tidak datang di hari pernikahanmu? Untung saja urusannya selesai lebih cepat, jadi bisa mendarat hari ini. Aku bahkan langsung ke sini dari bandara dijemput Archie.”Alaric masih terus memperhatikan Emily yang sedang bicara. Hingga dia melihat Emily yang tiba-tiba menoleh ke arahnya.“Itu suamiku, ayo kukenalkan!” ajak Emily sambil menarik Kai.Alaric mencoba bersikap biasa meski sebelumnya terkejut dan tak senang karena Emily memeluk pria lain.Dia menatap Emily yang berjalan ke arahnya dengan
Read more
Siapa Yang Rugi?
Emily tidur sangat pulas karena kelelahan seharian meladeni tamu di resepsi pernikahannya dengan Alaric. Bahkan sekarang tak sadar jika hari sudah pagi tapi dia masih tidur begitu nyenyak. Hingga saat masih merasa dalam alam mimpi. Tangannya meraba sesuatu yang keras saat dipeluk. Dia menepuk pelan, hingga kelopak matanya berkerut. “Kenapa gulingnya sangat keras?” Emily bergumam sambil masih meraba, tangannya meraba-raba sebab merasa guling itu lebih besar dari ukurannya. Hingga dia terkejut saat ada yang berdeham. “Kalau begini, siapa yang dirugikan?” Emily buru-buru membuka mata. Dia melihat ke mana tangannya berada hingga sangat syok sampai-sampai bangun dengan cepat. Emily sangat ceroboh, sampai terjungkal ke lantai “Sakit!” pekik Emily. Alaric yang melihat tingkah Emily pun hanya bisa memijat kening. Untungnya Emily lekas bangun, atau wanita itu akan semakin membangunkan miliknya di bawah sana. “Kenapa aku bisa memelukmu?” Emily berdiri sambil melotot. “Kamu pikir aku m
Read more
Tinggal Dengan Mertua
“Mama senang acara kemarin berjalan dengan lancar. Kalian semalam tidur nyenyak, kan?” Emily tanpa sengaja menguap saat mertuanya sedang bicara. Bahkan tingkahnya itu tertangkap mata sang mertua dan kakek, hingga dua orang tua itu menatapnya. Emily baru sadar jika sedang ditatap sang mertua, hingga langsung mengulum bibir. “Iya, Ma. Nyenyak kok.” Emily membalas karena sungkan. Dia melirik Alaric yang menoleh ke arah lain. Emily melihat mertuanya tidak marah, tapi wanita itu malah senyum-senyum membuatnya keheranan. “Meski nyenyak, kalian pasti masih sangat lelah,” ucap sang mertua sambil senyum-senyum. Emily hanya mengangguk-angguk sambil senyum karena merasa aneh dengan tatapan sang mertua kepadanya. “Kenapa dia menatap sambil senyum begitu? Aku mendadak horor,” gumam Emily dalam hati. “Setelah menikah, kalian tetap harus tinggal di sini. Ini sudah kita sepakati jadi kalian tidak boleh mengelak,” ucap sang kakek. Emily sangat terkejut mendengar ucapan kakek, jika tinggal di s
Read more
Jantung Siapa?
Emily melihat Alaric langsung mengambil ponsel. Dia begitu syok tapi Alaric terlihat sangat murka karena berita yang mereka lihat. “Bukankah aku sudah bilang untuk mengurus mereka!” Suara Alaric begitu lantang menggelegar hingga membuat Emily terkejut. Emily tak menyangka Alaric sangat menakutkan ketika marah. “Aku tidak mau tahu. Cari tahu siapa yang membuat berita itu, lalu bungkam!” Setelah memberi perintah Alaric mengakhiri panggilan itu. Emily masih menatap Alaric yang begitu emosi. Daripada keterkejutan karena berita yang dilihat, Emily kini lebih terkejut dan takut dengan karakter Alaric. Alaric menoleh Emily, hingga melihat bola mata wanita itu tampak berkaca-kaca. “Kamu tenang saja, asistenku akan mengurus masalah ini,” ucap Alaric dengan nada suara yang diturunkan. Emily hanya mengangguk-angguk karena syok. Alaric melihat Emily tampak takut, salahnya yang emosi sampai mengeluarkan suara yang keras. Saat keduanya masih kesal karena berita yang beredar, terdengar suara
Read more
Bikin Cucu?
Emily memicingkan mata ke Alaric. Dia masih kesal dengan kejadian tadi.“Apa? Awas saja, lain kali aku akan benar-benar mengadu!” ancam Emily saat melihat suaminya melirik ke arahnya.Mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah orang tua Emily karena para orang tua itu sangat syok melihat berita yang beredar hingga meminta Alaric dan Emily buru-buru datang ke rumah.“Baru juga nikah sehari, sudah ada masalah begini. Bagaimana dengan enam bulan ke depan,” gerutu Emily yang tak habis pikir kenapa pernikahan mereka jadi konsumsi publik.“Mulai sekarang kamu harus siap jika menghadapi masalah seperti ini,” ucap Alaric saat mendengar Emily menggerutu.Emily hanya komat-kamit mendengar ucapan Alaric. Dia paham dunia bisnis seperti apa, termasuk bagaimana situasi saat menghadapi media, tapi yang membuatnya kesal dan tak terima adalah tuduhan yang dilayangkan kepadanya.Mobil mereka sudah sampai di rumah. Emily dan Alaric pun masuk rumah dan ternyata sudah disambut tatapan penuh curiga kedua
Read more
Tidak Suka Pantai
“Kita akan berlibur di pantai?”Emily terlihat syok saat memandang tiket mereka. Dia menoleh Alaric hingga melihat pria itu menatapnya tanpa kata.“Kita tidak jadi pergi saja.” Emily memegang gagang koper hendak berbalik arah.“Mau ke mana kamu?” Alaric menahan koper Emily.Emily menatap Alaric yang menahan kopernya lantas menjawab, “Aku tidak suka laut. Jika tujuan kita ke laut, lebih baik lupakan. Pulang saja.”Emily hendak menarik kopernya tapi Alaric menahannya.“Mama yang menyiapkan ini. Jangan sampai dia curiga karena kita tidak jadi pergi.”Emily menatap Alaric yang mencegahnya pergi. Dia diam dengan tatapan yang tak bisa diartikan.“Ini hanya formalitas. Kamu bisa tetap di kamar jika malas ke pantai. Laut juga tidak akan menelanmu kalau kamu tetap di kamar.”Emily menatap Alaric saat mendengar ucapan pria itu. Dia sedang berpikir, hingga tiba-tiba Alaric mengambil alih kopernya.“Silakan kalau mau pulang, hadapi kekecewaan Mama sendirian.”Alaric berjalan menarik dua koper di
Read more
Demam
Emily benar-benar tak mau keluar dari kamarnya meski cuaca hari itu sangat mendukung untuk berjalan-jalan. Dia memilih duduk sambil membaca buku di kamar, sedangkan Alaric keluar sendiri berjalan-jalan di pantai.Saat sedang fokus membaca, ponsel Emily berdering membuatnya buru-buru mengecek siapa yang menghubungi.“Mama.”Emily melihat nama sang mertua terpampang di layar. Dia pun segera menjawab panggilan itu.“Halo, Ma.”“Emi, apa kamu sakit?” tanya sang mertua dari seberang panggilan.Emily mengerutkan alis mendengar pertanyaan mertuanya itu.“Tidak, Ma.”“Lalu, kenapa pelayan hotel bilang kamu tidak jalan-jalan keluar? Bahkan keluar dari kamar pun tidak. Mama cemas.”Emily memejamkan mata sekilas mendengar ucapan sang mertua. Dia lupa kalau hotel itu milik keluarga Alaric dan sudah pasti pelayan di sana ikut mengawasi.“Oh, itu bukan karena sakit, Ma. Aku hanya masih lelah, jadi agak malas keluar. Ingin istirahat dulu, baru jalan-jalan,” kilah Emily agar mertuanya tidak curiga.“
Read more
Bukan Siput
“Hanya demam biasa, tidak ada yang serius,” ucap dokter yang baru saja memeriksa kondisi Emily. Alaric begitu panik saat melihat Emily sesak napas. Dia segera membawa ke rumah sakit untuk memastikan. “Lalu bagaimana dengan pernapasannya? Kenapa dia tadi seperti tak bisa bernapas?” tanya Alaric memastikan. Alaric melihat dokter menoleh Emily yang tertidur dan ada selang infus terpasang di lengan. “Mungkin dia memiliki trauma berat. Terkadang seseorang akan kembali mengalami syok berat saat berada di tempat-tempat yang baginya mengingatkan akan traumanya,” ujar dokter menjelaskan. “Secara keseluruhan medis, pasien tidak memiliki penyakit dalam. Semua pemeriksaan tak ada yang menunjukkan keanehan akan kondisi tubuhnya,” ujar dokter lagi. Alaric mengangguk pelan. Dia lantas berterima kasih ke dokter. Alaric menatap Emily yang tertidur pulas setelah diberi obat penenang. Wanita itu juga sudah tak lagi sesak napas seperti sebelumnya. Malam itu Alaric tidur dengan posisi duduk, menjag
Read more
Tragedi Bra
“Kenapa kamu mengemas pakaian? Apa kita sudah selesai liburannya?” tanya Emily bingung saat kembali ke hotel setelah dirawat setengah hari, lalu Alaric mengemas pakaian.Emily melihat Alaric yang baru saja selesai memasukkan pakaian ke koper, hingga pria itu kembali berjalan mengambil koper Emily lantas membuka.Emily mendadak terkejut saat Alaric hendak mengambil pakaian kotornya. Dia ingin mencegah tapi terlambat.Sebuah bra berenda jatuh tepat di atas kaki Alaric. Pria itu menurunkan pandangan saat merasakan sesuatu yang jatuh di atas kakinya.Emily sangat syok karena Alaric melihat branya. Meski masih agak lemas, dia berlari lantas mengambil pakaian kotornya dari tangan pria itu. Dia juga berjongkok mengambil branya. Untung celana dalamnya tidak ikut jatuh, atau dia akan malu setengah mati.“Kalau mau ngemas, bilang aja. Apa susahnya ngomong, sih? Ngomong, tinggal ngomong kalau kita mau check out!”Emily mengamuk bukan karena marah tapi karena malu.Alaric terlihat tak acuh dengan
Read more
Teman Salah Paham
Emily menggerakkan kelopak mata saat merasakan suhu ruangan di sana sangat dingin meski selimut tebal sudah membungkus tubuh.Dia membuka mata perlahan, hingga melihat daun yang melambai di jendela. Dia baru menyadari jika tidak bangun di hotel tepi pantai, tempat itu berbeda.Baru juga bangun, tiba-tiba perutnya berbunyi karena cacing-cacing di perutnya belum diberi makan sejak pulang dari rumah sakit.“Lapar,” gumam Emily sambil mengusap perut.Dia malas bangun, tapi perutnya tak bisa diajak kompromi.Emily membalikkan badan menghadap pintu karena ingin bangun, tapi sebelum dirinya bangun, pintu kamar itu terbuka dan tampak Alaric yang hendak masuk.Emily pun kembali memejamkan mata pura-pura jika masih tidur.Namun, tampaknya dia ketahuan karena Alaric berkata, “Bangunlah, aku sudah melihatmu membuka mata.”Emily menggerutu dalam hati, hingga akhirnya tidak bisa berpura-pura dan memilih membuka mata. Dia memandang Alaric yang datang membawa nampan makanan.Emily melihat pria itu me
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status