All Chapters of Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan: Chapter 21 - Chapter 30
154 Chapters
Ingin Diperhatikan
Emily terkejut melihat Alaric bangun. Dia buru-buru ingin berdiri tapi kakinya malah kaku hingga membuatnya jatuh.“Agh!” Emily memekik sambil terduduk di lantai. Dia memegangi pergelangan kaki yang seperti terkilir.Alaric hanya bisa membuang napas melihat tingkah Emily. Dia pun bangun, lantas menatap Emily yang duduk di karpet sambil memegangi kaki.Pria itu tak banyak kata, bahkan langsung meninggalkan Emily yang sedang kesakitan. Emily pun terkejut karena Alaric mengabaikannya, berharap apa dia dari pria kulkas sepuluh pintu itu.“Besok aku mau nyari suami yang perhatian, penyayang, lemah lembut, dan baik setelah berpisah darinya nanti,” gerutu Emily yang sangat benci diabaikan.Emily menggerutu sambil memijat pergelangan kaki, hingga tiba-tiba Alaric menyodorkan salep untuknya. Emily terkejut sampai menatap pria itu yang berdiri di hadapannya.“Aku tidak akan berterima kasih.”Emily mengambil salep itu dengan perasaan dongkol. Dia takkan mau berterima kasih ke Alaric yang diangga
Read more
Taman Bermain
“Kenapa Tuhan menciptakannya nyaris sempurna?” Emily duduk di teras villa, memandang ke Alaric yang sedang jogging meski udara di sana lumayan dingin. Emily saja masih membungkus tubuh dengan jaket tebal, tapi pria yang sedang berlarian di depan matanya itu hanya memakai kaus pendek dan celana panjang saja. “Hidup itu memang tak adil. Lihat saja, dia tampan, kaya, gagah, sayangnya dingin. Kenapa tidak dibuat penyayang dan perhatian. Ck … ck … ck.” Emili menggeleng kepala setelah mengatakan itu semua. Saat Emily sedang mengagumi Alaric yang berlari di sekitar villa, tiba-tiba saja pria itu berhenti lantas menatap ke arahnya. Emily pun panik. Dia langsung mengambil cangkir coklat yang tadi disuguhkan pelayan, lantas menyeruput sambil pura-pura tak melihat Alaric. Emily melihat Alaric yang berjalan menghampirinya. Dia pun berpura melihat ke arah lain seolah sedang mengagumi suasana di sana. “Bagaimana kakimu?” tanya Alaric saat berdiri di depan Emily. Emily langsung melirik ke ka
Read more
Sakit Lagi
Alaric duduk di ruang keluarga sambil menyangga dagu. Dia mengingat apa yang dilakukannya bersama Emily seharian tadi hingga membuat pria itu tiba-tiba tersenyum sendiri.“Wanita lucu,” gumam Alaric sambil tersenyum tapi dia buru-buru menghilangkan senyum setelahnya.Alaric merogoh saku celana, lantas mengeluarkan sesuatu dari saku. Ternyata itu sebuah gantungan kunci berinisial A.Dia mengingat ucapan Emily jika gantungan kunci itu hadiah dan Alaric tidak boleh menghilangkannya.“Padahal hanya gantungan biasa, kenapa dia sangat takut aku menghilangkannya?”Tanpa sadar kedua sudut bibir pria itu kembali tertarik ke atas saat mengingat ucapan Emily serta kebersamaan mereka selama seharian.Hingga Alaric memandang ke lantai dua. Dia pun berdiri lantas berjalan menaiki anak tangga untuk melihat apakah Emily sudah tidur.Sebelum masuk kamar, Alaric sempat mengetuk pintu untuk memastikan Emily sudah tidur atau belum. Tidak ada jawaban dari kamar sehingga Alaric pun membuka pintu perlahan s
Read more
Hamil?
Emily melongo melihat sang mami dan bibinya datang padahal dia belum memberi tahu. Dia lantas melirik ke Alaric yang malah memegangi kening sambil agak menunduk.“Kapan Mami datang?” tanya Emily dengan ekspesi bingung.Seharusnya dia senang bisa melihat sang mami, tapi berhubung ekspresi wajah mami yang panik, membuatnya jadi bingung.“Mamamu bilang kamu sakit, pusing dan demam,” ucap sang mami yang duduk di tepian ranjang sambil memegang telapak tangan Emily.Emily mengangguk-angguk mendengar ucapan sang mami.“Apa mual juga? Apa perutnya tidak nyaman?” tanya sang mami.Emily menatap sang mami, lantas mertuanya yang juga tampak cemas sebelum kembali menatap ibunya.“Hanya demam dan pusing, agak mual tapi waktu habis turun dari pesawat,” jawab Emily tapi ragu-ragu saat menjawab.Emily melihat sang mami tersenyum, tiba-tiba saja dia mendadak horor melihat tatapan itu.“Biar bibimu periksa sebentar, ya.” Sang mami berdiri lantas meminta bibinya Emily untuk memeriksa.Emily tak membantah
Read more
Gampang Ditipu
“Apa masih pusing? Seharusnya kalau masih pusing, tetap di kamar biar nanti Al yang antar makanan ke kamar,” ucap Mia.Emily menatap mertuanya itu sambil tersenyum, lantas melirik Alaric yang sedang makan dan terlihat tak acuh seperti biasa.“Tidak apa, Ma. Aku sudah mendingan setelah tadi istirahat,” balas Emily menjelaskan.Mia mengangguk-angguk mendengar jawaban Emily.“Apa kamu masih tetap akan bekerja di perusahaan ayahmu?” tanya sang kakek yang ikut bicara.Emily menatap pria tua itu, lantas menjawab, “Iya, Kek.”Sang kakek mengangguk-angguk mendengar jawaban Emily lantas kembali bicara.“Wanita memang harus bisa bekerja juga agar memiliki kesetaraan dengan pria,” ujar pria tua itu.Emily tersenyum mendengar ucapan kakek Alaric yang begitu terbuka dan modern, bukan pria tua kolot yang lebih suka seorang wanita mengurus rumah setelah menikah.“Lusa ada acara makan malam keluarga, kalian harus ikut,” ucap sang kakek lantas melirik ke Alaric.Emily menoleh suaminya, pria itu hanya
Read more
Bertemu Teman
“Bagaimana? Dia masih perawan, kan?” Sebuah stopmap tebal langsung melayang saat pertanyaan itu terlontar. Alaric menatap tajam ke sahabatnya yang baru saja datang ke kantornya tapi sudah melontarkan pertanyaan menggelitik telinga. “Kenapa? Kenapa ekspresi wajahmu begitu? Ah … aku lupa, kalian hanya ….” “Apa kamu tidak bisa diam?” Alaric menatap tajam ke sahabatnya yang baru saja datang tapi sudah memancing kericuhan. Alaric menatap Billy yang tertawa padahal hampir terkena lemparan berkas dari tangannya. “Padahal aku penasaran dengan istrimu itu, sayangnya kamu tak mengizinkanku menemuinya. Dia sepertinya orangnya asyik, pasti cocok denganku,” ucap Billy menggoda sahabatnya itu. Alaric langsung menatap tajam ke Billy menunjukkan rasa tidak sukanya. “Setelah menikah, kenapa kamu tambah temperamen. Awas, istrimu nanti kabur,” ledek Billy yang memang cerewet dan sangat bertolak belakang dengan Alaric. “Jika ke sini hanya untuk membuat kericuhan, lebih baik kamu pergi,” ucap Alar
Read more
Pertemuan Dadakan
Emily balik ke perusahaan seperti orang kesetanan sampai meminta taksi kebut-kebutan agar sampai lebih dulu dari Alaric. Dia masuk lobi sambil merapikan rambut, lantas menunggu Alaric datang karena untungnya suaminya itu belum sampai perusahaan.“Awas saja kalau dia bohong,” gerutu Emily sambil mengatur napas setelah panik dengan panggilan suaminya.Beberapa saat kemudian, mobil Alaric tampak muncul di depan lobi. Emily pun buru-buru menghampiri lantas masuk mobil itu.“Kenapa ngabarinnya dadakan?” tanya Emily protes.Emily menoleh Alaric yang hanya diam dan kembali melajukan mobil. Sepertinya sekarang Emily sudah biasa dengan sikap tak acuh pria itu.“Kita mau ke mana?” tanya Emily sambil memperhatikan jalan.“Menemui rekan bisnisku,” jawab Alaric.Emily langsung menoleh Alaric saat mendengar sebutan rekan bisnis.“Kamu mau menemui rekan bisnis penting yang datang ke pernikahan kita?” tanya Emily setengah syok dan terkejut.“Kamu pikir rekan bisnisku hanya dia?” Alaric menoleh sekila
Read more
Sikap Alaric
Emily menatap jengah ke Selena dan Farrel. Dia benar-benar muak hingga malas melihat muka mereka.“Ayo pergi!” Emily ingin menghindari masalah meski sudah melontarkan kata pedas ke mantan kekasih dan rivalnya itu.“Oh … ini yang katanya sok suci, sok terzolimi, ternyata menikah dengan pria lain secara dadakan. Jangan-jangan sebelum kami berhubungan, kamu sudah berhubungan dengannya, lalu mencari alasan agar kami yang terkesan merasa bersalah, sedangkan kamu tidak.”Emily merasa kepalanya panas mendengar ucapan Selena yang jelas-jelas sedang mengejek dirinya. Dia ingin sekali membalas ucapan Selena, tapi Alaric menggenggam telapak tangannya seolah meminta Emily untuk tak meladeni.“Tidak perlu mendengarkan ucapan sekumpulan orang bodoh yang bisa menguras energimu. Mendengarkan satu orang bodoh saja sudah membuat pusing, apalagi dua.”Emily terkejut mendengar ucapan Alaric. Dia menatap pria itu dengan wajah terperangah tapi juga kagum.Emily melihat Selena dan Farrel yang terlihat terke
Read more
Perkara Es krim
Emily melihat Alaric yang melirik ke jarinya, membuat wanita itu mau tak mau menjelaskan ke mana cincin yang seharusnya dia pakai. “Istri rekan bisnismu tadi menyukai cincin itu, jadi aku memberikannya,” ucap Emily menjelaskan. Emily memperhatikan Alaric yang berwajah dingin seperti biasanya, membuatnya memanyunkan bibir. “Memangnya harganya berapa? Kalau kamu tidak berkenan, aku akan menggantinya,” ucap Emily karena berpikir jika Alaric diam karena marah cincinnya diberika ke wanita tadi. “Lima puluh lima juta.” Emily melongo mendengar jawaban Alaric. Ternyata uang jajan yang diberikan Alaric dalam satu bulan langsung habis untuk ganti rugi, itu pun dia masih harus menambahi. “Ya sudah, potong dari uang jatahku.” Emily benar-benar tak menyangka cincin itu sangat mahal, padahal bayangannya tidak sampai di atas 10 juta. “Aku akan mendapatkan nilai proyek lebih besar dari cincin itu, aku tidak perlu uangmu,” ucap Alaric menanggapi perkataan Emily. “Cih, selalu saja sombong,” cibi
Read more
Tahan Telinga
“Pakai ini.”Emily mengerutkan alis saat Alaric menyodorkan sebuah kotak persegi kepadanya.“Apa ini?” tanya Emily yang sebenarnya bisa menebak isi di dalamnya.“Jangan sampai kamu diremehkan di acara nanti. Pakai saja!”Alaric memberikan paksa kotak itu, lantas keluar dari kamar ganti.Emily benar-benar harus sabar menghadapi sikap Alaric yang suka mengatur dan memerintah. Dia menghela napas kasar, lantas mengembuskan perlahan.“Perhiasan lagi. Apa ini berlian asli?” Emily mencoba menerawang batu yang ada di cincin itu, tapi memilih mengedikkan bahu.Dia sudah memakai gaun yang simpel tapi cantik, lantas memakai set perhiasan pemberian Alaric yang ternyata senada dengan gaunnya.“Sepertinya dia menyiapkan ini bukan secara dadakan,” gumam Emily karena pakaian, sepatu, hingga perhiasan itu yang mempersiapkan sang suami.Emily keluar dari kamar ganti. Dia melihat Alaric yang sedang merapikan kemeja.“Gaun ini semakin cantik saat aku gunakan, kan?” Emily langsung menyombongkan diri karen
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status