All Chapters of Candu Cinta Bos Mafia: Chapter 31 - Chapter 40
49 Chapters
31. Maukah Menikahi Ben?
"Lo mau gagal dua kali?" celetuk Benji. "Diselingkuhin Mima apa bukan kegagalan namanya?" cibir Ben tersenyum miring. "Cukup!" lerai Taka langsung paham situasi. Ben dan Benji bisa saja saling hunus pedang jika obrolan mereka tidak dijeda. "Ann," ia beralih pada Ann sekarang. "Tau resiko terlibat dengan keluarga ini?" tanyanya. Ann mengangguk lagi, lebih ragu dari sebelumnya. "Ben adalah tipe pengusaha yang nggak kenal ampun, dia nggak segan melumuri tangannya dengan darah lawannya, kamu udah pernah denger?" Bastian menyela. Kali ini Ann tak buru-buru mengangguk. Ia toleh Ben lebih dulu, berharap Ben menyangkal perkataan sang kakak. Namun Ben justru mengangguk membenarkan, membuat Ann merasa sesak tiba-tiba menghimpit dadanya. "Sejauh ini dia pengasuh Chester, kalian gila kalau menganggap dia jadi nyonya rumah nantinya," sebut Ben. "Lo nggak akan ajak dia ke zashiki kalau nggak ada niat buat jadiin dia nyonya rumah, Tolol!" desis Danisha muak. "Ann seorang model, menik
Read more
32. Tawaran Menikah
Ann memilih bungkam sepanjang perjalanan pulang. Ia tahu bahwa suasana hati Ben sedang tidak baik-baik saja. Melihat bagaimana keluarga Ben mengintimidasinya dan hanya Taka yang tampak memihaknya membuat Ann tersadar, beban yang Eriska berikan di pundak lelaki ini teramat besar. Ben hanya tidak mengeluh, ia tidak membagi lukanya sama sekali. "Kita mampir makan dulu," kata Ben seakan memberi penawaran pada Ann. "Aku pengin makan sop ayam bikinan kamu, Mas," celetuk Ann, "boleh?" tanyanya. Ben menoleh Ann sekejap, mereka saling tatap. Kemudian, Ben memilih membuang pandangan, ia pura-pura fokus menyetir, tak lama kemudian mengangguk setuju. Di balik sikap dingin dan kejam sang Big Ben, luka besar karena ditepikan oleh keluarga sendiri hanya karena jatuh cinta pada orang yang salah, Ann tak tahu bagaimana sakitnya. Keheningan panjang menyergap. Ann tak berani bertanya lagi, ia berusaha memahami posisi Ben saat ini. Hingga mereka tiba di rumah besar Ben, Ann memilih untuk diam
Read more
33. Ayo Nikah!
"Sebagai orang yang dibuang dari kawanan, aku harus bisa apa aja," jawab Ben. Ia sajikan sop ayam pesanan Ann dengan memberinya sentuhan terakhir, menabur bawang goreng. "Aku bakalan jadi bawang goreng itu," celetuk Ann tanpa sadar, "pelengkap yang bikin makanan jadi lebih enak," tuturnya mengulas senyum. "Kamu punya impian dan karir yang harus kamu kejar, renungin itu dulu. Aku cukup mampu ngelindungin kamu dari Eriska tanpa harus nikah," ucap Ben sungguh-sungguh. "Tapi kamu nggak akan dipercaya Kakek kamu kan?" "Aku nggak punya kewajiban buat bikin Kakek percaya, jangan bikin kamu terbebani." Ann menyeruput kuah sopnya demi membuat dirinya berpikir jernih. Kenapa ia justru antusias sekali dinikahi oleh Ben padahal Ben tidak serius melakukan itu? "Keuntungan yang bisa kamu dapet dengan jadi istriku dan masuk ke keluarga besar adalah perlindungan yang lebih luas dari ancaman Eriska dan orang-orangnya," gumam Ben membuat Ann menghentikan kunyahannya. "Itu bedanya kalau ka
Read more
34. Perihal Joanna
Pembicaraan mengenai pernikahan yang masih mengambang malam itu tak lagi dilanjutkan. Baik Ben maupun Ann sibuk lagi dengan kegiatan masing-masing. Ben jarang pulang, bahkan tak bertemu Ann sama sekali selama 2 minggu ini. Sedangkan Ann mulai ramai menerima tawaran membintangi iklan dan menjadi model majalah-majalah fashion. Meski bertanya-tanya ke mana Ben pergi dan apa saja yang dilakukan oleh lelaki dingin itu, Ann tak berani mencari tahu pada orang-orang rumah. Berusaha untuk mengakrabkan diri dengan Chester dan harimau lainnya adalah pilihan Ann di sela-sela jadwal padatnya. Rasa rindu kadang menyerangnya, tapi ia bisa apa jika hubungannya dengan Ben bukanlah apa-apa. "Tunggu di situ Chest, aku kudu belajar ini," ucap Ann berdialog pada Chester yang kini mulai berani ia bawa masuk ke kamarnya. Seperti pada Ben, Chester menurut. Hewan buas ini duduk di kaki Ann, sementara Ann tampak membolak-balik buku catatannya. Minggu ini, kuliahnya mulai memasuki Ujian Akhir Semester. Me
Read more
35. Obat Demam Mujarab
"Aku panggilin dokter ya Mas," ucap Ann segera beranjak dari posisi duduknya untuk mendekat ke arah ranjang Ben. "Ann," panggil Ben parau. Ia bahkan memejamkan matanya lagi dan beberapa kali terlihat menelan ludah. "Aku nggak pa-pa," ujarnya setelah menghela napas panjang. "Tapi kamu demam tinggi," ucap Ann jelas khawatir. Ben menepuk ranjang di sebelahnya, berharap agar Ann mendekat dan duduk di sana. Bak paham maksud Ben, Ann menuruti permintaan lelaki ini, ia duduk, tangannya dengan berani meraba leher Ben. "Mas, panas banget lho," ujar Ann. "Panggilin dokter ya?" "Aku udah punya perawat di sini, ngapain manggil dokter lagi," balas Ben. "Ya udah, minum pereda demam, bentar kuambilin," kata Ann siap beranjak dari sisi Ben tapi Ben lebih cepat menahan pergelangan tangannya. "Kamu ngapain nyari aku ke kamar?" tanya Ben. "Sebelom Bang Rino pergi dia pesen ke aku kalau badan kamu rada anget, makanya aku ngecek ke sini," jawab Ann, "minum obat ya Mas," bujuknya. "Nanti aja,
Read more
36. Alasan Menikahimu
"Istirahat ya Mas," pinta Ann mengecup pipi Ben sayang, masih cemas karena demam yang Ben derita belum juga reda. "Kamu tau, aku bahkan nggak mesen cewek manapun selama di Singapura dan China," cerita Ben, sedikit meracau. Bukannya memaksa Ben untuk berbaring lagi, Ann justru penasaran dengan yang baru saja Ben ucapkan. Dahinya mengernyit, ia tunggu Ben menjelaskan ucapannya. "Ngerasa punya istri jadinya," lanjut Ben tertawa geli. "Setelah 18 tahun, ini kali pertamanya ada yang ngerawat aku pas demam. Omonganku kacau ke mana-mana ya," desisnya sadar diri. "Kamu udah nggak terkontrol, sekarang kamu istirahat, ini hampir jam 1 pagi Mas," pinta Ann sedikit memaksa. "Kamu mau nemenin di sini?" "Iya aku temenin kamu, aku musti pantau suhu tubuh kamu Mas," ujar Ann kemudian duduk di kursi baca lagi. "Mantau suhu kenapa jauh-jauh di situ? Kamu bisa tidur di kursi baca keras gitu?" pancing Ben benar-benar berbeda dengan dirinya yang lalu. Manja sekali ia pada Ann kali ini,
Read more
37. Biar Kami Yang Putuskan
"Kadang aku mikir kalau aku itu murahan banget, mau-maunya dicium, diraba, bahkan satu rumah sama cowok yang bukan siapa-siapaku. Tapi kamu udah ngebeli aku, sekarang nggak cuma tubuhkubyang kamu milikin, tapi seluruhnya termasuk hati dan pikiranku," gumam Ann lirih, timbul tenggelam. Ben tak memberikan reaksi, pertanda ia sudah terlelap dalam mimpi. Ann pun begitu, setelah mengecup ujung runcing dagu Ben, ia ikut memejamkan matanya. Mereka tidur di ranjang yang sama untuk pertama kalinya, dengan perasaan yang sudah berkembang pesat dari sebelumnya. Sepanjang mereka terlelap, Ben beberapa kali mengigau, mengatakan sesuatu yang tidak ingin ia lakukan. Saat Ann terjaga, hari sudah pagi. Sinar matahari menyeruak di celah jendela, membuat Ann memicingkan matanya. Di sebelahnya Ben masih nyaman memejamkan mata, damai sekali wajahnya. Ann raba kening Ben, panasnya sudah turun. Perlahan Ann bangun, berniat mengganti air kompres ke dapur. "Syukur badan kamu udah baikan," bisik Ann lagi-lag
Read more
38. Tour Calon Menantu
"Ann!" sapa Taka ceria, senyumnya terkembang di balik kacamata hitamnya menyambut sang calon menantu pilihan. "Selamat datang!" serunya. "Rada jauh ya Om," ucap Ann mengitarkan pandangan, mereka ada di kawasan pelabuhan. "Di sinilah pusat bisnis keluarga kita dikembangkan, Ann, rahasia dan sangat tertutup," balas Taka. Ia ajak Ann berjalan mengikutinya. "Maaf ya, aku ambil hari libur kamu yang seharusnya kamu pake buat belajar. Masih jalan UAS?" tanyanya. Ann mengangguk sambil berusaha mengimbangi langkah lebar Taka. Beberapa orang bertubuh tegap dan berwajah seram mengikuti keduanya, mengawal dengan setia. "Nggak pa-pa Om, ini juga kebetulan libur Sabtu dan Minggu, nggak ada kerjaan juga akunya," kata Ann. "Seharusnya Om nggak perlu repot-repot bawa aku tur khusus gini," ujarnya. "Enggak, aku nggak repot. Sebagai calon istrinya Ben yang nantinya bakalan ketemu sama Ketua, aku perlu mempersiapkan kamu. Aku tau kamu buta soal pekerjaan Ben, dan ini kewajibanku untuk ngasih t
Read more
39. Tentang Masa Lalunya
"Tapi Om tetep dukung Mas Ben sejauh ini," sahut Ann tersenyum. "Itu cukup berarti buat Mas Ben, Om." "Ben nggak boleh hancur di tangan orang Adyaksa, Ann." "Siapa bilang aku bakalan hancur?" lagi-lagi Ben muncul di tengah percakapan seru Ann dan calon mertuanya. "Ngebawa Ann tanpa seijinku ke sini? Apa maksudnya?" tanyanya tegang. "Tenang dulu dong," Taka menyambut santai, "dia harus tau kerjaanmu kan?" ujarnya. "Kamu kenapa nggak pamit, Ann?" Ben beralih menatap Ann kesal. "Tadinya kupikir kamu udah tau kalau aku diajakin Om Taka ke sini," jawab Ann jujur, ia melirik Taka. "Suka ya kamu diajak pergi sama Om-Om?" gumam Ben kejam. "Apa sih Mas!" Ann cemberut, "aku pulang aja kalau gitu," desisnya segera berdiri. "Aku yang pergi, kalian lanjutin tur berdua," tahan Taka ikut berdiri, ia beri komando pada anak buahnya untuk meninggalkan ruangan. Sambil menatap langkah Taka yang perlahan menjauh, Ann tak mau duduk lagi. Ia kesal juga pada Ben yang asal mengatainya seperti t
Read more
40. Tentang Cinta Pertama Big Ben
"Jadi aku harus nunggu kamu selesai ngerokok dulu?" tanya Ann mengembus napas kasar, ia harus bersabar. "Eriska, anak kedua dari keluarga besar Adyaksa Ghautama," ungkap Ben, ia masih sesekali mengisap rokoknya yang baru disulut. "Aku jaga dia sekuat tenaga, aku nggak nyentuh dia dan gimanapun caranya kutahan diriku buat nggak nidurin dia," lanjutnya. "Karena dia masih perawan?" gumam Ann. Ben mengangguk, "Dia ngaku kalau dia belom pernah kenal dan jatuh cinta sama cowok manapun sebelum ketemu gue. Kami pacaran, harus kuakuin, kami punya banyak kesamaan dan aku jatuh cinta juga sama dia." Mendengar kalimat Ben yang jatuh cinta pada sosok Eriska, Ann spontan menggigit bibir bawahnya. Siapkah ia terluka? "Selama hampir dua tahun dia rapi banget menutupi latar belakangnya, sampe pada akhirnya Mama dapet info soal keluarganya dan Kakek murka. Aku udah terlanjur jatuh dan susah bagiku buat bangun lagi, apalagi Eriska banyak ngisi duniaku," Ben melanjutkan ceritanya. "Dan di saat ak
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status