Semua Bab SERPENTE CRUZADA : Bab 1 - Bab 5
5 Bab
BAB-(1)
RIO DE JANEIRO, BRAZIL. Malam itu, hujan turun deras membasahi jalan-jalan sempit di pusat Kota Rio De Janeiro. Lampu-lampu neon yang berkedip-kedip menambah nuansa suram yang menyelimuti gang-gang belakang, tempat di mana bayang-bayang lebih panjang daripada siang hari. Di salah satu sudut tersembunyi, sebuah klub malam yang ramai berdiri megah, menjadi jantung kehidupan malam yang gemerlap sekaligus sarang bagi mereka yang menjalani kehidupan di bawah bayangan hukum. Di dalam klub tersebut, dentuman musik yang memekakkan telinga menyatu dengan tawa dan suara obrolan. Namun, di sebuah ruangan VIP yang eksklusif, situasi berbeda terjadi. Diam-diam di bawah cahaya redup, seorang pria berwajah tegas dengan mata tajam duduk dengan penuh wibawa. Jhon Pierre Mancini, nama yang diucapkan dengan bisikan penuh hormat dan ketakutan, memandang sekeliling dengan tatapan yang bisa membekukan darah. Di seberangnya, seorang pemuda berusia 19 tahun dengan tangan gemetar berusaha menenangkan d
Baca selengkapnya
BAB-(2)
Perlahan, kaki Sora mulai bergetar saat kedua pria itu semakin mendekat. Dengan jelas, ia melihat garis-garis luka yang telah sembuh di wajah keduanya. Terlihat sangat mengerikan. Di tambah lagi di leher dan punggung tangan pria itu, terhampar sebuah tato berwarna hitam kehijauan, terpahat tato berbentuk lingkaran, di dalamnya tersembunyi gambar salip yang dililit ular dengan mata dan lidah menjulur merah menyala, seolah menyembul dari kegelapan dengan keangkeran yang mencekam, mengundang sensasi dingin merayap di sepanjang tulangnya. Sora mencoba untuk melangkah mundur, tapi tangan kasar sudah meraih kerah bajunya dan mengangkatnya dengan kasar. Dia merasa dirinya seperti burung yang terjebak dalam cengkeraman predatornya. "Ah, lepaskan aku! Aku tidak sengaja, sungguh." Sora memberontak minta dilepaskan. "DIAM! TUTUP MULUTMU! JIKA TIDAK, AKU AKAN MEROBEKNYA!" bentak pria yang mengangkatnya. Kedua pria itu membawanya ke samping pintu mobil penumpang, di mana sepatunya tanpa seng
Baca selengkapnya
BAB-(3)
Matahari terik menyinari Kota Rio siang ini, menunjukkan waktu makan siang telah tiba. Beberapa orang bergegas mencari makan di luar, sementara yang lain memilih makan di kantin tempat mereka bekerja. Di salah satu restoran sederhana di tengah Kota Rio, tiga orang gadis sedang makan siang bersama. “Uumm ... Sora, aku jadi penasaran dengan yang kau ceritakan semalam. Apakah kau melihat wajah pria yang berada di dalam mobil itu? Kalau iya, bagaimana ciri-cirinya? Aku sungguh sangat penasaran,” tanya Ryn pada Sora. “Ya, betul, aku pun penasaran,” sambung Maria. “Tidak, aku hanya melihat bagian matanya saja,” jawab Sora sambil mengunyah sandwich-nya. “Ah begitukah? Sayang sekali. Padahal aku sudah menghayal jika pria itu sangat tampan seperti film-film gangster yang kutonton,” kata Ryn sambil membayangkan wajah aktor Michele Morrone. Lalu tersenyum bodoh saat terlintas adegan bercinta pria itu di film 365 days. Mendengar itu, Maria dengan cepat memukul kepala Ryn. 'Plakk!' "Wanita
Baca selengkapnya
BAB-(4)
Sore hari di pemakaman São João Batista, dedaunan kering beterbangan dihembus angin, sementara suara gagak yang singgah di pohon tua menjulang tinggi mengisi keheningan. Seorang pria berbalut jas hitam berdiri menghadap batu nisan, sebotol minuman alkohol tergenggam erat di tangannya. "Aku membawa anggur merah kesukaanmu hari ini, mau minum denganku, Dimitri?" Jhon bertanya, suaranya parau. Kenangan masa lalu berkelebat di benaknya, membawa dia kembali ke usia 15 tahun. •FLASHBACK• Jhon muda, seorang yang penurut, sering menjadi sasaran pukulan kakak kandungnya, Marcus. Ketika ia mengadu kepada ayahnya, bukannya mendapat perlindungan, ia justru mendapat amarah dan pukulan tambahan. Hanya ibunya yang selalu membelanya, meskipun ia sendiri sering disiksa oleh ayahnya. Jhon sering menyaksikan ayahnya berselingkuh, bahkan di depan mata ibunya. Ketidakberdayaannya membuat dia terus berusaha mencari cara agar ayahnya menyayanginya seperti menyayangi kakak laki-lakinya. Saat kesedihan
Baca selengkapnya
BAB-(5)
Jhon menatap Tuan Marcello dengan tatapan penuh selidik. "Setahu saya, Tuan Marcello sudah tidak tertarik memesan barang-barang milik kami lagi. Jadi, apa yang membuat Anda jauh-jauh dari Brasilia ke sini?” “Bahkan kudengar Tuan Marcello saat ini bekerja sama dengan Cartel Tiburon dari Colombia, membuat metamfetamin dan menyelundupkannya melalui barang-barang elektronik untuk dijual di pasar gelap internasional," ujarnya sambil melirik pria berusia sekitar lima puluh tahun yang duduk di samping Marcello. Marcello menggaruk dahinya yang tidak gatal, bingung bagaimana pria tampan di hadapannya ini bisa tahu apa yang dia lakukan. Dia bahkan sudah sangat hati-hati agar tidak ada yang tahu. Pria ini benar-benar berbahaya. "Ayolah, lupakan saja kejadian waktu itu, Jhon. Mari kuperkenalkan dengan temanku, Jack Salomon. Dia dari Spanyol," ucap Tuan Marcello, berusaha mengalihkan pembicaraan. Jhon dan Jack saling menatap tajam, keduanya tidak mengeluarkan suara, apalagi berjabat tanga
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status