All Chapters of Balasan Istri Buta : Chapter 11 - Chapter 20
24 Chapters
Hani Masih Hidup
Hana ingin sekali marah karena ketika dia bertanya, bi Heni malah terlihat seperti orang linglung. Dia seakan tidak paham dengan apa yang dipertanyakan oleh Hana, tapi dia berusaha untuk sabar."Bi, aku sedang bertanya tentang makam putriku? Kenapa Bibi malah balik bertanya?""Maaf, Nyonya. Abisan Nyonya itu aneh, saya tidak pernah mendengar tentang pemakaman putri anda. Tapi, anda tiba-tiba saja mempertanyakan hal itu. Jadinya saya bingung mau jawab apa,'' terang Bi Heni.Kaget?Tentu saja Hana merasa kaget mendengar apa yang dikatakan oleh bi Heni, Bara berkata jika putri mereka sudah meninggal dunia. Namun, bi Heni malah tidak pernah mendengar pemakaman tentang putrinya."Bi, tolong jangan bercanda. Mas Bara bilang kalau putri kami sudah meninggal, makanya aku bertanya tentang makamnya. Setidaknya, kalau aku tidak bisa merawatnya, aku ingin sering pergi ziarah ke kuburannya.""Ya ampun, Nyonya. Seingat Bibi, setelah Nyonya kecelakaan, nona Hani tetap dirawat di rumah sakit sampai 2
Read more
Kenapa kalian begitu tega membuang anakku?
Mata Hana terasa memanas, otaknya seakan hendak meledak. Hatinya terasa ditusuk sembilu, jantungnya seakan hendak berhenti berdetak. Dia benar-benar merasa tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Bara.Jika pria itu ingin membunuh dirinya, itu masih dirasa masuk akal karena dirinya adalah orang lain. Hana hanyalah istrinya, tetapi Hani, putri cantik itu adalah darah daging Bara, bagaimana mungkin pria itu tega membunuh darah dagingnya sendiri, pikir Hana.Namun, Hana mulai berpikir jika Bara benar-benar seorang pria yang terobsesi. Bara hanya memiliki hati, tetapi pria itu tidak memiliki nurani."Tolong bantu aku, Om."Itulah kata yang Hana katakan kepada pengacara kepercayaannya, tidak lama kemudian pengacaranya itu mengirimkan orang kepercayaannya.Orang itu membantu Hana untuk mengecek CCTV saat 4 bulan yang lalu, rekaman CCTV tepat di hari Bara mengambil Hani dari rumah sakit.Dalam rekaman CCTV itu terlihat Bara dan juga Hesti membawa Hani, kedua manusia berhati busuk itu me
Read more
Takut Ketahuan
Saat terbangun dari tidurnya, Bara langsung berteriak-teriak karena kakinya mati rasa. Dia ketakutan kalau dirinya tidak bisa berjalan lagi, Hana sampai kaget dan segera menemui suami jahatnya itu."Ada apa, Mas? Kenapa berteriak-teriak seperti itu?"Hana memperhatikan keadaan Bara, keadaan pria itu sangat menyedihkan. Tidak lama kemudian dia sadar dengan apa yang sudah terjadi, dia paham kenapa suaminya bisa berteriak-teriak kesakitan seperti itu."Kaki Mas nggak bisa diangkat, nggak ada rasanya sama sekali. Cepat panggil pak sopir sama security, Mas mau ke rumah sakit aja."Walaupun dia merasa senang karena keadaan kaki Bara semakin parah, tetapi Hana juga sempat bingung. Jika pria itu berada di rumah sakit, itu artinya dia harus menemani. Sedangkan hari ini, dia sudah membuat janji dengan pengacara kepercayaan keluarganya, Bram.Hana akan pergi bersama dengan Bram ke puncak, Bram bahkan berkata akan menunggu Hana di lobi di rumah sakit. Karena pria itu harus mengambil medical check
Read more
Pencarian Hani
Setelah melakukan tiga jam perjalanan, akhirnya Hana dan juga Bram tiba di puncak. Mereka bahkan kini sudah tiba di depan Villa mewah, Villa tempat di mana Bara membuang Hani.Hana yakin jika itu tempatnya, karena tempatnya benar-benar Sama persis dengan yang dia lihat di rekaman CCTV."Om! Sepertinya Villa ini sangat sepi, apa ada orangnya?"Hana nampak memperhatikan keadaan Villa tersebut, Villa itu terlihat begitu sepi sekali. Seperti tidak ada penghuninya sama sekali, tetapi Bram masih berpikiran positif. Bisa saja Villa mewah itu terlihat sepi, tetapi di dalamnya memang masih ada penghuninya dan tidak sedang melakukan aktivitas apa pun."Coba saja pencet belnya, siapa tahu ada penghuninya."Hana mengangguk setuju, kalau tidak dicoba maka tidak akan tahu. Daripada dia langsung pergi, pasti nantinya malah akan membuat dia merasa rugi."Ya," jawab Hana.Hana menekan bel Villa mewah tersebut, cukup lama dia menunggu dengan resah dan juga gelisah. Hingga tidak lama kemudian ada wanit
Read more
Kenyataan Tentang Hani
Saat malam tiba Hana sudah sampai di kediaman Aditama, dia begitu sedih karena tidak bisa menemukan putrinya. Wanita itu bahkan tidak bisa tertidur dengan pulas, sekalinya tidur dia malah memimpikan putrinya.Ada bayi mungil yang sedang tersenyum kepada dirinya dan dipangku oleh seorang pria tampan, dia ingin sekali menggendong putri cantiknya tersebut, tetapi jarak seakan begitu jauh.Tidak lama kemudian, dia melihat pria tampan itu menghampiri dirinya dan merangkulnya. Bahkan, tidak lama kemudian pria itu menarik lembut tangan Hana agar bisa menyentuh wajah putri cantiknya."Kami akan menunggu kamu datang," ujar pria itu.Hana berusaha menelisik wajah pria itu, terlihat tampan tapi susah untuk diingat. Pria itu tersenyum dengan begitu manis, tapi Hana sungguh tidak mengenal pria itu. "Siapa kamu? Kenapa bisa menggendong putriku?"Tidak ada jawaban dari pria itu, pria itu malah tersenyum seraya melambaikan tangannya. Hana
Read more
Akan aku pastikan kamu akan mendapatkan balasannya, Mas.
"Cepat ceritakan, aku sudah sangat tidak sabar."Bara berdecak sebal, karena wanita itu begitu memaksa. Padahal, dia sudah sangat enggan untuk mengingat-ingat masa lalu itu. Kalau saja dia tidak mencintai Hesti, dia tidak ingin mengungkit apa yang terjadi di masa lalu.Karena walau bagaimanapun dia dirasa begitu kejam, karena sudah tega terhadap istrinya sendiri. Wanita yang menjadi sumber penghasilannya, tetapi dengan teganya dia melakukan banyak kesalahan kepada wanita itu."Saat itu kami sengaja pergi ke luar negeri, selain untuk melakukan proses bayi tabung, kami juga berencana untuk liburan di sana. Hari itu rencananya kami akan ke rumah sakit, tapi saat aku menyiapkan mobil, aku bertemu dengan seorang pria. Dia nampak kepanasan, dia begitu gelisah."Bara masih ingat ketika pria itu seperti sering terkena hal yang tidak beres, tetapi Bara rasanya sudah lupa wajah pria itu. Karena mereka sudah satu tahun lebih tidak lagi bertemu.
Read more
Aset Tersembunyi
Di saat merasakan kesedihan yang terasa menghujam jantung, Hana teringat kembali kepada Bram. Pria yang dulunya merupakan sahabat dari almarhum ayahnya, pengacara kepercayaan dari keluarga Aditama.Tentu saja dia langsung mengadu kepada pria itu tentang apa yang dia dengar, Bram tentunya merasa geram dengan apa yang diadukan oleh Hana.Walaupun Hana adalah anak dari sahabatnya, tetapi Hana sudah dia anggap sebagai putrinya sendiri. Pria itu tulus menyayangi Hana."Jangan menangis lagi, Nak. Sekarang lebih baik kita mulai membuat hidup Bara lebih sengsara lagi," ujar Bara."Iya, Om. Aku juga maunya memiskinkan Bara dan juga Hesti, agar mereka menjadi gelandangan sekalian. Mereka tidak pantas mendapatkan hartaku sepeser pun, Om. Mereka benar-benar kejam, mereka tidak punya perasaan. Tapi, bagaimana caranya?""Gampang, sekarang lebih baik kamu cari aset berharga milik Bara yang dia sembunyikan dari kamu. Kita harus membuat dia tidak punya uang sepeser pun, biar dia paham.""Ehm! Aku haru
Read more
Menguras Semuanya
Memiskinkan Bara, itulah tujuan Hana saat ini. Maka dari itu, setelah Hana mengambil semua aset berharga milik Bara, dia langsung pergi ke rumah sakit. Dia ingin agar semua harta Bara dialihkan atas nama dirinya.Saat dia sudah berada di depan pintu ruang perawatan Hesti dan juga Bara, wanita itu terdiam karena mendengar Hesti yang sedang menjerit-jerit kesakitan."Mas! Ini bagaimana? Kenapa inti tubuhku sakit sekali?""Kamu aja yang nggak becus jaga diri sendiri, masa itu aja bisa sakit kaya gitu? Udah gitu, bau lagi. Hiiih! Itunya kenapa merah begitu? Benyeyeh dan mengeluarkan darah serta nanah, kamu itu memangnya tidak pernah merawatnya?"Hana yang mendengar ucapan Bara langsung mengintip dari jendela, dia merasa penasaran kenapa pria itu marah-marah seperti itu. Ternyata Bara sedang melihat inti tubuh Hesti, walaupun dia melihatnya dari ranjang pasien yang dia tempati, tetapi sepertinya Bara bisa melihat dengan jelas inti tubuh wanita itu
Read more
Bertemu Orang Baru
Walaupun Hana sudah merasa cukup puas dengan apa yang dia lakukan terhadap Bara dan juga Hesti, tetapi tetap saja dia merasa tidak tenang sama sekali. Dia masih memikirkan tentang putri cantiknya, dia takut jika sepasang suami istri yang mengambil putrinya tersebut tidak menyayangi putrinya dan malah memasukkan putrinya ke panti asuhan. Tadi malam dia malah hanya tidur sebentar saja, makanya pagi ini dia terlihat begitu lesu sekali. Sarapan yang sudah disiapkan oleh bi Heni hanya dia tatap tanpa dia sentuh. "Kok melamun saja? Apalagi yang kamu pikirkan?" Hana langsung tersadar dari lamunannya, lalu dia menolehkan wajahnya ke arah suara. Hana tersenyum karena ternyata yang datang adalah Bram, pria Itu membawa berkas di tangannya yang entah apa. "Aku kepikiran Hani, Om. Aku takut dia kenapa-napa," jawab Hana. "Sudah, jangan terlalu mengkhawatir
Read more
Kekesalan Bara
Hari ini keadaan Bara dan juga Hesti sudah mulai membaik, walaupun area inti Hesti masih belum kering, tetapi setidaknya tidak ada bau yang tidak sedap di sana.Begitupun dengan Bara, walaupun dia belum bisa berjalan dengan baik, tetapi kakinya sudah tidak terasa sakit lagi. Hanya saja, Bara masih kesusahan untuk berjalan. Dia harus menggunakan tongkat jika mau berjalan atau hanya pergi ke kamar mandi."Mas, ini sudah hari ketiga dan Hana belum datang ke sini? Padahal, biasanya dia selalu datang tiap hari. Dia kenapa ya, Mas?" tanya Hesti.Hesti merasa ada yang salah dengan Hana, bisa-bisanya wanita itu tidak datang ke rumah sakit. Padahal, biasanya Hana selalu ingin berdekatan dengan Bara."Entahlah, duluan aku hanya meminta dia untuk tinggal di rumah saja. Mungkin karena itu," jawab Bara.Walaupun dia merasa tidak yakin dengan jawabannya, tetapi itulah yang dia katakan kepada Hesti. Lagi pula Hana adalah wanita buta, sering keluar dari rumah juga akan membahayakan dirinya dan juga o
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status