Semua Bab Salah Tetangga: Bab 61 - Bab 69
69 Bab
Titik Terang
“Bu … nasinya, 1, ya. Lauknya dicampur.”Dengan kondisi raga yang belum pulih akibat pukvlan prem4n pasar kemarin, Lingga tetap mencari makan di warung nasi dekat kos. Saat Lingga tiba di sana, warungnya cukup sepi. Hanya dia pelanggan satu-satunya di warung itu.“Adek tinggal dimana? Di komplek ini juga? Saya baru lihat,” ucap ibu-ibu penjaga warung. Mulutnya bertanya asal usul Lingga tapi tangannya tetap lihai mengisi piring dengan berbagai macam lauk sesuai pesanan.“Iya, Bu. Saya ngekos di depan sana,” ucap Lingga sembari menunjuk gang yang menuju ke tempat kos-nya.“Oh … kos di tempat Herman? Pantesan ke sininya cuma jalan kaki. Ternyata nge-kos di sana toh. Trus itu kenapa pipinya? Kok ungu-ungu gitu? Habis dipukvlin sama maling, ya, Dek? Di kos sana kan banyak k4sus pencuri4n dan penganiay4an.”Ibu-ibu penjaga warung itu ternyata cukup penasaran dengan kondisi Lingga yang penuh bekas leb4m akibat pukvlan kemarin. Dia sengaja berbasa-basi menanyakan tempat tinggal Lingga agar bi
Baca selengkapnya
Bulan Mencari Lingga
“Bibi sudah pulang, Nes?”“Belum, tuh.”Nesi menjawab pertanyaan Agnes dengan acuh. Perhatiannya masih terfokus pada ponsel di tangannya. Sedangkan Agnes baru saja pulang dari bengkel—tempat usaha lelaki incarannya.“Kamu abis dari bengkel Yono, ya, Nes?” tanya Nesi pada Agnes.Mendengar pertanyaan sepupunya, Agnes hanya bisa tersenyum malu. Benar. Saat ini dia sedang jatuh cinta pada bos bengkel itu. Dia juga dimanjakan dengan u4ng oleh Yono, si pemilik bengkel dan usaha jual-beli motor bekas.“Mesam-mesem aja, lu. Bagi dvit dong!” pinta Nesi pada sepupunya.“Enak saja. Kalau mau dapat u4ng, kerja dong!”“Memangnya kamu kerja? Sesama pengangguran jangan saling menghin4 dong!"“Wah kalau aku beda, Nes. Walaupun pengangguran, tapi kan aku punya cowok k4ya. Jadi gak perlu khawatir lagi soal u4ng,” ucap Agnes sambil berlalu menuju kamarnya. Sedangkan Nesi hanya bisa mencebik melihat tingkah sepupunya.Sore pun tiba. Bu Sulis tak kunjung pulang ke kontrakan mereka. Agnes yang baru saja ba
Baca selengkapnya
Kecemburuan
Bulan terus mencari informasi soal keberadaan Lingga dan anaknya. Sampai akhirnya dia dihubungi oleh seseorang bahwa Lingga berada di rumah sakit. Pria itu sudah tiga hari menemani anaknya yang sedang dirawat. Tanpa pikir panjang, Bulan lantas pergi ke rumah sakit yang dimaksud. Dia tak sabar bertemu dengan Lingga dan Baby Nadya.Lima belas menit menempuh perjalanan, Bulan akhirnya sampai di rumah sakit—tempat Baby Nadya dirawat. Gegas dia bertanya ke pusat informasi untuk mengetahui ruang rawat bayi itu.Setelah mengantongi nomor ruangan, Bulan menyusuri lorong demi lorong untuk sampai ke tempat tujuan. Hingga tiba di lorong terakhir, dia mendapati seorang pria kurus duduk meringkuk sembari menenggel4mkan kepalanya di kedua lutut. Awalnya Bulan tak mengenali siapa sosok itu, hingga dia terus mendekat dan menyadari bahwa sosok itu adalah mantan suaminya, Lingga.“Mas … Mas Lingga.”Bulan memanggil nama itu sembari menepuk pundaknya pelan. Pria itu pun mengangkat kepalanya dan melihat
Baca selengkapnya
Ini Perintah!
Bulan menghela nafas dalam-dalam. Dia sangat terkejut sekaligus kecewa akan perkataan Arga. Bulan mengerti kalau Arga mengkhawatirkannya dan tak ingin melihat dia disakiti lagi oleh Lingga. Tapi wanita itu tahu bahwa mantan suaminya kini telah berubah. Bulan ingin bersahabat, bersahabat dengan siapa saja, baik Lingga maupun Arga. Toh, Bulan sudah lebih dewasa saat ini. Bisa menjaga diri dan tak mudah untuk disakiti. Kini Bulan merasa terjebak di antara perasaannya yang masih terikat pada Lingga dan tekanan yang diberikan oleh Arga. Namun, dia tahu dia harus membuat keputusan. Dia pun memberanikan diri untuk berucap pada Arga."Dengar, Arga! Aku menghargai perhatianmu, tapi aku punya hak untuk memilih sendiri. Aku ingin kembali ke dalam dan menemani Lingga juga Baby Nadya. Mereka butuh dukunganku," ucap Bulan dengan tegas.Arga terdiam sejenak, terkejut dengan sikap Bulan yang begitu mantap. Namun, raut wajahnya segera berubah menjadi kesal."Dukunganmu? Kamu lupa, Lan? Kamu dan pria
Baca selengkapnya
Kacau Balau
Bulan duduk di hadapan ayahnya dengan perasaan campur aduk. Terkejut, marah, dan tidak terima atas perintah tegas itu bercampur menjadi satu. Dia merasa terjebak dalam situasi yang sulit. Menghadapi tekanan dari orang tua, Arga yang posesif, serta konflik batinnya terhadap Lingga, membuatnya merasa semakin terjerat. Hatinya tengah menjerit, tapi raganya bungkam, tak mampu mengeluarkan suara.“Ini gak boleh, Pa,” gumam Bulan pelan.“Apanya yang gak boleh? Kamu mau menolak perintah Papa?” ucap Papa Kevin dengan tatapan mengintimidasi.Apa yang terjadi? Seorang Ayah yang selalu lembut dan menjadi sahabat bagi putri satu-satunya kini justru berbalik menjadi musuh. Memaksakan kehendaknya tanpa mau mendengarkan pendapat anaknya terlebih dahulu. Begitu kuat pengaruh Arga pada keluarga Bulan.Bulan yang sedang dalam tekanan masih tetap teguh atas keputusannya. Ini bukan menyangkut soal Lingga. Bulan belum terpikir untuk kembali pada pria itu. Keputusan ini dia ambil semata-mata untuk dirinya.
Baca selengkapnya
Ikuti Saja Aku!
Ketegangan di antara mereka semakin memuncak ketika Clarissa menemukan pesan dari Lingga di ponsel Bulan. Dia merasa semakin yakin bahwa Bulan masih terlibat dengan Lingga.“Ini apa, huh? Bisa-bisanya, ya, kamu masih berhubungan dengan suamiku?”Clarissa berjalan mendekati Bulan dengan tatapan tajam. Dia serupa istri sah yang sedang melabrak selingkuh4n suaminya. Seperti adegan yang ada di sinetron atau media sosial.“Iya. Itu memang pesan dari Lingga,” jawab Bulan, berusaha untuk tetap tenang.“Nak ….” Mama Mery terkejut. Tak menyangka anak perempuannya akan benar-benar berhubungan kembali dengan mantan suaminya.“Kur4ng 4jar kamu, ya.”Tangan Clarissa terangkat, siap menjamb4k rambut Bulan. Ponsel Bulan yang semula dipegangnya, dibanting dengan begitu keras. Beruntung ponsel itu jatuh di tumpukan baju yang sempat dihamburkan Clarissa ke lantai. Hingga tak sampai membuat benda itu hancur.Saat tangan Clarissa ingin menyentuh tubuh Bulan, dengan sigap Bulan menepisnya. Dia bukanlah wa
Baca selengkapnya
Akhir Hidup
Sudah hampir sebulan Lingga diajak berlibur oleh Clarissa. Tiap hari lelaki itu meminta untuk dipulangkan. Dia ingin bertemu bayi cantiknya. Tapi Clarissa tetap menunda dengan terus mengatakan besok, besok, dan besok lagi. Hingga hari terus berganti menjadi minggu. Dan kini, mereka telah tinggal selama 3 minggu di villa milik keluarga Clarissa yang Lingga tak kenal daerahnya. Yang pasti, villa itu berada di dataran tinggi dan penuh dengan penjagaan. Lebih dari sepuluh bodyguard yang menjaga tempat itu. Mustahil bagi Lingga untuk melarikan diri.“Hari ini kita jalan-jalan ke air terjun, yuk, Mas.” ajak Clarissa pada suaminya.“Aku mau pulang, Sa. Ayo lah! Kita sudah terlalu lama di sini. Aku mau bertemu Nadya.”Nama yang disebut Lingga membuat hati Clarissa meradang. Dia geram melihat suaminya yang terus merengek meminta dipertemukan dengan anaknya.“Nadya … Nadya … Nadya lagi. Mas, aku ini istrimu. Aku yang harus mendapatkan perhatianmu. Aku akan melahirkan anakmu, darah dagingmu send
Baca selengkapnya
Bangun, Lingga!
Bencana air bah itu cukup membuat warga di sekitar sana geger. Mereka berbondong-bondong datang ke air terjun guna menyelamatkan Lingga dan rombongannya. Iya. Penjaga air terjun tahu bahwa ada beberapa pengunjung yakni rombongan Lingga yang berwisata ke sana. “Saya sudah melarang mereka ke sana, Pak. Saya bilang air terjun sedang tutup karena cuaca buruk. Tapi mereka ngeyel dan memaksa untuk turun.”“Kenapa bisa kecolongan, sih?”“Jangan salahkan saya, Pak! Saya gak tahu apa-apa. Tadi setelah melarang mereka untuk pergi, saya tinggal ke kamar mandi. Hanya ada Bejo yang menjaga,” ucap salah satu penjaga wisata air terjun.Dua penjaga itu saling menyalahkan satu sama lain. Padahal kenyataannya, mereka berdua telah disuap oleh Clarissa agar mengizinkan rombongannya berenang di sekitaran air terjun. Hal itu melanggar perintah tetua di daerah itu—yang menyuruh wisata air terjun ditutup sementara karena cuaca buruk. Memang sering terjadi air bah seperti ini saat musim hujan.“Sudah, sudah!
Baca selengkapnya
Mendapat Teman
Dalam kedalaman hutan yang sunyi, Lingga terbaring tak berdaya di atas ranjang bambu sederhana di rumah pasangan paruh baya, Pak Randi dan Bu Siti. Meskipun dalam keadaan tak sadarkan diri, tubuhnya merasakan ketegangan yang tercipta di sekitarnya. Bu Siti sibuk mempersiapkan ramuan lain, sementara Pak Randi memantau kondisi Lingga.“Baluri ini ke seluruh tubuhnya, Pak!”Bu Siti menyuruh suaminya untuk membaluri tubuh Lingga dengan ramuan berwarna hijau.“Bener-bener ditutupin, Bu?”“Iya. Cepat lakukan! Sebelum anak itu sadar.”Satu jam lamanya pasangan suami istri itu melakukan pekerjaannya. Kini tubuh Lingga benar-benar seperti pepes. Raganya terselimuti ramuan hijau, kemudian dibungkus dengan daun pisang dari kepala hingga kaki. Entah apa maksud pasangan suami istri itu memperlakukan Lingga seperti ini. Ingin mencel4kai ataukah mengobati?"Kasihan anak ini, Bu," ujar Pak Randi dengan suara berbisik.Bu Siti menoleh ke arah suaminya.“Terpaksa, Pak. Kita harus melakukan ini demi keb
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status