DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 90 A🍀🍀🍀"Loh loh ya Ibu nggak bakalan diciduk dong Na, kamu 'kan tahu siapa yang akan jadi tumbalnya."Keningku mengerut. Yang akan jadi tumbalnya? Maksud dia apa?"Yuuun!"Aku berbalik dan cepat-cepat menjauh dari teras paviliun saat Bang Wija memanggilku di dapur. Gawat kalau sampai suamiku tahu aku sedang ada di pavilun hendak melabrak dua orang jahat itu, bisa-bisa Bang Wija ceramah lagi. Bisa ribet dah urusannya.Setelah kusembunyikan gelang itu pada saku cardiganku, aku gegas menghampiri Bang Wija."Ya, Baaang.""Kamu pulang toh Yun?""Iya Bang, Yuni mau lihat kondisi rumah sebentar. Oh ya, Abang belum berangkat kerja?""Udah Yun, ini Abang balik lagi karena ada yang ketinggalan."Mulutku membola, lalu kuelus lengannya, "lain kali dinget-inget dong, ketinggalan mulu perasaan."Dia nyengir. Kamipun jalan ke ruang depan, niat hati mau mengantarnya berangkat lagi, tapi kedatangan dua orang polisi yang sudah berdiri di depan pintu membuat langkah ka
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 90 B🍀🍀🍀***Setelah aku dibebaskan oleh si Nayla langsung yang segaja pulang dari Belanda, kami lanjut menjemput Nyonya Kinanti dari rumah sakit. Hari ini beliau diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah membaik. Setelah mengurus administrasi, kami lalu dijemput Bang Wija di depan rumah sakit.Hah, aku bersyukur setelah seminggu di kurung akhirnya aku dibebaskan. Kalau bukan karena kebaikan hati Nyonya Kinanti yang terus membujuk si Nayla, mungkin kasus ini masih membelengguku. Pasalnya para petugas itu benar-benar lambat dalam menangani kasus kebakaran yang dilaporkan si Nayla itu. Sampai aku ngerasa waktuku terbuang sia-sia hanya untuk menunggu mereka mencari bukti."Mbak, sekali lagi aku minta maaf ya, aku cuma cemas aja saat aku diberitahu soal kondisi yang terjadi di rumah, apalagi saat aku dengar soal kondisi Ibu, aku udah gak bisa mikir apa-apa. Aku nyalahin kamu saat itu karena memang kamu 'kan yang bertanggung jawab di rumah. Belum lagi
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 91 🍀🍀🍀Si Nayla mengangguk dan cepat mundur bersamaku. Sementara aku mempersilakan dua orang polisi itu untuk maju ke depan pintu.Tok tok tok!Musik terdengar dimatikan."Siapa sih ganggu aja? Si Inem pasti nih," gerutu mantan Ibu tiriku di dalam.Tok tok tok."Bentaaar! Sabar kenap-" Ucapannya terhenti saat ibu membuka pintu dan dia langsung melihat dua orang polisi tengah berdiri di depannya."Oh saya kira siapa. Ada apa ya, Pak?" tanyanya dengan nada suara yang melandai."Maaf apa Ibu yang bernama Ibu Halimah?""Y-a, kenapa?""Anda kami tangkap!""Ap-pa?!" Dia tampak terkejut bukan main. "Saya ditangkap? Kenapa? Apa salah saya, Pak? Kalian salah orang kali ah," cecarnya. Aku menangkap kecemasan pada nada bicaranya."Mohon kooperatif, Anda kami tangkap atas dugaan tindak kejahatan yang telah Anda lakukan, Anda sengaja membakar rumah Saudari Nayla ini dengan motif tertentu," terang petugas itu sambil dengan paksa memakaikan borgol di kedua pergelan
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 1🍀🍀🍀"Abang! Jam berapa ini? Udah siang masih aja molor." Kutarik lengannya sampai ia tersungkur ke lantai.Geram aku, jam 9 pagi suamiku masih aja di atas kasur."Ya ampun Yun, pelan-pelan dong, Abang kaget ini," katanya seraya menggosok kepala."Bangun! Udah siang ini, mau jadi apa hidup kita kalau Abang jadi pengangguran terus, hah?""Iya iya."Dia pun bangkit lalu melengos ke luar dan dengan santainya duduk di kursi teras. Aku makin geram."Abang! Mandi sana, ngapain duduk dulu di sini, hah? Males amat sih jadi laki!""Ngopi dulu Yun, sambil ngumpulin nyawa," jawabnya santai."Mandi gak sekarang?!" sentakku seraya melotot dan berkacak pinggang.Ia mengecap bibir, "ck bikinin Abang kopi dulu bentar Yun, abis itu Abang langsung mandi, janji," katanya."Gak ada duit! Boro-boro kopi, beras aja habis," ketusku sambil terus melotot ke arahnya.Dasar suami pengangguran. Udah bangun siang mulu, bukannya langsung mandi malah minta kopi. Otaknya tuh di mana
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 2🍀🍀🍀"Bapak kok jadi ngomelin Jessica sama Viona sih?" protes Ibu."Anak kamu sih, makanya tolong itu diajarin yang bener.""Oh jadi sekarang Bapak gitu sama mereka? Inget loh Pak, yang selama ini bantu pengobatan bapak dan nyukupin kebutuhan kita paling banyak itu siapa? Mereka, anak-anakku," sungut Ibu dengan mata melotot.Bapak terpaksa diam, tampak wajahnya menahan amarah sebisa mungkin. Kasihan Bapak, beliau jadi tak bisa berkutik lagi kalau ibu tiriku mengungkit semua kebaikan anaknya.Harga diri kami terutama bapak seperti sengaja dijatuhkan sama ibu. Bapak dianggap sudah tak berguna dan tak lagi mampu memberi nafkah yang baik. Lebih-lebih sekarang toko kelontong satu-satunya penghasilan bapak malah hilang juga.Padahal dulu sebelum nikah sama ibu tiri, bapak punya banyak usaha. Warung kelontong, toko baju, toko sendal sampai kontrakan pun beliau punya. Tapi dengan alasan untuk biaya pendidikan kami, ibu menjual semuanya satu persatu hingga ya
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 3🍀🍀🍀Ibu dan sodara-sodara tiriku akhirnya diam dan balik ke tempat masing-masing."Wija tolong maafin sodara-sodaramu ya," kata Bapak pada suamiku.Walau selama ini suamiku masih pengangguran, memang hanya bapak yang paling ikhlas menerima suamiku di rumah ini, beliau sabar sekali, bapak sering mengingatkanku juga agar aku banyak sabar dan terus mendo'akan suamiku supaya suamiku cepat punya pekerjaan."Kalau suamimu itu bermasalah solusinya dido'akan Yun, bukan ditinggalkan. Kalau suamimu sedang ada di bawah ya disemangati bukan diusir dan dikasari, Insya Allah kalau kamu ikhlas melakukan dan menerimanya nanti rejeki akan datang berlimpah, bahkan dari arah yang tak pernah kamu sangka-sangka," kata Bapak waktu itu, saat aku baru saja bertengkar dengan suami karena dia kerjaannya kelayapan gak jelas terus tiap hari."Iya Pak, tapi Yuni kesel Pak, masa iya rumah tangga mau begini terus? Belum lagi anak-anak ibu, suka nyindir-nyindir terus hidup kami.""
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 4🍀🍀🍀Hah? Aku melongo sendiri. Kuteliti suamiku yang hanya pakai kolor, kaos putih dan sandal jepit itu. Dia punya kartu debit? Kok bisa? Selama ini kupikir dia buta pengetahuan, secara katanya suamiku dari desa pedalaman."Bisa bisa, Mas," jawab si Mbak itu sambil senyum sumringah.Suamipun memberikan kartu debitnya. Setelah selesai membayar tagihan baju segera kutarik dia keluar."Itu kartunya punya siapa, Bang?""Punya Abanglah, kau pikir kartu beginian bisa pakai rame-rame?" kekehnya.Lagi-lagi aku bengong. "Abang gak pernah bilang Abang punya kartu begituan.""Kamu gak pernah nanya Yun, udah ah lagian buat apa juga? Kan yang penting Abang kasih duit sama kamu.""Eh tapi itu isinya hanyak enggak, Bang?" tanyaku lagi."Dikit Yun, tapi untungnya cukup buat bayarin bajumu tadi," jawabnya sambil cengengesan. Aku menjebik."Kirain banyak, huh."Tak lama angkot yang kami tunggu pun datang."Abang turun sebentar di tempat yang tadi ya Yun, kasihan merek
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 5🍀🍀🍀Aku pun balik ke kamar. Di sana suami sedang sibuk mengotak-ngatik ponselnya sambil tiduran."Abang!"Ia diam, masih saja sibuk."Abang!" panggilku agak kencang."Iya Yun, kenapa? Kamu tuh kalau ngomong ya pelan-pelan aja kenapa sih?" protesnya."Lagian Abang tuh dipanggil-panggil diem aja. Lagi apa sih? Gak lihat apa istrinya lagi kesel begini," balasku.Suami bangkit."Kesel kenapa lagi sih Yun? Kan Abang ada di rumah, gak kemana-mana.""Hiiih geer bener, Yuni bukan kesel karena masalah itu, tapi Yuni kesel karena si ibu tiri itu ternyata jahat banget."Suami menggeleng kepala."Kamu itu Yun, hidup itu yang rukun kenapa sih? Sama ibu sendiri kok begitu.""Bukan, enak aja, dia bukan ibu Yuni," sanggahku kesal."Ya terus ibunya siapa? Lah wong bapakmu yang nikah sama dia.""Iiiih Abang, Yuni tuh kesel sama ibu, Abang tahu gak? Tadi Yuni denger mereka lagi ngobrol panjang lebar, Abang tahu gak apa yang mereka bahas?"Suami menggelengkan kepalanya