Alana dan Alan tampak tengah menikmati waktu mereka berdua dengan memasak bersama. Ketika Alana tengah memotong sayur-sayuran, Alan pun memeluk Alana dari belakang "Nih pake tepung dulu biar makin cantik Mbak-nya." Alan mengusap wajah Alana dengan tangannya yang menggenggam tepung.
"Kayak gini ya ternyata kelakuan manager PT. Industri Jaya?" Alana mengucapkannya dengan sangat kesal
"Hahaha, ih gak profesional ih bawa-bawa profesi." Ucap Alan dengan tertawa geli.
Alana memberikan senyuman yang terlihat menyimpan dendam kepada Alan "Ya udah kamu duduk aja gih. Jangan ngeganggu."
"Yee marah." Ucap Alan terkekeh lalu berjalan menuju meja makan, Alana tiba-tiba mengikutinya dari belakang dengan menggenggam tepung di tangannya.
Karena Alana hanya setinggi dada Alan, Alana harus menjinjit untuk mengusap tepung di wajah Alan. Namun, Alana ketahuan dan Alan menggendong tubuh Alana kemudian meletakkan tubuhnya di atas meja makan "Kamu mau ngapain?" Tanya Alan sembari mengangkat alisnya.
"Mau ambil minum. Awas ih aku mau turun!!"
"Itu di tangan kamu apa?" Alan menunjuk ke kedua tangan Alana dan memberikan senyuman yang licik kepada Alana
"Ga ada apa-apa." Jawab Alana kikuk.
"Yakin?" Tanya Alan sembari menangkup pipi Alana
"Yakin. Udah ih aku mau ambil minum." Alana menolehkan wajahnya dari hadapan Alan
Alan pun membawa wajah Alana kembali menatapnya "Aku tau loh di tangan kamu itu tepung. Kamu mau balas dendam?"
Saat Alan lengah dan fokus menatap dan menangkup wajah Alana, Alana langsung memberikan tepung ke wajah Alan "Ya udah nih tepungnya." Alana bergegas berlari namun di tahan oleh tubuh Alan.
"Mau lari kemana, Al?" Ucap Alan yang masih menahan tubuh Alana, dia pun tiba-tiba mengecup bibir Alana sampai mereka terlihat keasyikan bercumbu.
tik... tok... tik... tok...
Saat mereka tengah asik bercumbu, seketika tercium bau gosong dari arah dapur mereka berdua dan sontak Alana melepaskan bibirnya dari kecupan Alan "Alan, masakan kita gosong?" Alana membelalakkan mata kehadapan Alan dan mereka berdua pun bergegas menuju ke dapur.
"Yaahhh. Gosong!! Gimana dong." Alana sangat kecewa karena dia sudah sangat lelah memasak masakan kesukaan Alan.
"Yaudah kita masak lagi." Alan menjawab dengan gampang.
"Iya gapapa sih masak lagi. Bahan-bahannya kita beli dulu karna udah abis, terus sekarang udah jam setengah dua belas. Kalo masak lagi yang ada kita makan jam tiga sore." Ucap Alana kesal
"Jangan marah, Al."
"Aku gak marah, kok. Cuma kesel aja."
"Hmm, kita pesen makanan aja, yuk. Aku pesenin. Kamu mau apa?"
"Terus gak jadi masak dong?" Alana memberikan ekspresi wajah murung kepada Alan
"Besok kita masak lagi, ya. Kan besok minggu."
"Hmm ya udah deh."
***
Sembari menunggu makanan yang di pesan oleh Alan. Mereka terlihat tengah menonton serial tv favorit mereka berdua "Alan, Kapan-kapan kalo weekend kita liburan keluar kota, yuk. Bandung atau Yogyakarta"
"Hmm. Oke sih. Nanti yaaa." Ucap Alan sembari mengacak-acak rambut Alana.
"Kapan?" Tanya Alana menuntut seperti anak kecil
"Kalo kerjaan aku udah free. Bulan ini aku masih banyak banget kerjaan, Al. Kita pasti bakal liburan, kok." Jawab Alan sembari memberikan kecupan kecil di kening Alana.
"Oke deh." Alana memberikan senyuman.
"Soon, kita akan ke Yogyakarta bareng." Alan memastikan dan menggenggam tangan Alana
"Kenapa Yogyakarta?"
"Karna tadi kamu nyebut Yogyakarta. Aku juga udah kangen sama Jogja, terakhir aku di Jogja pas ada project tahun yang lalu."
"Oh iya kamu kan pernah tinggal hampir satu tahun disana karna megang project perusahaan. Aku baru inget." Jawab Alana sembari menganggukkan kepalanya.
"Sabar dulu, ya. Semoga kerjaan dan meeting aku kelar bulan ini." Jawab Alan dan Alana hanya mengangguk.
"Kamu udah pernah ke Jogja?"
"Udah sih sekali doang." Ucap Alana santai
"Kemana aja kamu selama di Jogja?"
"Ke Candi Borobudur sama ke Alun-Alun Jogja."
"Itu doang?" Tanya Alan terkejut
"Iya. Emang kenapa?" Jawab Alana heran.
"Kamu ke Jogja liburan atau study tour?" Tanya Alan mengolok dan tertawa terbahak-bahak
"Ngeledek lagi, ya, Pak? Iya-iya yang pernah tinggal di Jogja. Ledekin aja terus."
"Hahaha. uuuu jangan ngambek. Sini sini aku peluk." Alan memeluk Alana dan menenggelamkan wajahnya ke dada Alan "Jogja itu kota yang indah dan asri banget. Ntar pas kita ke Jogja aku bakal ajak kamu keliling Jogja sepuasnya." Sambung Alan.
Tiba-tiba ponsel Alan pun berbunyi "Al, makanannya udah sampe, aku ambil dulu, ya."
***
Kringgg… Kring…
Alan membuka matanya perlahan saat mendengar alarm-nya berbunyi. Seketika dia pun meraih ponselnya yang berada di atas meja dan mematikan bunyi alarm itu. Sebelum beranjak bangun, Alan menatap Alana yang masih tertidur pulas. Alan bergegas duduk dan mencium dahi alana sebelum berjalan ke kamar mandi tanpa dibaluti pakaian. Ya, Mereka baru saja berbagi malam yang penuh gairah bersama. Selama dua minggu Alan dan Alana memutuskan untuk tinggal bersama, Alan pada akhirnya sudah bisa memiliki tubuh Alana sepenuhnya.
Alan menghidupkan shower-nya karena dia harus pergi ke kantor lebih awal. Sementara Alana terbangun saat mendengar suara shower dari kamar mandi. Ya, Alan memang tidak pernah menutup pintu kamar mandinya saat sedang mandi. Alana bergegas bangun dan menyusuli Alan ke kamar mandi tanpa dibaluti pakaian.
“Dasar Alan curang! Udah bangun tapi gak ngasi tau.” Ucap Alana kesal saat Alan tengah mengguyur dirinya dengan shower.
Alan tertawa kecil melihat Alana kesal seperti itu “Maaf, Alana. Aku harus pergi ke kantor lebih cepat hari ini. Sementara kamu masih keliatan nyenyak banget tidurnya.” Jelas Alan kemudian dia pun menarik tangan Alana kedalam pelukannya “Ya udah kita mandi bareng. Jangan ngambek.” Sambung Alan. Mereka pun akhirnya mengguyurkan diri mereka bersama-sama dibawah shower.
Setelah mereka selesai mandi, Alan mengganti bajunya dengan kemeja biru dongker dan celana berwarna cream. Sementara Alana memakai dress berwarna hitam yang panjangnya hanya selutut. Kemudian Alana pun memakai blazer berwarna coklat susu agar lebih terlihat formal.
"Kita pergi kerja bareng, kan?" Alan bertanya pada Alana.
"Sure!" Jawab Alana menyetujui sembari memakai high heels-nya
“Okay. First thing first, kita breakfast dulu, ya. Aku laper.” Ucap Alan sembari memanyunkan bibirnya.
“Iya. Aku juga, nih. Tapi kita breakfast di mobil ya kaya biasa.” Pinta Alana dan Alan pun mengangguk.
Beberapa hari ini Alan dan Alana sudah terbiasa pergi ke kantor bersama saat Alan harus menghadiri meeting mingguan di kantor Alana. Bahkan mereka pun selalu menghabiskan waktu untuk sarapan bersama di mobil sebelum mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing di kantor.
Kali ini Alana terlihat sudah sangat candu kepada Alan. Ya, Sepanjang malam Alana selalu menunggu dan menginginkan Alan untuk memeluknya dengan lengannya yang kuat saat Alan masih belum tiba di apartemen. Sementara Alan diam-diam sudah sangat terbiasa melakukan rutinitas itu kepada Alana.
Alana benar-benar jatuh cinta dengan Alan. Pria itu sudah merebut hati Alana. Setiap kali Alana berada di samping Alan, detak jantungnya tak beraturan. Saat Alan menjauh, Alana merasa ada yang hampa dengan hidupnya.
Alana memegang pelipisnya yang sedari tadi sangat lelah mengerjakan pekerjaan di kantor yang tak kunjung usai. Sesekali, di liriknya ponsel, menantikan pesan dari Alan yang tengah berada di apartemen karena tidak enak badan. Rasa khawatirnya kepada Alan melebihi rasa khawatirnya kepada dirinya sendiri. Terkadang dia berselisih paham dengan pikirannya yang mengharuskannya untuk memikirkan dirinya terlebih dahulu daripada Alan. Namun dia tetap saja bisa mengalahkan pikirannya itu dan bergegas kembali ke apartemen dengan membawa seluruh pekerjaannya untuk di kerjakan di rumah. tok... tok... tok... Alan membuka pintu dengan wajahnya yang terlihat pucat "Al, ini baru jam dua siang, kamu kenapa cepet banget balik dari kantor?" Alan terkejut melihat Alana di depan pintu yang membawa beberapa berkas danpaper bag. "Kamu gapapa? Udah makan? Udah minum obat?" Alana tak menjawab pertanyaan Alan dan malah berbalik menanyakan
Alan pulang berbondong-bondong membawa beberapagroceriesyang sudah penuh di kedua tangannya. Alana langsung menghampiri Alan dan mengambilgroceriestersebut dari tangan pria itu. Wajah Alan terlihat begitu lelah. Alana dengan sikap keibuannya langsung mengambil air mineral dan memberikannya kepada Alan. Saat Alan dan Alana sedang duduk di sofa bersama, Alana memutuskan untuk mengatakan kepada Alan bahwa dia ingin menjalani hubungan yang serius bersamanya. "Alan, aku mau ngomong sesuatu sama kamu." Ucap Alana dengan menatap Alan yang berada di samping kirinya. "Iyaaa Al. ngomong aja." Jawab Alan sembari tersenyum. "Hmm--" Alana sepertinya tampak ragu mengutarakan kalimat yang akan dia katakan "Kita kan udah tinggal diapartmentbareng selama satu bulan ini. Sementara kita masih belum ada hubungan apa-apa. Di samping itu, kita malah udah berhubungan terlalu jauh." Alana menghela n
Saat Alana mencoba melupakan Alan, dirinya selalu dihantui dengan bayang-bayang Alan.Amigdalanya pun selalu mencoba mengingatkan setiap kenangan yang telah dia lakukan bersama pria itu. Setelah kejadian itu, Alana memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan melanjutkan S2 di New York. Alana sadar bahwa dia tidak bisa terus-terusan hidup dengan menyalahkan diri sendiri dan merendahkan dirinya. Selama beberapa minggu ini Alana memang hidup dengan diselimuti kesedihan dan kesalahan yang sangat besar. Dia seakan tidak percaya diri dengan dirinya, merasa rendah, dan juga merasa tidak pantas untuk dimiliki siapa pun setelah mendengarkan perkataan Alan dan persepsi Alan selama ini terhadap dirinya. Bukan hanya perkataan Alan, perkataan Bagas pun seketika muncul di benaknya. Perkataan yang membuat Bagas pergi meninggalkannya. Untuk saat ini, Alana sepertinya sudah cukup untuk mengasihani dirinya sendiri. Dia harus berubah dan melupakan masa la
Alana tak pernah menyangka perkataan Alan yang di lontarkan kepadanya akan sampai membawa takdirnya menuju New York. Mungkin ekspektasi untuk sekedar menjadi pasangan di hidup Alan adalah ekspektasi yang sangat tinggi sehingga tak mampu untuk menggapainya. Alana berharap, keputusannya itu adalah keputusan yang terbaik yang di ambilnya sekaligus bisa melupakan Alan dengan mudah. Alana pun tiba di New York City, orang-orang mengenal kota ini dengan kota terpadat di dunia yang terletak di Pantai Timur Amerika atau East Coast. Memiliki julukan kota ‘mewah’ dengan ‘The Manhattan’-nya. Saat tiba di Bandara, Alana bergegas menghampiri Paula, kekasih kakaknya, yang sudah menyiapkan apartemen untuk Alana tinggal di New York. Alana memang wanita mandiri, sehingga orangtua dan kakaknya tak terlalu khawatir membiarkan Alana mengurus segala sesuatunya sendirian. "Alana?" Seorang wanita menghampiri Alana yang tampak sedang menunggu taksi.
Dua Tahun kemudian... Alana kembali ke Indonesia dengan menyandang gelarExecutive Coaching and Organizational Consultingdan juga menjadi wanita berpengaruh sekaligus terhadap wanita-wanita di Indonesia untuk mewujudkan mimpi. Hal ini di lakukannya untuk membuktikan kepada Bagas bahwa dia bukan wanita yang tidak memiliki perkembangan. Dia juga membuktikan kepada Alan bahwa dia bukan wanita murahan polos yang bisa di permainkan hanya untuk pelampiasan saja. Tekadnya yang ingin menjadi wanita terpandang dan tidak direndahkan akhirnya tercapai dengan hasil kerja kerasnya. Ya, Alana saat ini bekerja di perusahaan Ezra yang memang sudah di janjikan ketika Ezra sering berkunjung ke New York dulu. Selain itu, dikarenakan menjadi wanita berpengaruh, Alana pun terikat kontrak menjadi influencer/pemberi pengaruhdi salah satu agensiternama di Indonesia. Tak jarang, Alana seringkali mengikutiphotoshoot
Alana akhirnya kembali ke ruangmeetingbersama Ezra. Seketika Alan terkejut melihat Alana yang tiba-tiba sudah datang bersama Ezra dengan matanya yang sedikit sembab. "Ada yang ketinggalan?" Tanya Alan kepada Alana dengan lembut. "Nggak, Pak. Saya gak jadi ke kantor. Tadi manager saya tiba-tiba membatalkan photoshoot-nya." Ucap Alana datar dan Alan hanya membalas dengan senyuman. Alan pun menjelaskan kerjasama yang akan mereka lakukan selama satu bulan ke depan. Sementara Alana menunjukkan sikap profesional dan mendengarkan penjelasan kerjasama yang dilakukan oleh Alan. Setelah selesai menjelaskan kerja sama yang akan dilakukan, Sanjaya memanggil Ezra dari pintu ruangmeeting. "Al, aku keluar sebentar, ya." Ucap Ezra dan langsung bergegas dari duduknya meninggalkan Alana berdua bersama Alan di ruangan itu. Alan tampak sekali tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk berbicara kepada Alana saa
Alan berdiri di depanreceptionisthotel sembari berbincang bersama dengan pemilik hotel. Sementara Alana duduk dan menunggu dilobbyhotel dengan jarak yang tak jauh darireceptionist. Alan dan pemilik hotel terlihat menghampiri Alana "Hey, Al. Udah nih. Yuk." "Haloo Mbak Alana." Pemilik hotel mengulurkan tangannya kepada Alana dan Alana pun bergegas bangun dari sofa dan mengulurkan tangannya "Semoga betah ya dengan pelayanan hotel kami. Kalo ada saran, kami sangat menerimanya dengan senang hati. Dan, jangan lupa reviewya mbak di Anstagram kalo Mbak Alana suka dengan fasilitas hotelnya." Status Alana yang sudah dikenal banyak orang memang seringkali di manfaatkan setiap pengusaha untuk mempromosikan bisnis mereka. Alana membalas dengan senyum "Baik, Pak. Terima kasih. Oh ya, saya permisi dulu, mau istirahat." Ucap Alana ramah. "Baik, Mbak. Selamat istirahat Mbak Alana
Tepat pukul sebelas malam, Alan masih memindahkan laporan hasil kunjungan yang akan di presentasikannya ketika sampai di Jakarta. Sementara Alana sudah tertidur pulas di ranjang. Alan yang baru sadar Alana tertidur kemudian menatap dan menyelimutinya. Alan mendekatkan wajahnya ke wajah Alana. Dia mengusap kening Alana dengan raut wajah yang terlihat sangat menyesal karena pernah menyakiti Alana. "Harusnya aku gak ngomong kata-kata yang sangat menyakitkan ke kamu, Al." Bisik Alan pelan sembari mengusap puncak kepalanya. "Andai aja aku masih punya waktu. Aku akan bahagiain kamu dan gak akan pernah nyakitin kamu lagi." Sambungnya Alan melihat ponsel Alana yang tiba-tiba menyala. Ponselnya berisikan pemberitahuan pesanWazzAppdanreminderuntuk besok kembali ke Jakarta. Keegoisan serta keinginan Alan yang masih ingin bersama Alana akhirnya membuat dia berniat untuk mematikan pemberitahuan yang ada