Enam tahun kemudian...
"Aileen... Banguuuun." Alana membangunkan Aileen, anak pertamanya, dengan memakai daster dan roll di rambutnya.
Alana kemudian bergegas menghampiri Alan yang masih tertidur pulas di kamar "Sayang, bangun."
"Sebentar sayang." Ucap Alan dengan matanya yang masih tertutup. Alan pun seketika meraih Alana dan menenggelamkannya di tubuhnya yang kekar.
"Iiihh jangan di peluk. Nanti rambut aku rusak." Ucap Alana kesal.
"Oh gitu?" Tatap Alan sinis
"Ng-gak." Alana tahu sekali jika dia mengomentari Alan, Alan akan membuatnya tambah kesal
"Tadi ngomong apa sayang? Ngomong apa?"
"Ih jangan kaya gitu. Rambut aku udah di catok." Ucap Alana murung dan memanyunkan bibirnya
Alan meraih bibir bawahnya dan melumatkannya dengan pelan "Udah jangan cemberut." Alan pun mengacak rambut Alana dan membuat rambutnya menjadi berantakan
"Maaasssss!! Kan aku udah bilang jangan di rusakin rambutnya." Ucapnya
(WazzApp Notification – Bagas) "Alana, ada yang mau aku omongin sama kamu." -Bagas Bagas, kekasih Alana, mengirimkan pesan singkat ketika Alana sedang sibuk-sibuknya mengerjakan pekerjaan di kantornya. "Ngomong apa, Bagas?" -Alana "Aku bakalan kasi tau pas kita ketemu." -Bagas "Habis aku kerja kita ketemu, ya, sayang. Aku gak enak baru masuk kerja dua minggu udah izin." -Alana "Oke, aku tunggu di restaurant deket kantor kamu, ya." -Bagas Dua jam kemudian... "Tasya, gue balik duluan ya. Gue ada janji sama Bagas." Jari Tasya terhenti menari di ataskeyboarddan melihat Alana merapikan mejanya yang seakan dikejar olehdeadline. "Hmm iye bucin!" Tasya menggelengkan kepalanya dan melanjutkan pekerjaannya yang masih belum selesai sehingga dia tak menghiraukan Alana yang terlihat buru-buru keluar dari ruangan kerja mereka.
Suaralivemusicyang sangat keras terdengar di salah satucoffee shoptempat Alana menghabiskan waktu bersama dengan Lily dan Tasya, sahabat Alana. Alana tampak berdiri di dekat meja bar, seperti biasa, memesancaramelfrappucinokesukaannya sembari mewarnai bibirnya denganlipstickberwarnanudedan memasukkannya kembali ke dalam tas. "Sorry." Tegur Alan yang berada di belakang Alana. Alana pun menoleh ke belakang "Ya?"Tanya Alana menatap Alan sembari mengernyitkan dahi. "Ini punya kamu, bukan?" Tanya Alan sembari menunjukkan sebuahlipstickkepada Alana "Tadi aku lihat kamu mau masukin ke tas tapi malah jatuh.” Sambungnya "Oh ya ampun iya itu punya aku. Terima kasih, ya." Jawab Alana panik. "It's Okay. Kayanya kita pernah ketemu, tapi dimana ya--" Alan tampak memejamkan
Awal perbincangan antara Alana dan Reza memang terlihat masih dibaluti dengan basa-basi seperti orang-orang pada umumnya. Hal itu terlihat dari perbincangan mereka yang tampaknya belum mengupas seluk beluk kepribadian satu sama lain. Hal itu pula yang membuat Alana belum bisa melupakan masa lalunya. Namun, setelah dua minggu Alana dan Reza berbincang melalui aplikasi TinTan, entah mengapa Alana bisa dengan mudahnya merasakan kenyamanan terhadap Reza. Kenyamanan yang di berikan oleh Reza tampak terlihat dari ekspresi Alana yang terkadang senyum-senyum sendiri saat menerima pesan dari Reza. Alana pun seringkali tertangkap basah menunggu balasan pesan dari pria asing itu. Dua minggu merasakan kenyamanan dengan Reza sepertinya mampu membuat Alana melupakan Bagas. Namun rasanya sangat konyol jika Alana benar-benar sudah nyaman. Masalahnya, mereka berdua belum pernah bertemu. Bagaimana mungkin Alana bisa merasakan kenyamanan dengan orang asing begitu mudah?
Alana memarkirkan mobilnya di depan salah satucoffee shopyang berada di Jakarta Pusat,tempat bertemuyang di janjikannya bersama Reza. Alana mematikan mesin mobilnya dan melamun sejenak, memikirkan apakah dia harus bertemu dengan Reza atau kembali pulang ke apartemennya. Alana sangat bingung sampai menundukkan kepalanya di kemudi mobil sembari memejamkan mata. (WazzApp Notification) PemberitahuanWazzAppmengejutkan Alana dan dia pun membuka layar ponselnya. "Aku udah sampe, Al. Kamu dimana?" -Reza "Shit!"Ucap Alana dengan memegang kepalanya. Walaupun Alana berniat untuk membatalkan pertemuannya dengan Reza, Alana tetap tidak tega harus meninggalkan Reza begitu saja. Apalagi Alana paling tidak suka dengan orang yang membatalkan janji. "Aku di parkiran. Bentar, ya." -Alana Alana pun bergegas menghampiri Reza. Apa pun ya
Alana sedari tadi masih tenggelam dengan percakapan yang terjadi dicoffee shop beberapa hari yang lalu bersama Alan. "Woi, melamun mulu. Kenapa lu?" Tasya mengejutkan Alana yang tengah melamun dan tidak menyentuh makanannya sedikit pun. "Gue kayaknya udah ngerusak pertemuan gue yang kedua kalinya dengan Alan deh." Ucap Alana murung. "Hahaha kenapa lagi lu? Salah kostum?" Lily terkekeh. "Nggak." Alana menceritakan perbincangan yang dia lakukan bersama Alan kepada teman-temannya dan pembahasan konyol yang membuat Alan menunjukkan ekspresi terkejut saat mendengar pertanyaan Alana. "Lu kenapa sih? Kemaren pertama kali ketemu lo kusut banget. Terus yang kedua kalinya malah ngebahas zodiak. Hey sayang, cowo itu kebanyakan gak suka sama hal yang berbau zodiak. Eh malah lu bahas." Ucap Lily kesal. "Iya gue tau. Gue tuh kehabisan pembahasan. Gue bingung mau nanya apa, jadi yaudah gue bahas zodiak aja. Soalnya tuh gue pernah deket
Menjelang dua bulan, Alana dan Alan sudah mulai membuka diri satu sama lain walaupun masing-masing dari mereka belum ada yang mengungkapkan akan membawa hubungan mereka ke arah yang lebih serius. Disisi lain, Alana masih memahami Alan yang masih mencintai masa lalunya. Akan tetapi Alana membayangkan suatu hari nanti Alan pasti akan melupakan masa lalunya sama seperti Alana yang sudah melupakan Bagas semenjak bertemu dengan Alan. "Al, aku mau kita tinggal bareng." Ucap Alan spontan yang saat ini tengah menghampiri Alana di ruang kerjanya. Alana yang tengah sibuk mengerjakan pekerjaannya terkejut melihat Alan yang sudah berada di hadapannya. Baru kali ini Alan nekat menghampiri Alana sampai ke ruang kerjanya. "Kamu bercanda? Kita gak ada ikatan, Alan." Alana berbisik agar tak terdengar oleh karyawan-karyawan yang sedang bekerja di ruangan yang sama dengannya. "Kita harus dekat dulu, Al." Alan menatap Alana sangat dalam dan menggengga
"Alan,showerkita kok gak nyala?" Teriak Alana yang tengah berada di kamar mandi. Alan pun terlihat menghampiri dan mendekat ke pintu kamar mandi "Tadi aku mandi masih bisa, Al. Coba buka dulu pintunya biar aku lihat." Alana pun bergegas memakai handuknya dan membuka pintu kamar mandi. Sedangkan Alan tampak langsung memperbaikishowerdenganAlana yang berdiri di sampingnya. "Udah bisa nih." Ucap Alan sembari mendongakkan wajahnya ke Alana. "Dih aneh! Masa aku tadi pencet itu gak bisa." Alana mengomel kecil dengan ekspresi wajah yang kesal. "Yaudah kamu lanjut lagi mandinya. Ntar lama-lama aku disini handuk kamu aku buka paksa." Bisik Alan di telinga Alana dengan menggoda. "Eh i-i-iyaaa. Yaudah kamu keluar." Ucap Alana panik sembari mendorong Alan keluar dari kamar mandi. Setelah Alana selesai mandi, tubuhnya merasa lelah karena sudah beraktivitas seharian. Alana pun memutuskan untuk
Alana dan Alan tampak tengah menikmati waktu mereka berdua dengan memasak bersama.Ketika Alana tengah memotong sayur-sayuran, Alan pun memeluk Alana dari belakang "Nih pake tepung dulu biar makin cantik Mbak-nya." Alan mengusap wajah Alana dengan tangannya yang menggenggam tepung. "Kayak gini ya ternyata kelakuanmanagerPT. Industri Jaya?" Alana mengucapkannya dengan sangat kesal "Hahaha, ih gak profesional ih bawa-bawa profesi." Ucap Alan dengan tertawa geli. Alana memberikan senyuman yang terlihat menyimpan dendam kepada Alan "Ya udah kamu duduk aja gih. Jangan ngeganggu." "Yee marah." Ucap Alan terkekeh lalu berjalan menuju meja makan, Alana tiba-tiba mengikutinya dari belakang dengan menggenggam tepung di tangannya. Karena Alana hanya setinggi dada Alan, Alana harus menjinjit untuk mengusap tepung di wajah Alan. Namun, Alana ketahuan dan Alan menggendong tubuh Alana kemudian meletakkan tubuhnya di atas meja makan