Share

Chapter 2 - Keraguan

Awal perbincangan antara Alana dan Reza memang terlihat masih dibaluti dengan basa-basi seperti orang-orang pada umumnya. Hal itu terlihat dari perbincangan mereka yang tampaknya belum mengupas seluk beluk kepribadian satu sama lain. Hal itu pula yang membuat Alana belum bisa melupakan masa lalunya.

Namun, setelah dua minggu Alana dan Reza berbincang melalui aplikasi TinTan, entah mengapa Alana bisa dengan mudahnya merasakan kenyamanan terhadap Reza.

Kenyamanan yang di berikan oleh Reza tampak terlihat dari ekspresi Alana yang terkadang senyum-senyum sendiri saat menerima pesan dari Reza. Alana pun seringkali tertangkap basah menunggu balasan pesan dari pria asing itu. 

Dua minggu merasakan kenyamanan dengan Reza sepertinya mampu membuat Alana melupakan Bagas. Namun rasanya sangat konyol jika Alana benar-benar sudah nyaman. Masalahnya, mereka berdua belum pernah bertemu. Bagaimana mungkin Alana bisa merasakan kenyamanan dengan orang asing begitu mudah?

Semoga saja Alana tidak terlarut dalam perbincangannya dengan Reza. Semoga Alana bisa melangkahkan kakinya dengan hati-hati kali ini. 

(WazzApp Notification - Reza)

"Hey, Al. Kamu dimana?"

Apa? Pemberitahuan WazzApp? Sepertinya Reza dan Alana sudah saling membuka diri satu sama lain karena sudah tidak berbincang lagi di aplikasi kencan itu. Dan artinya Alana perlahan sudah mulai membiarkan pria asing itu masuk kedalam kehidupannya.

"Hey, aku di kantor, nih."  -Alana

"Ketemu yuk abis jam kantor." -Reza

"Emang keburu?" -Alana

Kantor Reza dan Alana berjarak lumayan jauh, ditambah lagi macetnya Jakarta yang sudah menjadi konsumsi sehari-hari akan sangat melelahkan jika harus bertemu sehabis pulang dari kantor.

"Aku ke tempat kamu aja, gapapa." -Reza

"Kamu nyampe kesini bisa bisa jam delapan malam." -Alana

"Gapapa sih aku." -Reza

"Next time aja gimana? Sejujurnya aku juga masih belum siap untuk ketemu kamu. Yeah you know, kita sama-sama strangers. Aku takut kamu punya motif yang aneh sama aku." -Alana

"Haha it's okay, Al. Lagian kita ketemu di tempat rame, kok. Aku gak bakalan punya motif aneh-aneh." -Reza

Syukurlah! Tampaknya kali ini Alana bisa melangkahkan kakinya dengan hati-hati. Terlihat dari Alana yang memang sudah merasa nyaman dengan Reza. Namun, Alana masih saja takut untuk bertemu dengan Reza secara langsung. 

***

Alana keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan rambutnya. Alana kemudian meraih ponsel, seperti biasa membuka aplikasi Anstagram yang sudah menjadi kebutuhan primer umat manusia pada saat ini. Seketika dia pun membaringkan dirinya di ranjang sembari fokus memainkan aplikasi Anstagram.

WazzApp Notification (Reza)

"Al, Aku baru sampe di apartment nih. Kamu udah sampe belum?" -Reza

"Wah lama juga. Udah jam sepuluh malam. Udah, kok" -Alana

"Iya, tadi aku lembur." -Reza

"Oh, untung aja kita gak jadi ketemu." -Alana

"Kamu lagi sibuk apa sekarang, Al?" -Reza

"Lagi main Anstagram aja, nih. Kamu?" -Alana

"Lagi mau nonton, sih." -Reza

"Oh iya, aku nyari Anstagram kamu tapi kok gak nemu. Nama Anstagram kamu apaan?" -Alana

"Ntar ketemu aku kasi tau. Oh iya aku belum tau asal kamu darimana, Al. Asal kamu darimana kalo boleh tau?" -Reza

"Coba tebak" -Alana

"Okay, tapi kalo aku bener besok kita ketemu. Gimana?" -Reza

"Oke. Aku kasi kamu kesempatan untuk ngejawab tiga kali. Kalo kamu gak bisa jawab, pesenin aku kopi." -Alana

"Okeee." -Reza

Alana adalah wanita mandiri. Dia berasal dari daerah luar Jakarta dan sudah merantau ke Jakarta sejak dia kuliah, begitu pun dengan pengakuan Reza yang berasal dari luar Jakarta dan sudah merantau di Jakarta sejak kuliah sampai bekerja.

Reza pun akhirnya berhasil menebak daerah asli Alana pada jawaban yang kedua "Finally! Aku menang, Al. Kita ketemu besok yaaaa." -Reza

"Hmm. Okay." -Alana

"Kopinya jadi?" -Reza

"Kan aku kalah." -Alana

"Gapapa aku beliin aja. Kirim alamat kamu sekalian aku jemput kamu besok." -Reza

"Haha iya deh iya. Aku juga pengen ngopi, nih. By the way, besok kita ketemu di coffee shop aja. Gak usah di jemput hehe." -Alana

***

Alana tampak masih ragu untuk bertemu Reza. Tetapi mengapa? Bukannya selama ini Alana tampaknya sudah merasakan kenyamanan terhadap pria itu?

Alana memikirkan keraguannya untuk bertemu dengan Reza setelah pulang kerja nanti sembari memutar-mutar pulpen yang di genggamnya dengan tatapan kosong.

Sepertinya Alana masih memiliki rasa pesimis kepada laki-laki terutama sejak Alana ditinggal oleh Bagas. Kenyamanan yang di berikan oleh Reza tampaknya masih tidak dapat mengalahkan rasa pesimis di diri Alana.

Ditambah lagi Alana belum mengenal sosok Reza lebih jauh. Alana takut merasa nyaman dengan orang yang salah lagi. Atau Mungkin saja Alana hanya nyaman dan butuh perhatian dikala Alana bosan sehingga wajar jika Alana menantikan pesan dari Reza.

"Lo jadi ketemu Reza hari ini?" Ucap Tasya yang menghampiri Alana ke meja kerjanya.

"Jadi, ini mau pergi habis jam kantor." Jawab Alana datar.

"Lo ga mandi dulu gitu? Ganti baju kek apa kek." Ucap Tasya yang melihat Alana tidak bersemangat menemui pria itu.

"Gak ah males." Jawab Alana saat dia tengah menyeruput es kopinya.

"Kesan pertama itu lo harus bener-bener tampil maksimal loh, Al. Kenapa jadi kusut begini." Tasya berkomentar.

"Ya gue anggep dia temen doang kok gak serius."

"Bagus, sih. Tapi akhir-akhir ini lu kayak nyaman banget kalo ngobrol sama dia." Ucap Tasya sembari menatap Alana dalam.

"Gak tau nih. Gue juga bingung, Sya. Gue memang nyaman ngobrol sama Reza, tapi gue juga masih ragu. Kan niat awal kita cuma untuk temen ngobrol doang, gak sampe ketemu. Sejujurnya, gue takut nyaman dengan orang yang salah. Makanya gue gak mau ketemu dia. Ibaratnya belum ketemu aja gue udah nyaman, terus kalo ketemu bakal gimana?" Ucap Alana frustrasi.

"Iya, sih. Tapi kalo dia lebih cocok buat elu gimana? Lagian nih ya setelah gue pikir-pikir, mau ketemu dimana aja, kalo cowok itu baik ya pasti baik. Saran gue sih kalo lu udah ngerasa nyaman sama Reza, lu cari tau dulu latar belakangnya kayak gimana. Nah baru deh, lu bisa memutuskan."

"I know. Tapi kenapa tiba-tiba lo jadi ngedukung gue untuk serius sama dia? Sebelumnya lo--"

Tasya pun memotong pembicaraan Alana "Gue berubah pikiran. Gak tau kenapa gue ngelihat lo ngobrol sama Reza lo jadi bisa lupa dengan Bagas dan gak murung lagi. Jadi menurut gue ya kalo lo nyaman yaudah lo lanjutin aja. Dengan syarat, lo harus tau dia dulu kaya gimana!"

"Yep. Oh iya, satu lagi yang gue takutin."

Tasya menghela napas "Apa lagi?" Tanya Tasya sembari mengangkat alis kirinya.

"Dia kan pake foto sillhoute gitu, gak keliatan, kan? Gimana kalo dia aslinya ternyata bapak-bapak atau om-om?"

"You want my advice?" Tanya Tasya dengan senyuman sinis dan Alana menganggukkan kepalanya.

"Kabur. Pura-pura gak kenal." Jawab Tasya.

 "Best advice!" Ucap Alana bersemangat dan bergegas berdiri dari duduknya "Udah ah gue mau pergi dulu. Bye."

"Hmm. Okay, good luck!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status