Awal perbincangan antara Alana dan Reza memang terlihat masih dibaluti dengan basa-basi seperti orang-orang pada umumnya. Hal itu terlihat dari perbincangan mereka yang tampaknya belum mengupas seluk beluk kepribadian satu sama lain. Hal itu pula yang membuat Alana belum bisa melupakan masa lalunya.
Namun, setelah dua minggu Alana dan Reza berbincang melalui aplikasi TinTan, entah mengapa Alana bisa dengan mudahnya merasakan kenyamanan terhadap Reza.
Kenyamanan yang di berikan oleh Reza tampak terlihat dari ekspresi Alana yang terkadang senyum-senyum sendiri saat menerima pesan dari Reza. Alana pun seringkali tertangkap basah menunggu balasan pesan dari pria asing itu.
Dua minggu merasakan kenyamanan dengan Reza sepertinya mampu membuat Alana melupakan Bagas. Namun rasanya sangat konyol jika Alana benar-benar sudah nyaman. Masalahnya, mereka berdua belum pernah bertemu. Bagaimana mungkin Alana bisa merasakan kenyamanan dengan orang asing begitu mudah?
Semoga saja Alana tidak terlarut dalam perbincangannya dengan Reza. Semoga Alana bisa melangkahkan kakinya dengan hati-hati kali ini.
(WazzApp Notification - Reza)
"Hey, Al. Kamu dimana?"
Apa? Pemberitahuan WazzApp? Sepertinya Reza dan Alana sudah saling membuka diri satu sama lain karena sudah tidak berbincang lagi di aplikasi kencan itu. Dan artinya Alana perlahan sudah mulai membiarkan pria asing itu masuk kedalam kehidupannya.
"Hey, aku di kantor, nih." -Alana
"Ketemu yuk abis jam kantor." -Reza
"Emang keburu?" -Alana
Kantor Reza dan Alana berjarak lumayan jauh, ditambah lagi macetnya Jakarta yang sudah menjadi konsumsi sehari-hari akan sangat melelahkan jika harus bertemu sehabis pulang dari kantor.
"Aku ke tempat kamu aja, gapapa." -Reza
"Kamu nyampe kesini bisa bisa jam delapan malam." -Alana
"Gapapa sih aku." -Reza
"Next time aja gimana? Sejujurnya aku juga masih belum siap untuk ketemu kamu. Yeah you know, kita sama-sama strangers. Aku takut kamu punya motif yang aneh sama aku." -Alana
"Haha it's okay, Al. Lagian kita ketemu di tempat rame, kok. Aku gak bakalan punya motif aneh-aneh." -Reza
Syukurlah! Tampaknya kali ini Alana bisa melangkahkan kakinya dengan hati-hati. Terlihat dari Alana yang memang sudah merasa nyaman dengan Reza. Namun, Alana masih saja takut untuk bertemu dengan Reza secara langsung.
***
Alana keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan rambutnya. Alana kemudian meraih ponsel, seperti biasa membuka aplikasi Anstagram yang sudah menjadi kebutuhan primer umat manusia pada saat ini. Seketika dia pun membaringkan dirinya di ranjang sembari fokus memainkan aplikasi Anstagram.
WazzApp Notification (Reza)
"Al, Aku baru sampe di apartment nih. Kamu udah sampe belum?" -Reza
"Wah lama juga. Udah jam sepuluh malam. Udah, kok" -Alana
"Iya, tadi aku lembur." -Reza
"Oh, untung aja kita gak jadi ketemu." -Alana
"Kamu lagi sibuk apa sekarang, Al?" -Reza
"Lagi main Anstagram aja, nih. Kamu?" -Alana
"Lagi mau nonton, sih." -Reza
"Oh iya, aku nyari Anstagram kamu tapi kok gak nemu. Nama Anstagram kamu apaan?" -Alana
"Ntar ketemu aku kasi tau. Oh iya aku belum tau asal kamu darimana, Al. Asal kamu darimana kalo boleh tau?" -Reza
"Coba tebak" -Alana
"Okay, tapi kalo aku bener besok kita ketemu. Gimana?" -Reza
"Oke. Aku kasi kamu kesempatan untuk ngejawab tiga kali. Kalo kamu gak bisa jawab, pesenin aku kopi." -Alana
"Okeee." -Reza
Alana adalah wanita mandiri. Dia berasal dari daerah luar Jakarta dan sudah merantau ke Jakarta sejak dia kuliah, begitu pun dengan pengakuan Reza yang berasal dari luar Jakarta dan sudah merantau di Jakarta sejak kuliah sampai bekerja.
Reza pun akhirnya berhasil menebak daerah asli Alana pada jawaban yang kedua "Finally! Aku menang, Al. Kita ketemu besok yaaaa." -Reza
"Hmm. Okay." -Alana
"Kopinya jadi?" -Reza
"Kan aku kalah." -Alana
"Gapapa aku beliin aja. Kirim alamat kamu sekalian aku jemput kamu besok." -Reza
"Haha iya deh iya. Aku juga pengen ngopi, nih. By the way, besok kita ketemu di coffee shop aja. Gak usah di jemput hehe." -Alana
***
Alana tampak masih ragu untuk bertemu Reza. Tetapi mengapa? Bukannya selama ini Alana tampaknya sudah merasakan kenyamanan terhadap pria itu?
Alana memikirkan keraguannya untuk bertemu dengan Reza setelah pulang kerja nanti sembari memutar-mutar pulpen yang di genggamnya dengan tatapan kosong.
Sepertinya Alana masih memiliki rasa pesimis kepada laki-laki terutama sejak Alana ditinggal oleh Bagas. Kenyamanan yang di berikan oleh Reza tampaknya masih tidak dapat mengalahkan rasa pesimis di diri Alana.
Ditambah lagi Alana belum mengenal sosok Reza lebih jauh. Alana takut merasa nyaman dengan orang yang salah lagi. Atau Mungkin saja Alana hanya nyaman dan butuh perhatian dikala Alana bosan sehingga wajar jika Alana menantikan pesan dari Reza.
"Lo jadi ketemu Reza hari ini?" Ucap Tasya yang menghampiri Alana ke meja kerjanya.
"Jadi, ini mau pergi habis jam kantor." Jawab Alana datar.
"Lo ga mandi dulu gitu? Ganti baju kek apa kek." Ucap Tasya yang melihat Alana tidak bersemangat menemui pria itu.
"Gak ah males." Jawab Alana saat dia tengah menyeruput es kopinya.
"Kesan pertama itu lo harus bener-bener tampil maksimal loh, Al. Kenapa jadi kusut begini." Tasya berkomentar.
"Ya gue anggep dia temen doang kok gak serius."
"Bagus, sih. Tapi akhir-akhir ini lu kayak nyaman banget kalo ngobrol sama dia." Ucap Tasya sembari menatap Alana dalam.
"Gak tau nih. Gue juga bingung, Sya. Gue memang nyaman ngobrol sama Reza, tapi gue juga masih ragu. Kan niat awal kita cuma untuk temen ngobrol doang, gak sampe ketemu. Sejujurnya, gue takut nyaman dengan orang yang salah. Makanya gue gak mau ketemu dia. Ibaratnya belum ketemu aja gue udah nyaman, terus kalo ketemu bakal gimana?" Ucap Alana frustrasi.
"Iya, sih. Tapi kalo dia lebih cocok buat elu gimana? Lagian nih ya setelah gue pikir-pikir, mau ketemu dimana aja, kalo cowok itu baik ya pasti baik. Saran gue sih kalo lu udah ngerasa nyaman sama Reza, lu cari tau dulu latar belakangnya kayak gimana. Nah baru deh, lu bisa memutuskan."
"I know. Tapi kenapa tiba-tiba lo jadi ngedukung gue untuk serius sama dia? Sebelumnya lo--"
Tasya pun memotong pembicaraan Alana "Gue berubah pikiran. Gak tau kenapa gue ngelihat lo ngobrol sama Reza lo jadi bisa lupa dengan Bagas dan gak murung lagi. Jadi menurut gue ya kalo lo nyaman yaudah lo lanjutin aja. Dengan syarat, lo harus tau dia dulu kaya gimana!"
"Yep. Oh iya, satu lagi yang gue takutin."
Tasya menghela napas "Apa lagi?" Tanya Tasya sembari mengangkat alis kirinya.
"Dia kan pake foto sillhoute gitu, gak keliatan, kan? Gimana kalo dia aslinya ternyata bapak-bapak atau om-om?"
"You want my advice?" Tanya Tasya dengan senyuman sinis dan Alana menganggukkan kepalanya.
"Kabur. Pura-pura gak kenal." Jawab Tasya.
"Best advice!" Ucap Alana bersemangat dan bergegas berdiri dari duduknya "Udah ah gue mau pergi dulu. Bye."
"Hmm. Okay, good luck!"
Alana memarkirkan mobilnya di depan salah satucoffee shopyang berada di Jakarta Pusat,tempat bertemuyang di janjikannya bersama Reza. Alana mematikan mesin mobilnya dan melamun sejenak, memikirkan apakah dia harus bertemu dengan Reza atau kembali pulang ke apartemennya. Alana sangat bingung sampai menundukkan kepalanya di kemudi mobil sembari memejamkan mata. (WazzApp Notification) PemberitahuanWazzAppmengejutkan Alana dan dia pun membuka layar ponselnya. "Aku udah sampe, Al. Kamu dimana?" -Reza "Shit!"Ucap Alana dengan memegang kepalanya. Walaupun Alana berniat untuk membatalkan pertemuannya dengan Reza, Alana tetap tidak tega harus meninggalkan Reza begitu saja. Apalagi Alana paling tidak suka dengan orang yang membatalkan janji. "Aku di parkiran. Bentar, ya." -Alana Alana pun bergegas menghampiri Reza. Apa pun ya
Alana sedari tadi masih tenggelam dengan percakapan yang terjadi dicoffee shop beberapa hari yang lalu bersama Alan. "Woi, melamun mulu. Kenapa lu?" Tasya mengejutkan Alana yang tengah melamun dan tidak menyentuh makanannya sedikit pun. "Gue kayaknya udah ngerusak pertemuan gue yang kedua kalinya dengan Alan deh." Ucap Alana murung. "Hahaha kenapa lagi lu? Salah kostum?" Lily terkekeh. "Nggak." Alana menceritakan perbincangan yang dia lakukan bersama Alan kepada teman-temannya dan pembahasan konyol yang membuat Alan menunjukkan ekspresi terkejut saat mendengar pertanyaan Alana. "Lu kenapa sih? Kemaren pertama kali ketemu lo kusut banget. Terus yang kedua kalinya malah ngebahas zodiak. Hey sayang, cowo itu kebanyakan gak suka sama hal yang berbau zodiak. Eh malah lu bahas." Ucap Lily kesal. "Iya gue tau. Gue tuh kehabisan pembahasan. Gue bingung mau nanya apa, jadi yaudah gue bahas zodiak aja. Soalnya tuh gue pernah deket
Menjelang dua bulan, Alana dan Alan sudah mulai membuka diri satu sama lain walaupun masing-masing dari mereka belum ada yang mengungkapkan akan membawa hubungan mereka ke arah yang lebih serius. Disisi lain, Alana masih memahami Alan yang masih mencintai masa lalunya. Akan tetapi Alana membayangkan suatu hari nanti Alan pasti akan melupakan masa lalunya sama seperti Alana yang sudah melupakan Bagas semenjak bertemu dengan Alan. "Al, aku mau kita tinggal bareng." Ucap Alan spontan yang saat ini tengah menghampiri Alana di ruang kerjanya. Alana yang tengah sibuk mengerjakan pekerjaannya terkejut melihat Alan yang sudah berada di hadapannya. Baru kali ini Alan nekat menghampiri Alana sampai ke ruang kerjanya. "Kamu bercanda? Kita gak ada ikatan, Alan." Alana berbisik agar tak terdengar oleh karyawan-karyawan yang sedang bekerja di ruangan yang sama dengannya. "Kita harus dekat dulu, Al." Alan menatap Alana sangat dalam dan menggengga
"Alan,showerkita kok gak nyala?" Teriak Alana yang tengah berada di kamar mandi. Alan pun terlihat menghampiri dan mendekat ke pintu kamar mandi "Tadi aku mandi masih bisa, Al. Coba buka dulu pintunya biar aku lihat." Alana pun bergegas memakai handuknya dan membuka pintu kamar mandi. Sedangkan Alan tampak langsung memperbaikishowerdenganAlana yang berdiri di sampingnya. "Udah bisa nih." Ucap Alan sembari mendongakkan wajahnya ke Alana. "Dih aneh! Masa aku tadi pencet itu gak bisa." Alana mengomel kecil dengan ekspresi wajah yang kesal. "Yaudah kamu lanjut lagi mandinya. Ntar lama-lama aku disini handuk kamu aku buka paksa." Bisik Alan di telinga Alana dengan menggoda. "Eh i-i-iyaaa. Yaudah kamu keluar." Ucap Alana panik sembari mendorong Alan keluar dari kamar mandi. Setelah Alana selesai mandi, tubuhnya merasa lelah karena sudah beraktivitas seharian. Alana pun memutuskan untuk
Alana dan Alan tampak tengah menikmati waktu mereka berdua dengan memasak bersama.Ketika Alana tengah memotong sayur-sayuran, Alan pun memeluk Alana dari belakang "Nih pake tepung dulu biar makin cantik Mbak-nya." Alan mengusap wajah Alana dengan tangannya yang menggenggam tepung. "Kayak gini ya ternyata kelakuanmanagerPT. Industri Jaya?" Alana mengucapkannya dengan sangat kesal "Hahaha, ih gak profesional ih bawa-bawa profesi." Ucap Alan dengan tertawa geli. Alana memberikan senyuman yang terlihat menyimpan dendam kepada Alan "Ya udah kamu duduk aja gih. Jangan ngeganggu." "Yee marah." Ucap Alan terkekeh lalu berjalan menuju meja makan, Alana tiba-tiba mengikutinya dari belakang dengan menggenggam tepung di tangannya. Karena Alana hanya setinggi dada Alan, Alana harus menjinjit untuk mengusap tepung di wajah Alan. Namun, Alana ketahuan dan Alan menggendong tubuh Alana kemudian meletakkan tubuhnya di atas meja makan
Alana memegang pelipisnya yang sedari tadi sangat lelah mengerjakan pekerjaan di kantor yang tak kunjung usai. Sesekali, di liriknya ponsel, menantikan pesan dari Alan yang tengah berada di apartemen karena tidak enak badan. Rasa khawatirnya kepada Alan melebihi rasa khawatirnya kepada dirinya sendiri. Terkadang dia berselisih paham dengan pikirannya yang mengharuskannya untuk memikirkan dirinya terlebih dahulu daripada Alan. Namun dia tetap saja bisa mengalahkan pikirannya itu dan bergegas kembali ke apartemen dengan membawa seluruh pekerjaannya untuk di kerjakan di rumah. tok... tok... tok... Alan membuka pintu dengan wajahnya yang terlihat pucat "Al, ini baru jam dua siang, kamu kenapa cepet banget balik dari kantor?" Alan terkejut melihat Alana di depan pintu yang membawa beberapa berkas danpaper bag. "Kamu gapapa? Udah makan? Udah minum obat?" Alana tak menjawab pertanyaan Alan dan malah berbalik menanyakan
Alan pulang berbondong-bondong membawa beberapagroceriesyang sudah penuh di kedua tangannya. Alana langsung menghampiri Alan dan mengambilgroceriestersebut dari tangan pria itu. Wajah Alan terlihat begitu lelah. Alana dengan sikap keibuannya langsung mengambil air mineral dan memberikannya kepada Alan. Saat Alan dan Alana sedang duduk di sofa bersama, Alana memutuskan untuk mengatakan kepada Alan bahwa dia ingin menjalani hubungan yang serius bersamanya. "Alan, aku mau ngomong sesuatu sama kamu." Ucap Alana dengan menatap Alan yang berada di samping kirinya. "Iyaaa Al. ngomong aja." Jawab Alan sembari tersenyum. "Hmm--" Alana sepertinya tampak ragu mengutarakan kalimat yang akan dia katakan "Kita kan udah tinggal diapartmentbareng selama satu bulan ini. Sementara kita masih belum ada hubungan apa-apa. Di samping itu, kita malah udah berhubungan terlalu jauh." Alana menghela n
Saat Alana mencoba melupakan Alan, dirinya selalu dihantui dengan bayang-bayang Alan.Amigdalanya pun selalu mencoba mengingatkan setiap kenangan yang telah dia lakukan bersama pria itu. Setelah kejadian itu, Alana memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan melanjutkan S2 di New York. Alana sadar bahwa dia tidak bisa terus-terusan hidup dengan menyalahkan diri sendiri dan merendahkan dirinya. Selama beberapa minggu ini Alana memang hidup dengan diselimuti kesedihan dan kesalahan yang sangat besar. Dia seakan tidak percaya diri dengan dirinya, merasa rendah, dan juga merasa tidak pantas untuk dimiliki siapa pun setelah mendengarkan perkataan Alan dan persepsi Alan selama ini terhadap dirinya. Bukan hanya perkataan Alan, perkataan Bagas pun seketika muncul di benaknya. Perkataan yang membuat Bagas pergi meninggalkannya. Untuk saat ini, Alana sepertinya sudah cukup untuk mengasihani dirinya sendiri. Dia harus berubah dan melupakan masa la