Share

Chapter 4 - Candu

Alana sedari tadi masih tenggelam dengan percakapan yang terjadi di coffee shop beberapa hari yang lalu bersama Alan.

"Woi, melamun mulu. Kenapa lu?" Tasya mengejutkan Alana yang tengah melamun dan tidak menyentuh makanannya sedikit pun.

"Gue kayaknya udah ngerusak pertemuan gue yang kedua kalinya dengan Alan deh." Ucap Alana murung.

"Hahaha kenapa lagi lu? Salah kostum?" Lily terkekeh.

"Nggak." Alana menceritakan perbincangan yang dia lakukan bersama Alan kepada teman-temannya dan pembahasan konyol yang membuat Alan menunjukkan ekspresi terkejut saat mendengar pertanyaan Alana.

"Lu kenapa sih? Kemaren pertama kali ketemu lo kusut banget. Terus yang kedua kalinya malah ngebahas zodiak. Hey sayang, cowo itu kebanyakan gak suka sama hal yang berbau zodiak. Eh malah lu bahas." Ucap Lily kesal.

"Iya gue tau. Gue tuh kehabisan pembahasan. Gue bingung mau nanya apa, jadi yaudah gue bahas zodiak aja. Soalnya tuh gue pernah deket sama cowok dan dia nanya zodiak gue gitu. Dia mau pair zodiak gue sama dia cocok apa nggak. Ya gue pikir Alan juga suka ngebahas zodiak." Ucap Alana polos.

"Ya nggak semua cowok suka ngebahas itu, Al. Lo kayak baru hidup, ya. Kek masih bocah. Cowok kaya Alan yang udah jadi manager tiba-tiba lu bahasnya zodiak? Gak nyambung sayang!" Celetuk Tasya.

"I-i-iya juga sih. Gue tuh gugup sebenarnya kalo tiba-tiba hening. Dan, gue salah natap mata dia. Gue gak kuat dan gue gugup. Jadinya gue bahas zodiak. Padahal gue gak maksud. Duh kira-kira dia bakal ngatain gue freak gak, ya?" Tanya Alana panik.

"Ya bodo amat aja sih dia mau ngatain lo freak atau apa pun itu. Emang kenapa sih pikiran dia itu penting banget buat elu? Lo mulai suka sama dia?" Tanya Tasya dengan tatapan interogasinya.

"Ya cowo kaya dia siapa sih yang gak suka." Jawab Alana padat dan jelas.

"Boleh aja, sih. Tapi inget, jangan sampe---

"Tenggelam. Iya gue inget." Alana menghela napas "Oh iya, ntar minggu ini gue mau ketemu lagi sama Alan. Duh ya Tuhan untuk pertemuan kali ini aja lancarkan. Dan kasi gue kekuatan untuk gak gugup natap dia." Ucap Alana frustrasi.

"Lo tau gak lagu yang pas buat lo apaan?" Sambung Tasya.

"Ha? Apaan emang?" Alana bertanya dengan penuh penasaran.

"Lily" Tasya mengedipkan matanya ke arah Lily 

"Okay, one... two... three." Ucap Lily

Mohon Tuhan, untuk kali ini saja

Beri aku kekuatan, 'Tuk menatap matanya

Mohon Tuhan, untuk kali ini saja

Lancarkanlah hariku... Hariku bersamanya

Semua karyawan yang ada di middle cafetaria melihat ke arah Alana, Tasya, dan Lily "Guys, please stop this. Orang-orang pada lihat ki--- Hell No!" Alana melihat Alan dan Harsono tengah menatap dia dan teman-temannya.

Alana menyenggol siku Tasya dan menginjak kaki Lily "Aw! Apa sih, Al?" 

"Kalian sadar gak semua orang ngeliatin kita?" Alana membelalakkan mata ke arah Tasya dan Lily.

"Sadar dan bodo amat." Ucap Lily dan masih tetap bernyanyi bersama Tasya.

"Dan, kalian sadar gak Pak Harsono dan Alan ngeliatin kita juga di sudut balkon cafetaria ini?" Ucap Alana kesal.

"Ha? Alan ada disini?" Lily terkejut dan melihat di sekeliling middle cafeteria.

"Lihat aja sendiri." Alana meninggalkan Tasya dan Lily dengan wajah kesal sembari melewati Harsono dan Alan tanpa menoleh ke arah mereka sedikit pun.

"Ow... Ow... Sorry, Al." Teriak Tasya terkekeh.

***

(WazzApp Notification)

"Al, jadi kita ketemu hari ini?" -Alan

"Jadi. Aku siap-siap dulu, ya." -Alana

"Okay" -Alan

"By the way, aku kirain kamu ilfeel sama aku." -Alana

"ilfeel kenapa?" -Alan

"Karna lihat temen-temen aku nyanyi di cafeteria waktu itu." -Alana

"Oh itu. Yeah, I remember.  Nggak, kok. Aku maklum sih. Namanya juga kamu masih fresh graduate jadi wajar suasana kampus masih kebawa-bawa. I understand, it's okay." -Alan

Alana menghela napas dan sangat lega sekali mengetahui perasaan Alan kepadanya. Alan memang terbukti sangat dewasa menyikapi segala sesuatu termasuk kelakuan teman-teman Alana.

Alana bergegas menuju coffee shop tempat mereka sering bertemu. Mereka kemudian mulai terbuka satu sama lain. Sepertinya takdir memang mempertemukan dua jiwa yang hilang agar kemudian mereka merasa utuh kembali.

Lalu, apakah takdir memang mempertemukan Alana dan Alan untuk selamanya atau hanya sementara saja? 

***

Tidak terasa sudah satu bulan Alan dan Alana mengenal satu sama lain. Dari hari kehari mereka mulai terbiasa mengenal kebiasaan dan perbedaan karakter yang mereka miliki.

Alan sudah terbiasa dengan sikap manja dan kenakak-kanakan Alana. Bahkan Alan pun terbiasa dengan kegugupan Alana jika mereka tidak memiliki topik untuk dibahas. Sementara Alana sudah terbiasa dengan Alan yang memiliki hidup teratur.

Memang, Alan mampu membuat Alana beranjak dari masa lalunya. Namun sepertinya Alana sampai sekarang belum mampu membuat Fina hilang dari ingatan Alan.

Awalnya Alana tidak yakin harus melanjutkan hubungan ini bersama Alan.  Namun, rasa yang sedang dia alami ternyata begitu kuat sehingga mengalahkan ketidakyakinan yang dirasakannya bersama Alan.

Hal itu memang wajar dirasakan oleh Alana ketika dia sedang mengalami jatuh cinta. Bahkan salah satu teori Psikologi pun pernah menyatakan bahwa seseorang yang jatuh cinta sama halnya seperti orang yang dirasuki tanpa memandang cintanya bertepuk sebelah tangan atau tidak.

Ketika sedang jatuh cinta, seluruh tubuh dibaluti oleh berbagai hormon kimia seperti dopamine--menyebabkan candu, norepinefrin--denyut jantung meningkat, dan penurunan kadar serotonin--menyebabkan insomnia.

Dan Hal itu lah yang di rasakan oleh Alana baru-baru ini. Terkadang sangking candunya dengan Alan, Alana tenggelam dengan dunianya bersama Alan sampai dia menghiraukan teman-temannya. 

"Al, abis ngantor kita live music, yuk. Udah lama banget gak kesana. Terakhir kita kesana sebelum lo kenal Alan, gak, sih?" Tanya Tasya memastikan.

Alana masih fokus dengan ponselnya dan tidak menghiraukan pernyataan dan pertanyaan Tasya "Woi!" Tasya lagi-lagi mengejutkan Alana dengan sikap bar-bar nya.

"Apa, sih?" Celetuk Alana.

"Gue tadi ngajak live music habis pulang kantor. Lo gak jawab!" Seru Tasya.

"Oh sorry.  Gue gak bisa." Ucap Alana singkat.

"Pasti mau pergi sama Alan?"

"Nggak. Cuma pengen istirahat aja, Sya. Gue hari ini lelah banget beneran." Lagi lagi, Alana memberikan berbagai alasan agar bisa menghabiskan waktu bersama Alan.

Tasya pun menghela napas dan sedikit tersenyum. Dia tahu persis temannya itu sedang berbohong "Oke deh."

Ketika teman-temannya mengajak pergi, Alana menolak dan justru lebih memilih untuk langsung kembali ke apartemen dan berbalas pesan dengan Alan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status