Share

Chapter 5 - Trust Me

Menjelang dua bulan, Alana dan Alan sudah mulai membuka diri satu sama lain walaupun masing-masing dari mereka belum ada yang mengungkapkan akan membawa hubungan mereka ke arah yang lebih serius. Disisi lain, Alana masih memahami Alan yang masih mencintai masa lalunya. 

Akan tetapi Alana membayangkan suatu hari nanti Alan pasti akan melupakan masa lalunya sama seperti Alana yang sudah melupakan Bagas semenjak bertemu dengan Alan.

"Al, aku mau kita tinggal bareng." Ucap Alan spontan yang saat ini tengah menghampiri Alana di ruang kerjanya.

Alana yang tengah sibuk mengerjakan pekerjaannya terkejut melihat Alan yang sudah berada di hadapannya. Baru kali ini Alan nekat menghampiri Alana sampai ke ruang kerjanya.

"Kamu bercanda? Kita gak ada ikatan, Alan." Alana berbisik agar tak terdengar oleh karyawan-karyawan yang sedang bekerja di ruangan yang sama dengannya. 

"Kita harus dekat dulu, Al." Alan menatap Alana sangat dalam dan menggenggam tangan Alana "Kamu sayang sama aku, kan?" Sambung Alan

"I-iya. Tapi, aku gak tau dengan kita tinggal bareng itu kita bisa makin sayang atau malah sebaliknya. Aku bingung." 

"You have to trust me." Alan meyakinkan.

"Yeah. You have to prove it kalo kamu emang pantes untuk di percaya." Kali ini Alana terkesan seperti menuntut.

"I will, Al. We need each other. Don't you see it?" Sepertinya Alan memang menghalalkan segala cara bahkan kata-kata manis agar bisa tinggal bersama dengan Alana.

"Yeah, I-- um-- I know." Jawab Alana ragu.

Alan mengeluarkan kata-kata serta janji manisnya. Meyakinkan Alana agar bisa tinggal bersama. Dari caranya mengatakan hal itu kepada Alana, Alan tampak sudah merasakan kenyamanan dengan Alana dan ingin menjalin hubungan serius dengan wanita itu.

Ketika bersama Fina dulu Alan memang pernah tinggal bersama selama satu tahun bersama. Mungkin memang Alan adalah tipe orang yang ingin merasakan kedekatan dan mengenal seluk beluk lebih dalam dengan cara tinggal bersama dengan pasangan atau calon pasangannya.

Alana pada akhirnya menyetujui keputusan Alan untuk tinggal bersama. Menurut Alana mungkin cara ini adalah cara satu-satunya agar bisa membuat Alan lupa dengan Fina.

***

Sesuai dengan kesepakatan yang telah dijanjikan oleh Alan dan Alana, hari ini mereka akan tinggal bersama di apartemen baru. Mereka memilih apartemen yang jaraknya tidak terlalu jauh antara kantor Alan dan Alana.

Apartemen yang mereka tempati terlihat jauh lebih besar daripada tempat tinggal mereka sebelumnya. Mungkin saja karena pertimbangan tinggal bersama akhirnya mereka memilih apartemen itu.

Alana memilih kamar yang dekat dengan jendela yang menghadap pemandangan luar apartemen, di depannya terdapat ruang tv kemudian terdapat sedikit skat yang memisahkan antara tv dan beberapa langkah menuju ke dapur dan menghadap ke balkon, sedangkan Alan memilih kamar yang berada di dekat pintu masuk dan di depannya terdapat ruang tamu.

Alan dan Alana pun tampak membereskan barang-barang mereka yang masih tak beraturan di setiap sudutnya. 

tok... tok... tok...

Pintu apartemen Alan dan Alana diketuk dari luar saat mereka sedang membereskan barang-barang di bagian dapur. Alan pun terlihat bergegas menuju ke depan untuk membuka pintu.

"Alan, biar aku aja yang buka. Itu kayanya barang-barang aku baru sampe." Ucap Alana

"Oh, barang-barang kamu masih ada?" Tanya Alan memastikan dan Alana hanya membalas dengan anggukan.

Alan melihat dari arah dapur kurir yang membawa barang-barang Alana meletakkan lima kardus besar ke ruang tamu mereka.

"Terima kasih, Pak." Ucap Alana kepada kurir yang membawa barang-barangnya.

Alan pun tiba-tiba saja sudah berada di belakang Alana "Astaga! Kok kamu ngikut aku?"

"Mau bantuin kamu. Ini barang-barang kamu mau ditaro kemana?" Alan bertanya saat Alana tengah membuka kelima kardus itu.

"Hmm-- di balkon, toilet, kamar, dapur--- dimana lagi, ya?" Tanya Alana bingung.

Alan sontak terkejut saat melihat seluruh kardus Alana yang hanya berisikan tanaman "Al, kamu kesini mau bercocok tanam? Banyak banget bunganya." Ucap Alan keheranan.

"Ih kamu mah. Hidup kalo tanpa taneman gersang tau. Kaya hidup di padang pasir. Yaudah deh bunga-bunga aku biar aku aja yang atur. Kamu ke dapur aja." Jawab Alana kesal.

"Gapapa biar aku bantuin." Alan pun mengeluarkan tanaman-tanaman yang berada di dalam kardus dan tak sengaja menyentuh bunga yang sedang mekar.

"Ahhhh!!! Jangan di sentuh! Ntar dia mati!" Teriak Alana kepada Alan dan langsung merebut pot bunga dari tangan Alan.

Alan terkekeh melihat Alana dengan wajah ketakutan ketika bunganya disentuh oleh Alan "Ya udah deh aku gak akan sentuh bunga kamu. Aku balik ke dapur dulu." Ucap Alan dan dia pun mencubit pipi Alana "Gemesin banget kamu kalo marah." 

Satu minggu kemudian...

Alana dan Alan tengah menonton film bersama di ruang tv. Alana merasa nyaman sekali berada di dekat Alan walaupun mereka baru tinggal bersama selama satu minggu.

Alan tiba-tiba memeluk Alana dan mencium keningnya "Haaa nyaman banget sih meluk kamu."

"Iya meluknya juga jangan terlalu kenceng, Alan. Aku gak bisa gerak." Ucap Alana sembari melepaskan pelukan Alan

Alan menangkup pipi Alana sembari menatap matanya "sorry."  Ucap Alan dan seketika pria itu mengecup bibir Alana.

Alana terkejut namun tetap membalas kecupan Alan serta melumatkan bibirnya. Alan yang tidak tahan melihat tubuh Alana langsung membaringkannya di sofa sehingga membuat Alana terpaku dan tidak bisa bergerak untuk menghindari Alan.

"Alan." Ucap Alana pelan.

"Iyaaaa, Al."

"Sorry aku gak bisa." Ucap Alana sembari bergegas bangun dari sofa dan langsung duduk menatap Alan.

"Kenapa?" Alan menatap Alana dalam.

"Kita belum punya hubungan apa-apa." Ucap Alana gugup.

"Tapi kalo kita udah saling nyaman kenapa nggak?"

"Tapi--"

Alan memotong pembicaraan Alana "Kamu nyaman, ‘kan?"

"I-i-iyaa. Tapi aku gak mau kalo kita gak punya status apa-apa."

"Al, aku kan udah bilang sama kamu. Kita tinggal satu apartemen ini biar kita bisa saling dekat dan kita bisa saling melupakan masa lalu kita. Sekarang aja udah jelas kelihatan kita udah nyaman satu sama lain walaupun kita belum punya status. Al, itu tuh hanya status. Yang penting kita nyaman, kan?" Ucap Alan meyakinkan.

"I-iya. Kasi aku waktu yaaa untuk mikirin semuanya." 

Alan menghela napas karena kenikmatan yang sempat di berikan oleh Alana harus tertahan "Take your time." Jawab Alan dengan memberikan senyum dan mengacak-acak pelan rambut Alana

"Aku tidur dulu yaaaa." 

"Iyaaa, Al." Ucap Alan kemudian dia menarik tubuh Alana dan mengecup keningnya

Alana bergegas menuju ke kamar dan meniggalkan Alan yang memutuskan untuk menonton serial tv.

Di saat Alan sedang menonton, Alana tidak bisa tidur memikirkan hubungannya saat ini dengan Alan. 

Di satu sisi Alan mengatakan dia sudah nyaman bersama Alana, namun disisi lain Alan masih belum berani untuk memiliki komitmen bersama Alana.

Namun karena rasa sayang dan cinta Alana yang sudah semakin dalam kepada Alan, Alana memaklumi sikap Alan yang masih belum mau memiliki komitmen kepadanya. 

Kali ini Alana benar-benar sudah jatuh cinta dan tenggelam dengan rayuan Alan. Lalu mengapa harus serumit ini untuk menjalin hubungan dengan Alana jika Alan pun sudah nyaman dengannya?

***

Alana yang sedari tadi berada di toko buku bersama dengan teman-temannya tersenyum geli mengingat Alan mengecup bibirnya. 

"Lu kenapa senyum-senyum sendiri, sih?" Tanya Tasya sinis.

"Ha? Gapapa?" Alana tersenyum lebar.

"Pasti karna Alan." Sambung Lily yang meletakkan buku di depan Alana.

"Lu pindah apartemen dimana, sih, Al? Kok pindah?" Tanya Lily penasaran

"Deket juga sih sama apartemen kemaren. Udah bosen gue sama apartemen lama. Pengen cari suasana baru aja." Alana enggan memberitahu teman-temannya jika dia sudah tinggal bersama Alan. Jika teman-temannya tahu, Alana pasti akan di hujani dengan celotehan mereka berdua.

"Jangan-jangan lu pindah biar deket sama Alan lagi? Atau jangan-jangan kalian satu apartemen?" Tanya Tasya yang menatap Alana dengan tatapan interogasinya

Alana nyaris tersedak "Ha? Y-y-ya nggak lah. Ngapain gue tinggal satu apartemen sama Alan. Gue sama dia aja belum ada hubungan apa-apa."

"Bagus deh. Inget, lu sama dia ketemu itu dari aplikasi TinTan. Jangan terburu-buru untuk berhubungan sama dia."Seru Tasya

"Sip." Ucap Alana dengan mengedipkan matanya

(WazzApp Notification - Alan)

"Al, udah pulang belum? Aku mau beli groceries nih buat di apartemen tapi aku lupa yang kehabisan apa aja." -Alan

"Aku udah pulang, kok. Ini lagi di toko buku sama temen-temen aku. Mau aku temenin?" -Alana

"Boleh. Aku tunggu di groceries deket apartemen, ya." -Alan

"Guys, gue balik duluan ya." Ucap Alana mengejutkan Tasya dan Lily.

"Loh kenapa?" Tanya Lily saat dia tengah memegang buku novel yang sedang di bacanya.

"Gue baru inget tadi Pak Harsono ngasi gue kerjaan. Deadline-nya malam ini lagi." Ucap Alana pura-pura panik

"Hadeh, itu Pak Harsono suka banget deh ngasi kerjaan tambahan. Yaudah deh gih balik, ntar gak kelar doi malah ngomel." Ucap Tasya

Harsono, atasan Alana dan Tasya memang sering memberikan pekerjaan tambahan di luar jam kerja. Alana menggunakan alasan tersebut agar Tasya tidak curiga dengannya "Oke, See you."

***

Sesampainya Alana di groceries, dia melihat Alan sudah memilih beberapa produk dairy dan buah-buahan. Sikap Alan seperti itu membuat Alana semakin kagum dengan Alan

Alan yang memiliki badan kekar, manager muda di perusahaan industry terkenal, dan memiliki wawasan yang luas justru tetap peduli dengan perlengkapan rumah tangga. Wanita mana yang tidak tergila-gila melihat pria yang bersikap seperti itu.

"Kamu udah sampe, Al." Tanya Alan yang berdiri di depan Alana dan menyadarkannya dari lamunan

"Eh-- iya udah." 

"Aku udah ambil beberapa, nih. Kita cari-cari lagi, yuk." Ajak Alan sembari membawa trolli

"Iyaaa Alan." Alana merespon dengan senyuman tulus.

"Gimana tadi? Beli buku apa aja?" Tanya Alan saat dia sedang mendorong trolli

"Aku beli tiga novel." Jawab Alana bersemangat.

"Novel? Aku kirain buku pelajaran." Nada bicara Alan terlihat kecewa sepertinya.

"Males banget beli buku pelajaran." Cetus Alana sembari memilih beberapa cemilan.

"Iyaa aku ngerti, kok. Buku pelajaran itu lebih bosen daripada novel. Tapi buku pelajaran juga penting loh untuk nambah wawasan kamu nantinya." Alan menjelaskan dengan sikap dewasa kepada Alana.

Satu kesempurnaan Alan lagi yang membuat Alana kagum. Alan rajin membaca buku pelajaran dan pengetahuan yang di luar bidangnya. Pantas saja Alan sudah menjabat menjadi manager selama dua tahun di kantornya dengan umurnya yang masih dua puluh lima tahun

"Alan, aku mau nanya deh. Kok kamu bisa sih jadi manager muda? Pasti karna rajin baca, ya?"

"Iya bisa jadi. Membaca itu harus dan wajib banget kalo kita mau berkembang, Al. Kita harus belajar dan belajar lagi walaupun kita udah lulus kuliah. Belajar gak melulu harus sesuai dengan bidang kerjanya kita. Kita bisa belajar dan membaca tentang perekonomian, karakter seseorang, dan informasi-informasi dunia yang belum kita ketahui. Dengan membaca kita pasti memiliki banyak ide. Secara gak langsung karakter dan pola pikir kita juga akan berubah." 

Alana menatap Alan yang sedari tadi menjelaskan laiknya menjelaskan kepada seorang anak kecil 

"Baik, Pak Guru!" Seru Alana bersemangat.

Alan tersenyum kecil sembari menatap Alana "Nanti kalo mau ke toko buku untuk beli novel, coba beli buku tentang pengetahuan. Satu aja dulu. Apalagi umur kamu masih dua puluh satu tahun, pasti kamu bisa ngejar jenjang karir yang bagus nantinya kalo kamu rajin baca mulai dari sekarang"

"Siap, Pak." Ucap Alana dengan tatapan kagum.

"Oh iya ada yang mau di beli lagi gak, Al?"

Alana pun melihat isi trolli dan memeriksanya "Kayaknya udah sih."

"Yaudah yuk kita ke kasir."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status