Share

3

đź“ŤPusat Kota Boras

“Malapetaka akan datang!” seru seorang pria kecil berwajah tua dengan penampilan menyedihkan. Pakaiannya kotor dan tampak tak layak pakai, tubuhnya penuh luka sayatan yang darahnya sudah mengering kecoklatan. Dengan suara nyaris serak ia berteriak lantang di jalanan kota. Aura seorang peri hada yang bertahan hidup tanpa guardiannya. Seorang bangsawan yang kini tak lebih dari seorang gelandangan. Begitulah pikiran para warga. Tak berapa lama ia menjadi tontonan warga, pria itu terjatuh tak sadarkan diri di tengah jalan.

“Dia juga gagal,” ucap seorang gadis dari kejauhan. Dua gadis yang tampak seperti bocah berumur sepuluh tahun menatap kecewa tubuh pria tua yang kini sudah diangkat dengan tandu oleh pihak kesehatan. Mereka adalah Tayas dan Teyas yang sedang melakukan eksperimen dari buku sihir milik ayahnya. Buku tebal dengan sampul coklat yang tampak usang itu merangkum tentang berbagai hal yang telah Derry pelajari dari penyihir agung sebelum dirinya. Dengan hasil eksperimen yang telah gagal, kedua gadis itu memutuskan kembali ke menara mereka. Menara suci akan berkumpul pada satu titik yang telah ditentukan saat matahari muncul. Dan akan menyebar di malam hari sesuai tugas dan perintah penyihir agung. Menara suci yang beroperasi di siang hari hanya ada satu, yang berdiri di pusat kota sebagai perantara untuk menyampaikan pesan kepada setiap menara suci lainnya. Sedangkan menara suci milik Teyas dan Tayas yang masih dalam kategori menara bebas tugas, tidak bisa dijangkau sama sekali oleh orang luar selain pemilik menara. Dikarenakan menara mereka dilindungi oleh sihir penyihir agung.

“Bagaimana jika mengganti objek eksperimennya?” usul Tayas yang tentu saja mendapat tatapan tak setuju dari Teyas. Tayas berjalan mendekati jendela menara mereka yang tengah berdiri di kaki gunung Sayan. Pemandangan hijau dengan kabut tipis yang memanjakan mata, begitu pula udara dinginnya yang menyejukkan. Beberapa warga terlihat berjalan beriringan membawa hasil panen kebun mereka dari atas gunung. Ada juga anak kecil yang sedang mengembala sapi namun dia malah berpindah dengan teleportasinya menuju tempat yang lebih tinggi. Anak laki-laki itu lebih mirip sedang menunggangi sapi daripada disebut mengembala. Pemandangan yang sangat damai di kaki pegunungan yang sejuk.

“Maksudku bukan pada hewan atau yang lain, tapi kita coba pada guardian.” Jelas Tayas meluruskan maksud usulannya tadi. Tentunya Teyas tampak tertarik dengan usulan tersebut. Gadis itu menghampiri saudarinya untuk mendengar penjelasan lebih lanjut tentang rencananya.

''Kakek itu peri hada ketiga yang hampir mati karena eksperimen kita, mungkin karena fisik peri hada lebih lemah daripada guardian menjadi alasan kenapa kita gagal. Bagaimana jika eksperimennya kita coba pada guardian yang pada dasarnya memang memiliki fisik lebih baik dari pada peri hada?” Teyas mengangguk mendengar penjelasan Tayas yang dapat ia pertimbangkan. Ia kembali memeriksa beberapa catatan pada buku tersebut untuk menemukan jalan keluar yang bisa ia lakukan untuk keberhasilan yang ingin ia capai. Peri hada adalah darah birunya bangsa Hada. Memiliki energi sihir yang besar dan kekuatan langka yang hanya bisa didapat melalui keturunan. Disebut peri karena terlahir dengan paras menawan dan tidak bisa menua. Mereka akan berhenti tumbuh saat berumur tiga belas tahun, namun bisa menggunakan sihir perubahan wujud agar terlihat dewasa.

“Ok!” Teyas berseru usai menutup buku tersebut dengan semangatnya.

“Teya, aku mengantuk,” ujar Tayas memalingkan pandangannya dari anak yang masih asik tiduran di atas rumput menemani sapinya yang sedang makan. Gadis itu meninggalkan saudarinya yang tengah sibuk dengan kapur serta lantai yang menjadi alasnya menggambar.

Setidaknya Teyas menghabiskan waktu enam jam hanya untuk menggambar. Dari saat Sungsang masih sangat terik hingga Mera sudah tak tampak. Mera adalah bintang keenam setelah Sungsang dan Corin. Tiga bintang lainnya yang ada di sekitar Zois adalah Orius, Uki, dan Gume. Mereka dapat dibedakan dari cahaya mereka yang menampilkan warna berbeda antara satunya. Orius berwarna jingga, Uki berwarna kuning, Gume berwarna putih, Sungsang berwarna putih kebiruan seperti kristal, dan Corin berwarna biru terang yang membuatnya menjadi bintang paling cantik di malam hari. Lalu terakhir ada Mera yang memiliki cahaya jingga redup sebagai tanda waktu sore akan tergantikan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status