Pernahkah kalian mendengar hukum Singkronitas?
Sebuah kebetulan yang terjadi dalam garis serupa, begitu rapi sehingga tampak lebih seperti sandiwara hidup yang direncana. Bahkan para ideologi masih meragukan eksistensi teori tersebut di dunia. Benarkah adanya?
Para detektif menolak percaya, mereka yakin di dunia tidak ada suatu hal yang terjadi secara kebetulan. Pasti ada sesuatu kaitan, hal yang saling memicu suatu kejadian.
Mereka menolak percaya.
Tapi … bagaimana dengan kalian?
-=9=-
31 Desember
Pukul 11:49
Seorang lelaki tengah duduk bersama ayahnya di sebuah sofa panjang, berbataskan asbak
Seorang lelaki terduduk di sudut pasar, darah segar mengalir dari luka pada lengan dan kaki. Tubuhnya kaku, hanya organ wajah yang masih berfungsi. Kedua tangan dan kaki mati total, akibat putusnya syaraf vital yang terhubung ke otak. Ditilik dari luka yang minim namun fatal, jelas semua ini perbuatan seorang profesional.Malam itu, sewajarnya suasana gang kota saat matahari tenggelam, sepi membungkam. Ini bukan kota besar dengan bangunan gagah menjulang, tak ada keramaian lebih di kala puncak malam datang. Kalau bukan derik serangga dan desau angin dingin, mungkin keadaannya seperti ruang hampa.Lelaki itu sudah berusaha minta tolong, bahkan sampai teriakan terakhir. Tapi tak ada seorang pun yang datang. Dunia benar-benar membuang muka. Rasa sakit terlupakan sudah, menyisakan rassa takut dan putus asa.Seorang gadis kecil berdiri di hadapan pemuda itu, dengan santai memutar sebuah pisau ditangan, serupa bocah memainkan pena. Lihai,
6 tahun kemudian.“Rey, kau tidak apa-apa ‘kan sering pindah sekolah karena ayahmu?”Pemuda di belakang kemudi tidak menggubris, matanya serius menekuni setiap panel gambar di komik yang sedang ia baca, tiada satu pun kata terlepas dari pandangannya. Itu adalah komik detektif edisi khusus ‘Kasus dan Petunjuk’, tidak ada penyelesaian di bukunya. Lagipula Rey tidak butuh itu, ia sendiri yang akan menyelesaikannya.“Rey? Kau tidak mendengar pertanyaan ibu?” Wanita di balik kemudi mendecak pasrah, anaknya selalu begitu serius saat membaca kasus-kasus fiksi. Bahkan jika tidak dilarang sang ayah, ia bisa saja menangani kasus sungguhan dengan kemampuannya.Mobil putih meliuk anggun menyalip beberapa motor, menepi di depan sebuah gerbang sekolah. Halaman luas di pekarangan sekolah tampak lengang, jam pertama sudah dimulai lima menit lalu.Pemuda bernama Rey sontak menutup komiknya saat mobil sepenuhny
"Selamat datang!" Nina membukakan pintu gerbang untuk yang lain.Terpukau. Mereka takjub melihat rumah Nina, akhirnya gadis misterius yang sudah lama dikenal memberi tahukan kediamannya. Jelas terlihat bahwa ia adalah anak dari keluarga kaya, rumah tingkat 2 dengan halaman luas dan pagar kokoh nan elegan.Bangunan bertingkat dengan gaya khas Eropa, lengkap dengan ornamen-ornamen indah. Pagar tinggi menjadi pembatas antara halaman dan jalan, memiliki arsitektur yang tak jauh berbeda. Warna krem dan cokelat mendominasi dinding luar, balkon luas dibangun tepat di atas teras.Di sisi kanan dari arah masuk, ada satu jendela besar pada masing-masing lantai, menghadap langsung ke halaman. Tak lupa balkon kecil di jendela lantai dua. Sedangkan di lain sisi, tebing buatan setinggi tiga meter menyatu dengan dinding, menumpahkan air terjun langsung ke kolam ikan di bawahnya.Desain yang begitu memukau. Wajar saja,
''The Number'.Nama yang telah lama menjadi teror, menghantui kehidupan di negara ini sejak satu setengah abad terakhir. Sekelompok profesional keji, pembunuh bayaran tanpa pandang bulu. Tak ada yang tahu pasti mengenai dia, mereka, atau siapalah orang-orang ini.Segala tentang 'The Number' sungguh masih misteri.Bahkan tidak ada jaminan jika suatu saat nanti mereka akan terekspos.Kau cukup memberi nama dan alamat orang yang kau benci di situs mereka, maka dengan bayaran sepadan, ia kan mati dengan coretan luka di tubuhnya. Bahkan hingga kasus mutilasi atau lebih parah. Memuaskan keinginan klien tentu penting.Tidak ada yang pasti dari pembunuh ini, namun beberapa bocoran mereka publikasikan entah dengan tujuan apa.'The Number' memiliki aturan tersendi
28 Februari22:32 p.m.Seorang remaja belasan tahun termenung di kamar, perkataan temannya tadi sore sungguh menghantui. Ia urung mendengarkan peringatan itu, tapi mengabaikannya juga tak semudah dikata. Sesosok wajah terbayang di pelupuk mata, senyum semanis mawar, mata indah dan caranya berbicara.Anak itu mengacak rambut gemas, merasa aneh dengan pikiran yang tak seperti dirinya. Sial! Aku bisa gila jika terus seperti ini!Suara pintu terbuka menghamburkan lamunan, seorang wanita paruh baya muncul. "Sayang, kau belum tidur? Ada apa?""Tak apa, Bu. Hanya memikirkan tugas sekolah," jawab Rey sekenanya.Wanita yang dipanggil ibu menatap anak tunggalnya lamat-lamat, ia tumbuh menjadi pemuda tampan dan pintar, rambut rapi persis mencerminkan sang ayah. Kemudian terse
1 Maret 04:48 a.m. Seorang gadis mengerjap, silau akan cahaya di hadapannya. Kepala yang seakan semakin berat, tubuh sakit, dan pedih pada bagian pundak secara bersamaan muncul. Tepat saat mendapati dirinya berada di atas pembaringan. Di kamar? "Aww!!" Rasa pedih membakar pundak kanannya saat mencoba bangun. "Sudahlah, jangan banyak bergerak. Lukamu cukup parah." Sebuah suara datang dari arah dapur, mungkin pamannya sedang menikmati kopi atau teh. Terdengar kesan aneh dalam kalimat itu, sesuatu yang tak pernah diperlihatkan sosok tegap itu. Keputus-asaan tersirat di getar suaranya. "Paman, bisakah kau masuk? Ada hal yang ingin kutanyakan padamu," ujar gadis di kamar, coba menyamankan diri. Sementara di dapur, sosok lelaki berusaha meredam rasa sesal yang menghantui. "Baiklah, tunggu sebentar."
Kabar duka menyelimuti pagi. Langit yang sedari pagi cerah mulai berawan bertemankan sepi, seakan ikut sedih atas kejadian ini. Tangis kesedihan menggema di kelas-kelas, menghinggapi hati siswa-siswi. Pukulan teramat bagi para guru yang kehilangan murid berprestasi.Louis Anthony, pemain basket andalan kelas 9, meninggal dunia.Polisi dan dokter datang setelahnya, mengatakan bahwa anak itu keracunan. Mungkin disebabkan oleh zat berbahaya yang tidak sengaja masuk melalui goresan di tangan. Namun setelah hasil autopsi tiba, racun yang menyebabkan korban meninggal sungguh tak terduga.Tetrodotoxin. Racun mematikan yang umumnya hanya ditemukan pada tubuh ikan buntal. Entah bagaimana zat semematikan itu dapat sampai di tubuh Anthony.Di saat kegemparan sekolah sedang berlangsung, seseorang menghilang.‘Ke mana Dia?’ Rey berlari ke bangunan sebelah, meski hampir tak ada kem
Seminggu sudah sejak kepergian Anthony. Meski awan duka masih membumbung di mata teman-temannya, mereka mencoba beraktivitas seperti biasa. Memendam kesedihan tak akan membuat ia yang kau tangisi bahagia, malahan itu membuatnya sedih. Semua kembali normal, terutama teman satu kelompok tugas biologi. Hey! Bukankah seharusnya mereka sudah berpisah? Tugas Biologi sudah usai, bukan? Sejak kepergian Anthony, persahabatan Rey, Nina dan Deary semakin dekat. Bermula dari tugas kelompok, sampai ikatan tak tertulis yang ada di hati. Tak dapat dipungkiri, merekalah yang menjadi saksi utama kepergian pemuda jangkung itu. Riri? Gadis mungil itu tetaplah menjadi teman dekat. Namun jika untuk predikat sahabat, sepertinya belum cukup dekat. Ia sudah memiliki sahabat sendiri, toh di kelompok, hanya Deary yang sangat dekat padanya. Pagi ini kegiatan belajar berjalan lancar, Pak guru gan