Share

Office Girl Kesayangan CEO Tampan
Office Girl Kesayangan CEO Tampan
Penulis: Faiz bellzz

Bab 1 . Diceraikan

“Coba jelaskan apa ini!”

 

Bersamaan dengan teriakan sang suami yang baru pulang kerja, secarik kertas mengenai wajah Poppy.

 

Hal ini membuat wanita hamil itu kebingungan. Tak biasanya Keenan bersikap kasar….

 

“Apa ini, Mas?” tanya Poppy sembari mengambil kertas tersebut.

 

“Kau tidak buta huruf, kan?” sarkas Keenan.

Menyadari suaminya enggan menjawab, Poppy pun gegas membaca isi kertas yang ternyata hasil laboratorium itu.

 

Memang, perempuan itu baru saja melakukan tes darah karena diwajibkan oleh rumah sakit untuk mengecek hemoglobin, seperti yang dilakukan ibu-ibu hamil lainnya.

 

Awalnya, tak ada masalah, sampai mata Poppy berhenti di bagian agak bawah.

 

[ HIV: Positive ]

 

Tangan wanita itu bergetar hebat. “Bagaimana bisa?” lirih Poppy, bingung.

 

Keenan hanya tersenyum jijik. “Jangan bertanya padaku karena aku tidak pernah bermain dengan perempuan manapun, selain denganmu!”

 

“Aku juga sama, Mas. Kenapa–”

 

“Ck! Tak usah sak polos, Poppy. Aku ini dokter dan aku tahu bahwa kau tidak pernah dioperasi ataupun menerima dan mendonorkan darah. Jadi, ini pasti karena kau berselingkuh! Aku bahkan yakin anak di kandunganmu itu juga bukan milikku.” potong Keenan sembari menunjuk perut Poppy yang sedikit buncit.

 

Wanita itu sontak menggeleng. “Aku tidak berselingkuh dengan siapapun, Mas! Tentu saja ini anakmu,” ujarnya.

 

“Hahahaha,” tawa pria itu sarkas, lalu menatap Poppy tajam, “apa kau tidak hanya berselingkuh dengan satu orang pria saja? Jadi, sekarang kau bingung menjelaskan anak siapa dia?”

Poppy kini mengusap wajahnya dengan kasar.

 

Bingung dan sedih menyelimuti hatinya.

 

Lebih sakit lagi karena Keenan tidak mempercayainya.

 

“Mas, aku hanya melakukannya denganmu. Jadi ini anakmu,” ujar Poppy sekali lagi dengan wajah memelas.

 

Ia berharap Keenan mempercayainya.

 

Sayangnya, Poppy harus menelan kepahitan karena pria itu langsung mengangkat tangannya dan mengatakan sesuatu yang tidak pernah Poppy duga. “Poppy Hadley Clover, sekarang kau bukan lagi istriku!”

 

“Karena kau bukan lagi istriku, sekarang lebih baik kau pergi dari sini!” tambahnya.

 

Bruk!

 

Tubuh Poppy didorong Keenan keluar sampai terjatuh.

 

Dengan tenaga tersisa, wanita itu mencoba meraih tangan Keenan dan memohon. Namun, ayah dari anaknya itu justru menepis kasar tangan Poppy. “Pergi!” sentaknya.

 

Tak butuh waktu lama, pintu rumah itu pun tertutup.

 

Mata Poppy menatap nanar.

 

Bagaimana bisa ini terjadi?

 

Ia tak mengerti mengapa dirinya bisa terkena HIV.

 

Lalu, mengapa Keenan tak percaya sedikitpun padanya?

 

Sadar tak punya pilihan apapun, Poppy lantas berbalik dan meninggalkan rumah dengan perasaan sakit yang luar biasa.

 

Namun, saat akan melewati gerbang rumah, ia bertemu dengan Seren–teman satu profesi Keenan di rumah sakit.

 

“Wooow … apa yang terjadi, Poppy? Sepertinya kau baru saja dicampakan oleh Keenan,” ujarnya sembari tersenyum bahagia.

 

Poppy melirik sekilas. Ia tahu Seren sangat terobsesi dengan Keenan dan memberitahukan pada pria itu.

 

Namun, Keenan selalu mengira karena dirinya cemburu.

 

Sekarang, Poppy sudah tak punya hak lagi.

 

Jadi, ia memilih mengabaikan wanita itu dan melanjutkan langkahnya entah ke mana.

 

Ia adalah yatim piatu. Tidak ada sanak saudara yang dia punya di kota ini.

 

Karena terus berjalan tanpa arah, Poppy pun kelelahan.

 

Perempuan itu memilih beristirahat di bangku taman.

 

Namun, baru saja duduk, ia malah melihat seorang nenek yang akan dibegal.

 

Refleks Poppy berlari lalu membantu nenek tersebut tanpa memikirkan kandungannya.

 

“Berhenti!” seru Poppy menerjang pembegal yang sedang menodongkan sebuah senjata kepada nenek tersebut.

 

Nenek tersebut pun bisa melepaskan diri.

 

Melihat itu, Poppy tidak menyia-nyiakan kesempatan!

 

Direbutnya tas nenek itu dengan cepat. “Copet! Tolong ... tolong!”

 

Seruan Poppy lantas mengundang orang-orang di sekitar berkumpul.

 

Menyadari jika keadaan tidak aman, pembegal memilih kabur dari amukan masa.

 

Sementara itu, Poppy langsung menyerahkan tas kepada nenek tersebut. “Ini, Nek ….”

 

Ucapan perempuan itu terhenti kala ia merasa perutnya begitu sakit.

 

Refleks Poppy menunduk dan terkejut mendapati darah segar mengalir di kakinya.

“Bayiku ....”

 

Kegelapan menyambutnya seketika.

 

*****

 

“Akhirnya kamu sadar juga, Nak.”

 

Sosok nenek yang ditolongnya tadi menyambut Poppy begitu membuka mata.

Entah sejak kapan ia berbaring di kamar itu. Yang jelas, Poppy kini merasa begitu pusing.

 

“Aku di mana?” tanya Poppy masih linglung.

 

“Di rumah sakit, tadi kamu pingsan.”

 

Terdiam sebentar, Poppy yang baru mengingat kakinya berdarah refleks memegang perutnya. Matanya melebar karena merasa perutnya yang rata. “Bayiku?” tanyanya dengan tenggorokan tercekat.

 

Belinda—nenek itu menunjukkan raut wajah bersalah. “Maaf ... Nak. Karena menolongku, membuatmu harus kehilangan calon anak.”

 

“Be-benarkah?”

 

Wajahnya Poppy semakin pucat lagi ketika ia melihat Belinda mengangguk, membenarkan.

 

Untuk beberapa saat, Poppy hanya diam membuat Belinda semakin khawatir.

 

Hingga tiba-tiba Poppy mejerit pilu–menyayat hati siapa pun yang mendengarkannya.

 

“Bayiku! Kenapa semua meninggalkanku?

 

Iba, Belinda refleks memeluk tubuh ringkih Poppy sambil menepuk punggungnya agar lebih tenang. “Tenanglah, kau tidak sendiri. Jika yang lain meninggalkanmu, maka aku akan bersamamu.”

 

“Aku akan selalu menemanimu.”

 

“Kau tidak sendirian.”

 

Belinda terus menenangkan Poppy.

 

Kehilangan bayi pasti pukulan besar untuk wanita itu. Namun, jika melihat Poppy yang begitu kacau, Belinda tahu jika masalah yang dihadapinya pasti lebih dari itu.

Perlahan tapi pasti, kalimat penenang dan pelukan hangat Belinda berhasil membuat Poppy berhenti menjerit.

 

Hanya isak tangis yang sesekali masih terdengar.

 

Selama tiga hari Poppy dirawat, tidak sekalipun Belinda meninggalkannya.

 

Wanita tua itu benar-benar melakukan seperti apa yang dikatakannya.

 

“Kondisimu semakin membaik, sepertinya Dokter sudah membolehkanmu pulang nanti siang.” Belinda berkata sambil menyisir rambut sepunggung Poppy dengan penuh kasih layaknya seorang nenek kepada cucunya.

 

Poppy yang sedang menatap kosong tersenyum miris mendengarnya. “Aku tidak memiliki rumah untuk pulang," ujarnya lirih setelah mogok bicara dalam 3 hari ini.

 

Gerakan tangan Belinda berhenti sejenak mendengarnya.

 

Sebenarnya, ia begitu penasaran sejak awal. Hanya saja, dia menahannya sampai hari ini. “Kalau boleh tahu, di mana suamimu, Nak?”

 

“Aku tidak memiliki suami,” jawab Poppy dengan tenggorokan tercekat.

 

Hatinya sakit ketika mengingat ia yang dicampakkan oleh Keenan. Apa anaknya pergi karena tahu hidupnya akan sulit bila hanya berdua dengannya?

 

Melihat kepedihan di wajahnya, Belinda tentu heran. Namun, wanita tua itu memilih untuk tidak banyak bertanya karena ingin menjaga perasaan Poppy. “Kalau begitu, kau tinggal saja bersamaku,” ucapnya.

 

Poppy sontak menggeleng. “Aku tidak ingin merepotkanmu.”

 

“Aku sama sekali tidak merasa repot. Justru aku senang karena memiliki teman. Sejujurnya aku tinggal bersama cucuku, tapi dia terlalu sibuk dan jarang pulang.”

 

“Apalagi seperti itu, nanti jika cucumu pulang dia pasti akan sangat terganggu dengan kehadiran orang asing sepertiku,” tolak Poppy lagi.

 

“Itu tidak akan terjadi,” ujar Belinda yang masih mencoba membujuk Poppy agar mau tinggal bersamanya. “Anggap saja ini sebagai tanda terima kasih karena kau sudah menolongku juga sebagai penebus rasa bersalahku karena kau kehilangan calon anakmu.”

 

Poppy tersenyum tipis. “Aku sudah mengikhlaskan kepergian anakku, jadi kau tidak perlu merasa bersalah.”

 

“Kalau begitu katakan rencanamu sekarang. Apa yang akan kau lakukan setelah pulang dari sini?”

 

Perempuan itu menoleh lalu menatap Belinda dengan ragu. “Aku ingin meminjam uangmu untuk menyewa rumah, aku janji akan mengembalikannya jika sudah memiliki pekerjaan.”

 

Belinda terkekeh kecil mendengarnya. “Kenapa harus membayar? Aku akan memberikanmu uang, dan kau tidak perlu membayar. Untuk pekerjaan, jika kau mau aku akan meminta cucuku untuk memberikanmu pekerjaan. Bagaimana?”

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status