Share

Bab 96

Albany mendengkus kesal. Di pagi buta, dengan udara dingin dan rasa kantuk yang hebat, harus pula makan rujak yang asemnya minta ampun.

Tak ada pilihan lain, Albany kembali mencocol bumbu rujak dan menyuapnya dengan meringis.

Za malah semakin suka melihatnya. Dia tertawa-tawa sambil ikutan meringis ketika sang suami meringis keasaman.

Klek.

Terdengar pintu kamar Ningsih terbuka. Kedua orang itu sontak menoleh. Ada Ningsih di sana menatap heran pada kedua anak dan menantunya itu.

“Kalian lagi apa malam-malam begini?” tanyanya dengan mata menyipit.

“Ini, Bu, adek bayinya pengen makan rujak,” jawab Za diselingi kekehan.

“Adek bayi yang mau rujak, tapi kok, malah Albany yang makan sambil meringis-meringis gitu?” tanya Ningsih heran.

Za cekikikan, sementara Albany memutar bola matanya jengah.

“Adek bayi maunya ayahnya yang makan, Bu,” jawab Za diselingi tawa.

“Ngidamnya aneh.” Albany menggerutu. “Padahal udah diwanti-wanti jangan ngidam yang aneh.”

Za kembali tertawa. Lalu Ningsih pun ik
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status