Share

PIKIRAN BURUK

"Jangan khawatir aku akan melakukan yang terbaik untuk Ari, dia adikku juga, kan?" Mas Rafi memelukku erat.

"Jangan berpikir macam-macam," ucapnya kemudian.

Hari sudah hampir malam, tapi kondisi Ari masih juga belum ada perubahan. Bahkan sesekali kondisinya menurun. Aku masih mondar mandir di depan ruang gawat darurat tempat Ari di rawat. Sesekali aku mengintip dadi kaca jendela berharap Ari segera siuman.

Mas Rafi juga masih sibuk mengurus segala sesuatu yang di minta pihak rumah sakit.

"Mama, aku nginep di rumah nenek, ya?" tanya Miko melalui sambungan telepon.

"Tapi, Nak ... " jawabku ragu.

"Boleh ya, Ma."

"Tolong berikan teleponnya sama nenek," perintahku pada Miko.

"Halo." Suara di telepon sudah berganti dengan suara Ibu.

"Tolong titip Miko ya, Bu," ucapku lirih.

"Kamu tenang aja, Miko kan cucu Ibu."

Sebenarnya aku tidak rela ia terlalu dekat dengan Ibu, tapi dengan kondisi saat ini aku tak mungkin melarangnya. Lagipula sudah bisa di pastikan aku tak akan bisa pulang malam ini.

T
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status