Intan berlutut di ruang kerja sambil menundukkan kepalanya.Ketika Kaisar Roni teringat Keluarga Bangsawan Belima hanya tersisa Intan seorang, dia pun kasihan padanya. "Berdiri dulu, baru berbincang!"Intan melipat kedua tangannya sambil mengetuk kepalanya. "Yang Mulia, hari ini aku datang termasuk tindakan lancang, tapi aku juga ingin meminta rahmat Yang Mulia."Kaisar Roni berkata, "Intan, aku sudah membuat keputusan itu, tidak mungkin menarik balik."Intan menggelengkan kepalanya. "Aku ingin meminta Yang Mulia mengeluarkan perintah agar aku bercerai dengan Jenderal Rudi secara damai."Kaisar muda itu tercengang. "Cerai? Kamu mau cerai?"Awalnya kira kedatangan Intan untuk menyuruhnya menarik balik perintah itu, tak disangka dia malah meminta untuk cerai.Intan menahan air matanya. "Yang Mulia, Jenderal Rudi dan Jenderal Linda meminta pernikahan itu dengan jasa mereka. Kebetulan hari ini adalah hari kematian ayah dan saudaraku, aku juga ingin dengan jasa mereka meminta dekret untuk c
Setelah Intan pergi, Bimo pun keluar. "Yang Mulia, Ibu Suri menyuruh orang untuk mengundang Anda ke tempatnya."Kaisar Roni menghela napas. "Mungkin karena dia mencemaskan masalah Intan, ayo segera ke sana."Di Istana Heli bunga peony sedang mekar, dekorasi istana juga megah dan terlihat indah.Bahkan bunga mawar di tembok istana juga sudah bermekaran.Ibu suri sedang duduk di kursi mahoni dengan sandaran bundar di aula utama. Ibu suri mengenakan jubah ungu, juga memakai konde giok putih di rambutnya dan terlihat sedih."Aku memberi hormat pada Ibu!" Kaisar Roni memberi hormat.Ibu suri menatapnya, lalu menyuruh keluar semua pelayan, baru menghela napas. "Dekret menyetujui pernikahanmu itu sungguh tak bijak. Perbuatanmu itu tidak hanya akan membuatmu merasa bersalah pada Marko, juga memberi contoh buruk pada rakyat."Suara Ibu Suri menjadi tegas. "Negara Runa punya aturan kalau pejabat tidak boleh punya selir dalam waktu lima tahun setelah menikah. Lima tahun adalah waktu yang pendek,
Esok harinya, Rudi datang ke istana karena panggilan Kaisar. Awalnya kira bisa langsung menemui Kaisar, bagaimanapun sekarang dia adalah pejabat yang terkenal.Namun, dia malah menunggu di luar ruang kerja selama dua jam, baru Bimo keluar dan berkata, "Jenderal Rudi, Kaisar sedang sibuk. Katanya suruh Anda kembali dulu, lain hari baru memanggil Anda kemari lagi."Rudi tercengang. Dia sudah menunggu lama di luar ruang kerja, juga tak melihat ada pejabat yang masuk, jadi bisa dipastikan kalau Yang Mulia tidak membahas hal penting dengan pejabat.Rudi bertanya, "Kasim Bimo, Yang Mulia memanggilku kemari karena hal apa?"Bimo hanya menjawab dengan senyum, "Jenderal, aku tidak tahu."Rudi merasa agak aneh, tapi dia tidak berani masuk dan tanya pada Kaisar. "Tolong Kasim Bimo memberi petunjuk, apa aku sudah melakukan kesalahan?"Bimo menjawab dengan senyum, "Jenderal baru pulang, jadi hanya ada jasa, tidak ada kesalahan.""Jadi Yang Mulia ...."Bimo memberi hormat. "Harap Jenderal pulang dul
Rudi menghela napas lega, tetapi tetap berkata dengan nada dingin, "Ini kutukar dengan jasaku. Kalau Yang Mulia benar-benar menarik kembali dekretnya, itu pasti akan membuat para tentara kecewa. Hari ini, Yang Mulia panggil aku ke Istana, tapi tidak menemuiku. Mungkin karena kamu mengeluh pada Yang Mulia. Intan, aku tidak akan perhitungan denganmu, tapi aku sudah cukup baik padamu.""Kuharap kamu bisa sadar diri dan jangan membuat masalah lagi. Setelah aku dan Linda menikah, aku akan memberimu anak agar kamu punya sokongan di hari tua."Intan menunduk ke bawah dan memberi perintah dengan cuek, "Mutiara, antar tamu keluar!"Mutiara maju seraya berkata, "Jenderal, silakan!"Rudi mengibaskan tangan dan langsung pergi.Sebelum Intan bisa berbicara, Mutiara sudah meneteskan air mata tanpa henti.Intan menghampirinya, lalu bertanya, "Kamu kenapa lagi?""Aku merasa sedih untuk Nona. Nona tidak sedih?" tanya Mutiara dengan suara bindeng.Intan tersenyum saat menjawab, "Sedih, tapi apa gunanya?
Setelah mengantar Riel pergi, Intan kembali ke Kediaman Wanar. Sejam kemudian, Rudi datang bersama Linda.Intan sedang membenahi laporan keuangan bulanan Keluarga Wijaya di ruang kerjanya. Melihat mereka datang, tatapannya tertuju pada tangan mereka yang bertautan.Intan menghirup wangi gaharu yang dibakar dalam pot emas bermotif binatang. Baiklah, langsung bicarakan saja.Setelah menyuruh Mutiara keluar, Intan berkata, "Silakan duduk!"Linda memakai gaun merah yang disulam dengan kupu-kupu emas. Begitu duduk, gaunnya menjuntai sehingga kupu-kupu itu tampak diam.Linda tidak termasuk cantik, tetapi sangat gagah."Intan!" seru Linda sambil menatap lurus padanya. Dia telah membunuh banyak musuh di medan perang sehingga yakin Intan tidak akan berani menatap matanya karena wibawanya. Namun, di luar dugaannya, mata Intan jernih dan tidak ada rasa takut."Jenderal, langsung katakan saja!" ucap Intan."Dengar-dengar, kamu ingin ketemu aku? Aku sudah datang sekarang. Aku hanya mau tanya, apa k
Walau sedih, Linda menjawab, "Aku bukan orang yang suka iri atau cemburu. Selain itu, demi kebaikanmu sendiri, kamu juga bisa punya sokongan di hari tua kalau punya anak sendiri. Setelah kamu hamil, dia pergi ke tempatmu atau tidak bukan urusanku."Linda jelas marah saat mengatakan kalimat terakhir.Rudi bergegas berjanji, "Jangan khawatir, aku tidak akan menyentuhnya lagi kalau dia sudah hamil.""Kamu tidak perlu berjanji, aku bukan orang kikir." Linda memalingkan tatapan, matanya penuh dengan kekesalan.Intan merasa dua orang di depannya sungguh konyol. Dia beranjak dari kursinya, lalu menatap Linda dan berseru dengan tegas, "Kehidupan perempuan sudah cukup sulit, kenapa kamu masih menghina kaum perempuan? Kamu sendiri juga perempuan, jangan merendahkan perempuan hanya karena kamu bisa maju ke medan perang. Memangnya di mata kalian, aku hanya bisa hidup mengandalkan keturunan Keluarga Wijaya? Memangnya aku tidak punya kesibukan sendiri atau kehidupan yang kuinginkan? Memangnya aku ha
Mutiara merasa sakit hati melihat Intan dianiaya. Ada perkataan yang tidak enak hati diucapkan oleh Intan yang terdidik, tetapi Mutiara yang hanyalah pelayan tidak takut. Matanya merah saat dia berkata, "Aku yang jadi pelayan pun tahu malu. Sebagai jenderal, kamu malah menggoda suami orang di medan perang. Sekarang, kamu bahkan menggunakan jasamu untuk menindas Nona kami ....""Plak!"Mutiara ditampar dengan keras.Rudi menampar Mutiara dengan gusar, lalu melemparkan tatapan dingin pada Intan. "Ini pelayan yang kamu ajarkan? Tidak tahu aturan!"Intan bergegas berlari ke depan untuk membantu Mutiara bangun. Wajahnya bengkak parah, dapat dilihat seberapa kuat tamparan Rudi.Intan menoleh ke belakang dengan ekspresi galak dan menampar Rudi. "Kamu tidak berhak sembarangan menampar pelayanku!"Rudi tidak menyangka Intan akan menamparnya demi seorang pelayan. Bagaimana bisa dia ditampar oleh seorang wanita, apalagi di depan Linda?Namun, Rudi tidak bisa membalasnya. Dia memelototi Intan, lal
Melihat semua orang dilema, Rudi mengambil daftar itu dan membacanya. Lalu, dia bertanya pada Brina, "Apa masalahnya? Mahar sepuluh ribu tahil, dua set gelang emas, dua set gelang giok, dua set konde emas, lima puluh gulung brokat. Hanya ini saja, printilannya tidak banyak.""Tidak banyak?" Brina menyeringai sinis. "Sayangnya, sekarang kas kita bahkan tidak ada seribu tahil."Rudi terkejut. "Kok bisa? Siapa yang mengurus keuangan? Apa ada kerugian?""Aku yang urus!" sahut Intan."Kamu yang urus? Mana uangnya?" tanya Rudi."Ya, mana uangnya?" Brina mencibir. "Kamu pikir Keluarga Wijaya adalah keluarga bangsawan? Kediaman Jenderal ini dianugerahkan oleh Mantan Kaisar kepada kakekmu yang menjadi jenderal. Honorarium dan beras subsidi yang ayah dan pamanmu peroleh setiap tahun bahkan tidak lebih dari dua ribu tahil. Kamu adalah jenderal bintang 4, tidak mungkin lebih banyak dari ayahmu.""Kalau begitu, aset peninggalan Kakek setidaknya masih bisa menghasilkan profit, 'kan?" tanya Rudi lagi