Share

4. Terdesak

Ketika pemakaman paman, tunangan ku Roan datang sebentar. Dia bahkan tidak menghiburku sama sekali, cuek padahal tahu aku sedang kesulitan karena Tante Fera. Aku sempat meminta dia menikahiku saat itu juga, supaya Tante Fera tidak bisa macam-macam pada kami.

"Jangan bicarakan pernikahan sekarang, makam pamanmu saja belum kering."

"Tapi kamu tahu sendiri gimana sikap Tante Fera, aku dan Arjun bisa celaka."

"Kalau terjadi sesuatu padamu, kamu bisa minta tolong padaku."

Roan pergi meninggalkan kami di pemakaman, tidak berkunjung ataupun menghubungi lagi sampai sekarang. Kadang aku berpikir, apakah karena keluargaku tidak berpengaruh seperti dulu, Roan jadi berubah?

Setelah orang tuaku dan kakak laki-laki ku meninggal. Posisi Direktur utama sekarang dipegang orang lain, meskipun keluargaku memiliki saham mayoritas, namun tidak ada yang bisa memimpin. Aku belum lulus kuliah dan pincang, sementara Arjun adalah anak di bawah umur.

"Yua!" Teriak Tante Fera.

Aku berbalik, buru-buru menggerakkan tongkat kruk menuju pintu keluar. "Iya, Tante."

Tante, Om Nurman dan dua sepupuku. Berdiri di ruang tengah dan memandangi isi rumah, tangannya menunjuk ke setiap benda. Berbicara tentang harga dan tata letak perabot. Sepertinya mereka ingin mengganti isi rumahku seakan ini rumah mereka sendiri.

"Kamu ini gimana sih? Sudah tahu kami mau datang, tapi kamu malah di kamar aja nggak menyambut!" Tante Fera menunjuk keningku dengan jari telunjuk.

"Maaf Tante, aku lagi di kamar. Nggak tahu Tante dateng."

"Wajarin ajalah, Ma. Namanya juga pincang, nggak bisa jalan."

Aldo, sepupu berusia 24 tahun. Berprofesi sebagai petinju muda. Badannya yang besar sangat menakutkan, bicaranya yang sembarang tanpa memikirkan lawan bicara. Dia adalah orang yang sangat arogan dan berbahaya.

"Oh ya, Tante ke sini mau apa?"

"Tentu saja jagain kamu dan harta keluarga ini. Besok barang-barang kami akan dipindahkan ke sini. Kamar Bundamu di sebelah mana?"

Tante mau menempati kamar Bunda? Bahkan aku tidak menyentuh sedikitpun barang-barang bunda dan ayah. Semua masih tertata rapi seolah mereka masih hidup.

"Jangan pakai kamar Bunda, aku mohon." Aku menangkupkan tangan dengan wajah memelas. Menggeleng.

Tante mendengus kesal, matanya nyalang menatapku. Dia menggangkat tasnya, menabrak bahuku dan mencari kamar Bunda.

Aku berbalik, hendak menyusul Tante dengan menggerakkan tongkat. Namun, tongkatku di tendang Aldo. Membuatku jatuh tersungkur ke lantai.

"Hey pincang, sekarang kau sudah tidak bisa sombong lagi 'kan? Jadi harus sadar diri."

Aldo mendekatkan diri ke wajahku, bibirnya menyeringai. Aku menahan diri untuk tidak menangis, menggenggam erat tanganku. Menahan luka yang mereka torehkan ke dalam anak yatim piatu ini.

Aku berusaha meraih tongkatku yang terlempar, sedikit merangkak, sebentar lagi sampai. Lagi-lagi Aldo usil, dia menendang tongkat itu hingga terlempar lebih jauh.

Om Nurman menendang tongkatku supaya lebih dekat, membuatku mendongak melihatnya yang mau sedikit berbaik hati.

"Kalian berdua harus ingat, jangan sampai Yua dan Arjun lecet. Seminggu lagi pengacara akan datang untuk menyerahkan surat kuasa," kata Paman memberi peringatan.

Aldo mendengus kesal, dia memasukkan tangannya ke kantong baju. Sementara Mia, sepupu yang seumuran denganku tetap asik dengan ponselnya. Tidak pedulikan yang terjadi di sekitar.

Mereka mengecek seisi rumah, aku benci rasa tidak berdaya ini. Harapanku tinggal kepada Roan. Semoga dia mau menikahiku segera dan menjauhkanku keluarga Tante Fera.

Sekali lagi aku menarik tubuh, tanpa harga diri berusaha mengambil tongkat. Aku merindukan Ayah dan Bunda, juga Kak Farel. Andai mereka saja mereka masih hidup.

Susah payah aku berdiri, tidak kuasa melihat Tante Fera mengambil alih kamar orangtuaku. Aku berjalan ke kembali ke kamar dengan tongkat. Hati-hati karena lutut kaki kananku terasa memar. Sakit sekali.

"Roan akan segera menjemputku, aku harus bersabar."

Di dalam kamar aku menunggu adikku Arjun dan tunangan ku Roan, hingga malam adikku itu belum juga kembali. Rasa khawatir begitu menakutkan.

Apa mungkin Roan tidak mau menikahiku dan mengabaikan kedatangan Arjun? Kalau begitu, apa yang harus aku lakukan?

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Kasihan sekali kamu Yua...Roan benar² minta di hajar
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Kasihan sekali Tuan...Rian benar² kurang di hajar
goodnovel comment avatar
siti yulianti
kampret nih s roan GK tulus kyknya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status