Share

75. Keputusan sulit

Hati yang berat terus melangkah dengan gontai sambil menggenggam tiket pesawat, Rania benar-benar sangat lelah dengan apa yang terjadi. Sekarang, dia lebih baik pasrah mengikuti arus yang mengalir daripada memberontak. Jika benar Filipina adalah keputusan terakhir, maka dia harus menerimanya. Terpenting, dia dan anak-anaknya tidak akan diganggu lagi.

"Buna?" panggil David yang sedang menunggu di dekat pintu bersama Vano. Mereka berdua tadinya menunggu diluar. Tidak ada yang mereka lakukan kecuali berjongkok sambil memikirkan nasib selanjutnya bagaimana. Vano berlari kecil menemui bunanya.

"Buna? Mana Handa?" tanyanya saat Rania berjongkok menyambut dirinya yang berlari ke arahnya. Selalu, anak itu menanyakan keberadaan handanya, membuat hati Rania semakin teriris dengan belah pisau.

Rania tersenyum pahit merespon anaknya. "Maafkan Buna, ya. Mungkin handa tidak akan datang, lain kali dia akan datang kok menemui kita." Rania mengelus pipi mulus milik Vano, matanya hampir berkaca-kaca
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status