Share

Bahagia

“Kalian sudah shalat?“

Pertanyaan Mas Hasan membuat wajah mereka pias seketika. Baik Hadi, Nuri maupun Ningrum hanya tersenyum kaku lalu pura-pura menanyakan letak kamar mandi.

“Jangan pernah melalaikan shalat,“ kata Mas Hasan saat mereka bertiga melangkah ke kamar mandi.

“Makasih, Mah,“ ucapku tulus. Mamah menggeleng dengan netra berembun. Tangannya meraih tanganku.

“Ma-mamah minta maaf. Se-lama ini selalu za-lim sama ka-mu,“ katanya tersedu-sedu. Seperti saat Rika meminta maaf, malam ini hatiku merasa bahagia dan lega. Kata maaf memang terdengar sepele tapi begitu berarti. Bisa membuat batin yang tersakiti sembuh, bisa memandam api dendam yang membara.

“Hanna sudah memaafkan Mamah.“

Tanpa sadar mataku pun berkaca-kaca, sesaat kemudian air mataku menetes. Mas Hasan mengusap pipi ini dengan lembut, juga pipi Mamah. Kami bertiga berpelukan. Mengislahkan segala hal yang pernah terjadi di masa lalu.

🌹🌹

“Kang, kalau pembagian harta warisan dipercepat, boleh tidak?“ tanya Haikal. Kami s
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status