Share

188. Dipatuk Ular bagian B.

Dipatuk Ular.

Heningnya malam menambah kecemasan. Kami semakin kalut, setiap derit pintu IGD terbuka, maka mata kami pun mengarah kesana. Ini sudah hampir jam dua malam, tapi belum ada kabar apapun dari dalam sana.

Krieeet ….

Derit pintu kembali terdengar, kali ini benar tebakanku mas Rahman yang keluar, aku langsung berlari ke arahnya, begitu pun kak Eni dan bang Rahmat.

"Man!"

"Mas!" Kami seolah kompak menyebut nama suamiku.

"Aku mau jemput, Ibu," ucapnya dengan lemas.

"Aku juga mau lihat, Bapak!" ucap kak Eni dan bang Rahmat serempak.

"Sabar! Biarkan aku membawa ibu dulu!" Aku sedikit terperanjat saat mendengar kata-kata yang terucap dari bibir suamiku itu. Mas Rahman tak pernah bersuara tinggi terhadap kakak-kakaknya. Tapi kali ini dia seolah menyembunyikan sesuatu dari kami.

Pikiranku tentang bapak sudah makin macam-macam saja. Teringat bu Hanum tetangga emak dulu, ia dipatuk ular tanah saat sedang membersihkan kebun di belakang rumahnya, dan nyawanya tidak bertahan dua p
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status