Share

Bodyguard Tangguh Dan Enam Putri Mafia Seksi
Bodyguard Tangguh Dan Enam Putri Mafia Seksi
Penulis: Mangata

Kedatangan Sang Legenda

Alan Dominic turun dari sebuah jet privat yang terparkir di hangar bandara khusus dengan tatapan tajam. Ia berjalan santai dengan setelan baju seadanya tanpa mengenakan aksesoris mewah di tubuhnya. Beberapa jam yang lalu, ia baru saja memakamkan Alexander Hood, guru sekaligus ketua gangster terkenal dan terkaya di negara Megapolis.

‘Pergilah cari enam putriku, mereka dalam bahaya!’

Itulah kata terakhir yang terucap dari Alex sebelum akhirnya ia meninggal dengan misterius.

Sebelum menjadi tangan kanan sang ketua mafia terbesar dan terkaya itu, Alan hanyalah anak yatim piatu yang hidup dengan keadaan miskin. Ia pun tidak bekerja kecuali berdagang di kampungnya yang telah dibakar oleh kelompok mafia bengis.

Namun, kedatangan kelompok milik Alexander Hood mengubah kampungnya menjadi lebih makmur. Bahkan, Alan dan beberapa pemuda di kampungnya diadopsi langsung oleh Alexander dan ditempa menjadi anggota mereka. Tapi hal berbeda justru terjadi pada Alan. Ia malah dijadikan tangan kanannya.

Kini, setelah didaulat menjadi pemimpin baru ketua mafia, misi pertama yang diemban Alan adalah mencari keenam putri Alexander Hood itu.

“Hei gembel, berhenti!”

Alan yang tengah menggeret kopernya berhenti setelah mendengar perkataan seseorang yang memangginya dengan nada tinggi. Ia menatap pria yang memintanya berhenti dengan tenang.

“Apa kau tahu kau tengah berjalan di mana?”

Alan melihat sebuah lorong yang sengaja dikosongkan dan ditandai dengan tulisan ‘VVIP’.

Tentu saja ia paham, ini merupakan jalan yang memang sudah disiapkan untuknya. Semua ini sudah diatur oleh perwakilan kelompok mafianya yang ada di kota ini, sejak ia masih sibuk memakamkan sang guru.

“Tentu saja, ini untuk tamu VVIP, ‘kan?” ucap Alan santai.

Pria dengan jas itu menggeram, ia terlihat kesal karena Alan tidak menggubrisnya betul-betul.

“Kalau bisa baca, kenapa laki-laki gembel dengan pakain lusuh sepertimu mau melewatinya?” bentaknya dengan geram pada Alan.

Alan melihat nametag si pria yang tertulis “Dovioso”, lalu ia memandang wajahnya dengan santai. Ia berusaha untuk menyelesaikan hal itu dengan kekeluargaan. Dengan tenangnya ia mengatakan hal yang tak diduga si pria itu.

“Karena ini memang disiapkan untukku.”

Mata laki-laki yang ternyata bagian keamanan bandara itu membulat. Bisa-bisanya laki-laki gembel di depannya berkata seperti itu.

“Aku kira awalnya kau ini buta, tapi ternyata hanya bodoh saja! Apa kau mau mati?! Kau tidak tahu siapa yang seharusnya melewati jalan ini?”

Alan hanya membalasnya dengan diam sambil menatap si petugas keamanan dengan tenang. Beberapa orang yang lalu-lalang tampak melihat percakapan mereka berdua. Banyak yang merasa penasaran, tapi banyak juga yang pergi berlalu saja.

“Lebih baik kau sekarang pergi atau…”

Kedua tangan Alan langsung dibekap dan dipiting di belakang seperti seorang kriminal.

“Sekali kau menarik tanganku, kau akan menyesal…”

Deg!

Si petugas keamanan membeku, aura yang dikeluarkan oleh Alan begitu ‘berat’, bahkan tangannya seketika lesu. Ia belum pernah merasakan aura seseorang yang begitu mengintimidasi.

“Dasar gembel bodoh! Kau tidak tahu tengah berhadapan dengan siapa, hah!”

“Kau baru bertugas, ya?”

Si pria yang tadinya memasang wajah garang tiba-tiba mengkerutkan keningnya setelah mendengar perkataan Alan.

“Lebih baik segera panggil teman-temanmu atau segalanya akan semakin rumit. Aku sedang tidak dalam emosi yang bagus, mengerti?”

Alan menatap pria itu dengan tajam. Setelah memakamkan sang guru; Alex, emosinya tengah tidak setabil.

“Bajingan! Gembel sepertimu tidak pantas berbicara seperti itu padaku. Sepertinya kau memang mencari masalah, ya?”

Dengan emosi yang memuncak, ia hendak memukul Alan yang tak bergerak sesentipun dengan salah satu tangannya. Sampai tiba-tiba…

“Tuan, Anda sudah sampai?!”

Namun, belum sempat ia melakukan sesuatu, tiba-tiba seseorang dengan mengenakan setelan jas rapi dan sebuah kacamata hitam menghampirinya dengan tergopoh-gopoh. Sepertinya ia baru saja terburu-buru.

“Kakak, syukurlah kau datang. Aku baru saja akan melakukan kekerasan pada gembel ini! Dia memaksa untuk masuk ke lorong ini!” ucap si petugas keamanan.

Sosok yang dipanggil kakak seketika terkejut. Ia semakin melotot ketika si pria bernama Dovioso di nametag-nya itu menyebut kata ‘gembel’!

“Kalau saja aku boleh mengatakannya, lorong ini untuk Tuan Alan Dominic! Gembel ini tentu akan dicincang karena berani melewati jalan yang sudah disiapkan untuk ketua mafia paling hebat itu!”

Si pria kini tak hanya melotot, namun keningnya berkeringat dan wajahnya seketika pucat. Ia menatap Alan yang tak bereaksi sedikitpun, bahkan ketika ada seseorang yang menyebutnya sebagai gembel!

Plak!

Dovioso memegangi pipinya yang memerah dan menatap atasannya dengan terkejut sekaligus bingung. Ia ditampar oleh atasannya itu.

“Apa kau gila! Aku sudah mengirimkan foto orang yang akan melewati jalan ini, ‘kan?! Apa kau tidak melihatnya di ponselmu?”

Dovioso merinding, ia memang belum mengecek ponselnya sejak pagi. Lalu, dengan gemetar, ia membuka ponselnya dan membaca pesan yang ada di grup petugas keamanan yang akan mengamankan kedatangan Alan Dominic.

Pria itu seketika terduduk lemas, ia menatap Alan dan ponselnya berulang kali. Seketika, nyawanya terasa terlepas dari tubuhnya. Dengan terbata-bata ia memohon dengan wajah yang begitu memelas.

“A… Anda Tuan Alan Dominic?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status