Share

Bab 41 (Fani)

Aku bangun di kasur UKS (Usaha Kesehatan Santri) dengan seorang petugas piket kesehatan berada di samping dipan. Tidak ada siapa-siapa selain petugas ini, Monic dan Sahla juga tidak ada.

"Dek, makan dulu, ya. Mbak cariin makan di kantin. Biasanya makan apa?" Ucapnya.

"Nggak usah repot-repot, Mbak," jawabku.

"Pesannya Mbak Sabila kalau kamu sadar harus makan soalnya udah pucat banget wajahmu," ujarnya. Jika sudah berurusan dengan Mbak Sabila mau tidak mau aku harus mau.

"Ya udah, Mbak. Nasi sayur aja yang nggak pedas. Makasih banyak, Mbak," ucapku kemudian.

Aku membiasakan diri untuk makan makanan yang tidak pedas, rasanya memang hambar tapi jauh lebih baik untuk perutku. Setelah menghabiskan nasiku, Monic dan Sahla masuk dengan menggendong tas masing-masing. Mereka selesai mengikuti kelas mengaji.

"Sorry, Fan. Gue bongkar tas, Lu. Itu obatnya," ucap Sahla.

"Nggak apa-apa, makasih, La," jawabku.

Monic melihatku prihatin. Ia mengambil gelas dan mengisinya dengan air dispenser di sud
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status