Share

(Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan
(Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan
Penulis: willia ds

Panik

"Setelah apa yang telah kau lakukan padaku, kau tidak akan bisa lari dariku, Elle! Kau harus menebus semuanya!"

Elle terkesiap. Sontak, ia membuka mata dan memandangi langit-langit kamar. Tubuhnya banjir dengan keringat dan degup jantungnya juga menggila.

Sudah dua bulan belakangan ini, perkataan mantan kekasihnya itu terus menghantuinya dalam mimpi.

"Kenapa…?" lirih Elle dalam hati yang merasa kesal dengan dirinya.

Sepuluh tahun telah berlalu sejak mereka menghabiskan malam yang panjang bersama.

Meski didesak keadaan, Elle-lah yang memutuskan untuk pergi meninggalkan Lucas –mantan kekasihnya– pada malam perpisahan mereka.

Pria itu mungkin sudah menemukan perempuan lain yang setara –sesuai dengan keinginan sang Ibu. Tidak seperti dirinya yang hanya seorang anak pembantu yang tak pernah mengenal ayah kandungnya sama sekali.

"Ibu…."

Elle sontak tersentak mendengar suara sang anak –Ares.

Bocah berusia 9 tahun itu datang menghampiri dirinya dan duduk di sisi ranjang. Elle pun terbangun dari posisinya.

Bibir Elle tersenyum melihat kedatangan putranya yang wajahnya semakin lama semakin mirip dengan Lucas. Seperti pinang dibelah dua.

"Ada apa, Sayang?" tanya Elle dengan lembut.

Namun, Ares tidak menjawab. Anak itu hanya menatapnya lemas dengan menyentuh dadanya. Setelahnya, napasnya berubah berat.

Raut wajah Elle seketika berubah. Ada yang tidak beres!

"Dadamu sesak?"

Tidak butuh jawaban, Elle dengan cepat menyambar inhaler yang sengaja ia letakkan di atas meja nakas dan memakaikannya pada hidung Ares.

Sial, tidak mempan!

Dengan tergesa–tanpa mempedulikan penampilannya–Elle segera membawa Ares ke rumah sakit dengan taksi yang ia pesan secara online.

Anaknya itu memiliki asma. Jika kambuh, akan parah. Satu lagi yang diturunkan Lucas pada putranya itu.

“Sabar, Sayang. Kita akan segera ke rumah sakit,” ucap Elle sambil memeluknya putranya erat–berharap agar dirinya saja yang sakit saja meski dia tahu itu percuma.

*****

Untung saja, rumah sakit tidak terlalu jauh dari apartemen mereka.

Setelah tiba dan membayar ongkos, Elle segera berlari untuk menggendong putranya. Perempuan itu ingin segera sampai ke ruang dokter.

Beberapa perawat yang melihat kepanikan Elle–membantu perempuan itu dan menenangkannya. Namun, Elle masih saja tetap memeluk putranya cemas.

Rasa tenang baru menyusup ke hatinya begitu Ares masuk ke dalam dan diperiksa.

“Dia demam tinggi. Mengingat riwayat kesehatan dan kondisi imun yang tidak stabil, sebaiknya Ares dirawat inap dalam beberapa hari untuk observasi,” terang sang dokter begitu selesai melakukan pemeriksaan.

“Ba–baik, dokter. Tapi, ini tidak berbahaya, kan?” gugup Elle dengan mata penuh harap.

Sang dokter pun mengangguk melihat keadaan Ibu muda yang berantakan itu.

“Tenang saja, Bu. Dengan perawatan dan pengobatan yang tepat, Ares bisa kembali beraktivitas.” Sang dokter kemudian tersenyum.

Elle sontak menghela napas lega.

Setelah berbincang sebentar mengenai detail kesehatan sang anak, Elle segera kembali menemui Ares yang masih terlelap di atas ranjang.

Ares memang sudah dipindahkan ke ruang rawat. Anaknya itu harus beristirahat segera.

Dipandangnya sang anak penuh kasih.

“Ares, cepat sembuh, Nak,” lirih Elle pelan–takut membangunkan sang putra. Tak lupa, ia menggenggam tangan Ares erat.

Elle tidak punya siapa pun lagi di dunia ini. Ibunya meninggal tak lama–di hari Elle meninggalkan Lucas. Hanya Ares sumber kekuatannya.

Jika sampai terjadi sesuatu pada anak itu, entah bagaimana hidup Elle.

Air mata menetes di pipi perempuan satu anak itu. Namun, dia segera menghapusnya begitu mendengar suara pintu terbuka.

Tak berselang lama, seorang perawat muda mendekati Elle.

"Maaf, Bu Elle. Mohon segera menuju bagian administrasi karena obat akan diberikan setelah melakukan pembayaran. Terima kasih."

Mendengar penjelasan sang perawat, Elle sontak mengangguk kecil dan tersenyum.

Diliriknya Ares kembali sebelum berjalan keluar–menyusul sang perawat yang sudah lebih dulu.

Namun, tubuh Elle mendadak membeku begitu melihat tagihan rumah sakit.

[US$12.000]

Meski sudah mendapat potongan dari layanan kesehatan, Elle tidak sanggup membayar itu. Bahkan setengahnya saja, Elle tidak punya. Padahal, Ares sangat membutuhkan obat sekarang.

Merasa ditatap oleh petugas administrasi, Elle lantas tersenyum pada mereka dan berjalan sedikit menjauh.

Segera, ia mengeluarkan teleponnya untuk meminta bantuan satu-satunya sahabat yang dia miliki.

Hanya saja, tanpa Elle sadari, di depan lobby, seorang pria dengan setelan kantor terus mengamati Elle.

Wajah pria itu keruh, seolah tak percaya dengan sosok yang dilihatnya saat ini.

Wanita yang selama ini dia cari dan menjadi mimpi buruk dalam hidupnya, ternyata berada tak jauh darinya.

"Pak Lucas? Ruangan Dokter Simon ada di sebelah sana, beliau sudah menunggu."

Namun, pria yang dipanggil Lucas itu tidak menyahut. Dia hanya mengangguk singkat lalu mengangkat tangannya–memerintahkan untuk orang di depannya agar menunggu.

Netra hitam Lucas terus tertuju pada perempuan di seberang sana yang sedang sibuk dengan teleponnya.

Tak lama, senyum tersungging di pria tersebut–membuat beberapa orang yang melihatnya bergidik ngeri meskipun Lucas masih terlihat luar biasa tampan.

"Elle. Akhirnya, aku menemukanmu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status