Share

Part 78

"Cepatlah bersiap. Ayah mana?" tak kulihat Ayah yang biasanya bersantai bersama Paman.

"Bersiap kemana? Bukankah Ayahmu bilang dia membatalkan niatnya?"

"Apa maksud Paman? Uang buat Dara?" Paman mengangkat bahu.

Aku bergegas menyusul Ayah. Dia pasti belum keluar kamar sejak tidur siang tadi. Aku sedikit mengetuk pintu. Kemudian menekan ke bawah handelnya. Kubuka sedikit pintu dan mengintip ke dalam. Kutemukan Ayah masih berbaring miring menghadap tembok.

"Ayah masih tidur?" kulangkah kan kaki guna menanyakan perihal yang dikatakan oleh Paman tadi.

"Yah," kuguncang sedikit lengan Ayah. Dia bergerak dan membalikkan badan agar terlentang.

Ada yang berbeda dari wajah Ayah. Matanya kini terlihat semakin sembab. Seperti habis menangis sesenggukan. Tak seperti saat siang tadi saat aku membahas soal Dara. Masih ada sisa-sisa air mata yang masih membekas di bulu-bulu dan sudut matanya.

Apalagi yang sudah terjadi. Adakah hal-hal tak mengenakkan yang kini bersemayam di hatinya? Adakah hal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status