Share

BENARKAH RENCANANYA?

Tak membuang waktu, kuserahkan semua uang hasil penjualan dagangan bibi malam ini. Berulang kali bibi menyelipkan beberapa lembar uang untukku. Namun, kutolak. Aku terus meyakinkan bibi jika aku dan Ryan ikhlas membantunya.

"Uangnya disimpan saja, Bi. InsyaAllah bibi jauh lebih membutuhkan uang itu." Akhirnya Ryan menyahut setelah bibi bersikeras memberi kami upah. Katanya tak enak kalau cuma merepotkan saja.

"Beneran, Mas Ryan?" Adik lelakiku itu pun mengangguk lagi. Senyum tipisnya tersinggung. Lagi-lagi aku bangga memiliki seorang adik yang peka sepertinya.

"Alhamdulillah kalau begitu, Mas Ryan, Mbak Lana. Tadinya bibi mau pinjam uang lagi buat pegangan di sini, tapi setelah dapat uang ini bibi nggak jadi pinjam. Ini sudah cukup untuk pegangan bibi sama kebutuhan lain. Besok bibi nggak jualan dulu, fokus urus Rina. Mungkin cuma nyuci sama nyetrika saja paginya." Aku mengangguk pelan lalu memeluk bibi lagi. Kurasakan hembusan napasnya yang panjang.

Setelah mendoakan kesembuhan R
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status