Share

Serangan Mendadak

"Aku takut ketemu Mbak Eni sama Pak Jamal, Mas. Di rumah cuma ada Bi Narti. Gimana kalau mereka mulai macem-macem," keluhku saat Mas Arsya akan pergi bekerja.

"Di rumah sudah dipasang CCTV. Sayang nggak usah takut. Nanti, aku bakal awasin terus dari tempat kerja. Sayang nggak usah keluar-keluar kamar. Semua perlengkapan buat susu Afkar, bawa ke kamar semua. Terus buat makan siang, aku akan minta Bi Narti yang bawa ke kamar aja." Mas Arsya mencoba menenangkanku.

Sungguh, aku takut dan khawatir sekarang. Apalagi, kondisiku belum seratus persen pulih dari flu kemarin. Masih sedikit pilek. Afkar juga pasti bosan di kamar terus. Saat siang, aku biasanya mengajak bocah itu bermain di ruang tengah sambil menonton televisi.

Aku pun menurut dengan perintah Mas Arsya untuk tidak keluar dari kamar. Laki-laki berkulit sawo matang itu juga terus mengirim pesan untukku setiap satu jam atau saat dia longgar.

Hingga tengah hari, aku merasa semua baik-baik saja karena tidak ada suara mencurigakan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status