Share

44. Pion Menyerang Sendiri

Hujan lebat membasuh Kota Pahlawan. Malam beranjak semakin matang. Tampak sangat gelap karena rembulan tertutup awan. Angin dingin menerobos melalui celah-celah kecil jendela.

Malam yang sangat dingin.

Inamah tertidur pulas di atas ranjang. Ia kelelahan karena Kia sedikit rewel hari ini. Sore tadi, seperti kata Bram. Inamah akhirnya pergi ke rumah Ibu mertua.

Seperti yang sudah-sudah. Ibu mertuanya itu lebih sering mendiamkannya. Meski berusaha terus berbakti. Namun, Inamah jarang sekali dibalas kebaikannya.

Di sisi ranjang. Bram mengusap kepala Inamah. Dipandanginya perempuan yang sangat ia cintai itu dalam-dalam.

"Maaf, Dek."

Pelan bahkan nyaris tak terdengar. Bram mengucap dua kata itu. Bagaimana pun ia tahu apa yang dilakukannya selama ini adalah salah. Tapi, ia tak bisa memilih. Hatinya telah kembali terbagi.

Merasakan sentuhan di kepalanya. Inamah lantas terbangun. Ia mengerjap pelan.

"Belum tidur, Mas?" tanyanya saat melihat Bram s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status