Share

48. Pembicaraan Rahasia

Kulangkahkan kaki melewati jalanan yang becek lagi basah. Sisa hujan semalam. Mas Bram bilang ingin sarapan nasi pecel. Kuturuti keinginannya itu. Membawa diri ini menuju kedai Bulek Siti. Penjual nasi pecel di persimpangan gang.

"Bungkus berapa, Mbak?" tanya Bulek Siti.

"Tiga Bulek. Yang satu bumbunya dipisah saja, nggih. Buat Ibu," ujarku.

"Siap!"

Ya, mau bagaimana pun perlakuan tak sukanya Ibu padaku. Aku harus berbakti bukan? Apalagi beliau tinggal seorang diri.

Usai dilayani. Kuserahkan lembaran uang berwarna hijau pada Bulek Siti. Satu porsi nasi pecel seharga lima ribu rupiah. Murah sekali.

"Makasih, ya, Mbak."

"Nggih, sama-sama, Bu."

Kutinggalkan kedai Bulek Siti menuju rumah Ibu mertua lebih dulu. Mengantar sarapan untuknya.

Sepanjang jalan kulihat beberapa orang yang lalu lalang. Kami saling menyapa satu sama lain. Meski hanya dengan seulas senyum. Atau menyapa dengan memanggil nama. Tapi, rasanya senang sekali.

Langkahku t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status