Share

53. Tanah Pemakaman

Aku tergugu. Menangis kesakitan. Malam ini, pria yang bergelar sebagai suamiku itu, bukan seperti Mas Bram yang kukenal. Ia sangat kasar.

"Maaf, Dek," ucapnya lirih. Membisik di telinga kiri. "Kamu tahu, kan. Masmu ini nggak suka jika ditolak," tambahnya lagi.

Aku bergeming. Tak sedikit pun menoleh padanya. Kubungkus rapat tubuhku dengan selimut. Hanya menyisakan kepala saja.

"Dek," panggilnya lagi. Kurasakan jemarinya membelai rambut. Jika aku ikhlas, mungkin tidak seperih ini, Mas. Sayangnya, kulakukan semuanya dengan terpaksa.

Ya, terpaksa.

"Aku capek, Mas. Sudah. Tidurlah."

Mas Bram diam. Tak menjawab ucapanku. Beberapa menit berselang, terdengar dengkuran halus dari belakang. Ia pasti sudah tertidur.

Pikiranku mengembara. Malam beranjak semakin larut. Tapi, kedua mataku enggan terpejam. Kenyataan pahit yang baru kudapatkan siang tadi. Bertambah perih dengan sikap Mas Bram yang kasar dan seolah tak mau peduli.

Bahkan, dalam pandangan matanya tadi. Tampak seakan menyimpan ama
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status