Share

52. Pemaksaan

Kami makan dalam diam. Sibuk menyuap dan menyendok makanan masing-masing. Aku sedang tak ingin bicara apa pun. Sebelum tes DNA Hasan berhasil Mas Rudi berikan. Aku akan memilih bungkam. Tak membahas hubungan gelapnya bersama perempuan bernama Lastri itu.

Lama kami terdiam. Kecanggungan menyelimuti kami. Setidaknya ada bahasan lain hang harus kusampaikan. Mulutku juga sudah gatal. Tapi, hati berusaha menahan semampu yang kubisa.

Ayolah Inamah. Berpikir!

"Mas," panggilku akhirnya. Sungguh, tak tahan sekali diam-diaman begini.

"Iya?"

"Aku mau nagih hutang ke Mbak Lastri," ucapku mantap.

Kutatap Mas Bram. Ia menghentikan suapannya.

"Bukannya kemarin baru dibahas, Dek? Sudah. Abaikan saja. Ikhlas," ujarnya tenang. Ia juga menatap ke arahku. Pandangan kami saling bertemu.

Dia bersikap biasa saja. Ekspresi wajah pun, datar tanpa ada kerut khawatir di riak wajahnya.

"Enggak. Maaf. Karena ini kewajiban. Aku harus mengingatkannya," kilahku. Pada
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status