Share

28. Menyerahkan Diri

'Senja yang ranum membawa beragam tanya, tentang dia yang di sana. Benarkah angin tidak sedang mencoba menyentuh bibirnya yang begitu sempurna? Bibirnya adalah sepotong puisi yang belum usai. Dia ... dia dan segala yang ada dalam dirinya mampu membuat kewarasanku tergadai.'

Sakti mengulas senyum melihat kepasrahan sebagai bentuk penghormatan tertinggi wanita bergelar istri di hadapannya.

Netra Chava terpejam manakala Sakti menggiring tubuhnya menuju peraduan. Debaran dalam dada kian menggila saat mereka tak lagi berjarak. Chava terengah, Sakti melepaskan tautan bibirnya setelah mereka sama-sama kehabisan napas.

Samar, lantunan bait suci tertangkap rungu Chava. Sepersekian detik ia rasakan hembusan napas disusul kecupan di pucuk kepalanya. Lagi, Chava hanya bisa pasrah ketika Sakti menggelar raganya di atas pembaringan.

"Terima kasih untuk semuanya." Sakti berbisik lirih, satu kecupan kembali dia labuhkan di kening Chava.

Lelaki itu terus memindai wajah cantik sang istri, tak ada s
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
wow kalian warbiasa pengantin baru tanpa rasa lelah semalaman maen gempar gempur trs,, bener2 gak ada capek kira2 dr jam 8 sampai subuh brp ronde nih? bayangin aja geleng-geleng kepala aq
goodnovel comment avatar
Lina Juhariah
aduh pengantin baru lagi bahagia bahagianya nih apa lagi yang baru dapet jatah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status