Heran banget sama pola pikir Darel🥴
Angin malam berhembus lembut sekaligus menghasilkan udara dingin yang begitu terasa menusuk ke kulit putih Zola. wanita itu, kini tengah duduk di taman Rumah Sakit. aroma khas Rumah Sakit, sedikit membuatnya kewalahan, entah mengapa perutnya terasa begitu mual mencium wangi obat-obatan. Zola mendekap erat tubuhnya dengan kedua tangannya. saat datang ke Rumah Sakit, ia lupa mengenakan pakaian tebal. yang digunakannya saat ini hanyalah kaos lengan pendek dan celana kulot panjang. Batin Zola saat ini, begitu terluka karena sikap Darel yang sudah begitu keterlaluan. untuk luka yang diberikan oleh Darel, soal perselingkuhannya dengan Rosa, mungkin akan hilang dengan berlalunya waktu. Namun, ini soal Dessy, wanita paruh baya yang tengah berjuang melawan penyakitnya, harus terluka karena sikap Darel sendiri, anak yang sudah dilahirkan oleh Dessy. tak dapat dibayangkan, bagaimana perasaan Dessy saat harus berdebat dengan darah dagingnya sendiri. tentu saja, wanita itu sakit hati. “Sudah cukup
Keesokan harinya, Zola datang bersama dengan Nadia ke Rumah Sakit. Zola sengaja membawa bubur kacang hijau kesukaan Dessy. “Bagaimana keadaan mama?” tanya Zola saat keduanya sudah berada di kamar pasien tempat Dessy dirawat. Dessy nampak begitu pucat, wanita paruh baya itu hanya menggeleng lemah tanpa menjawab pertanyaan Zola. “Jangan terlalu banyak berpikir, anda pasti akan sembuh dan pulang kembali ke rumah.” Dania mencoba untuk memahami perasaan besannya itu. Dessy mengalihkan pandangannya pada Dania, hatinya begitu terenyuh melihat kedatangan ibu Zola ini. walaupun mereka tidak dekat, karena faktor ketidak setujuan Daries pada pernikahan Zola dan Darel, sejak awal bertemu dengan Dania, Dessy sudah tahu jika wanita yang seumuran dengannya itu berhati baik.Zola menatap sekeliling ruangan tempat Dessy dirawat, dan ia tidak menemukan keberadaan Darel maupun Rosa. seperti bisa menebak pikiran Zola, Dessy meraih tangan menantunya itu.“Mereka sudah pulang. Mama jijik berhadapan denga
Daries Joyokusumo menatap sekeliling rumahnya yang terasa begitu sepi. biasanya, ia akan disambut dengan senyum manis istri tercintanya. Daries sengaja tidak memberikan kabar kepulangannya, untuk memberikan kejutan pada wanita yang amat ia cintai itu. “Dimana istriku?” tanya Daries pada salah satu maid. “Pagi-pagi sekali, Nyonya sudah pergi bersama dengan nona Zola.” Jawab wanita paruh baya yang biasa ditugaskan di bagian dapur. “Zola, pulang?” Wanita itu, mengangguk mengiyakan. “Sejak kapan?” “Sudah tiga hari, ini Tuan.” Daries manggut-manggut, lalu pergi meninggalkan wanita itu tanpa bertanya lagi. pasti ada sesuatu yang terjadi, karena tidak mungkin Zola bisa bermalam berhari-hari di rumah ini. Jika tidak terjadi sesuatu yang benar-benar mendesak. Daries merogoh ponselnya, lalu mencoba untuk menghubungi nomor telepon Dania. saat ini, ia membutuhkan sebuah penjelasan, tentang hal yang terjadi pada Zola. dan tidak butuh waktu lama, panggilannya sudah terhubung dengan istrinya.
Walaupun masih berharap untuk tetap berada di Rumah Sakit, namun Zola harus menyampingkan keinginannya itu. Ia tidak bisa terus-terusan berada di sini, karena situasi yang tidak memungkinkan. bisa saja, Rosa dan Darel datang dan itu akan membuat suasananya semakin tak nyaman. Kali ini, Zola hanya bisa pasrah pada perawat yang ditugaskan untuk menjaga Dessy.Dan disinilah Zola saat ini, ia dan Dania sudah berada di halaman rumah. keduanya baru saja turun dari mobil. “Dari mana kalian?” Zola dan Dania disambut dengan senyum hangat Daries yang tengah duduk santai di ruang tamu. “Ay-” ucapan Zola terpotong saat pandangannya tertuju pada pria yang duduk di samping Daries. “Hai Zola,” sapa Edgar dengan senyum tipisnya.“Edgar, apa yang kau lakukan disini?” Zola tak mampu menahan rasa penasarannya. untuk apa, pria ini datang ke rumahnya.“Zola, duduklah dulu.” Tekan ayahnya yang tampak tidak suka dengan respon Zola saat menyadari keberadaan Edgar.Zola memanyunkan bibirnya, sedikit kesal
" Jangan disini, Darel!” Ucap wanita yang memiliki paras ayu dengan potongan rambut sebahu. Wanita itu, kini tengah berada di sebuah toilet sekolah. Walaupun toilet dalam keadaan sepi, tapi wanita itu nampak begitu gelisah. “Kenapa,Rosa? aku sudah lama menunggu momen ini.” Sahut Darel, pria berwajah tampan yang kini tengah menatap lekat wajah wanita yang bernama Rosa. “Ini terlalu berbahaya, Darel. Bagaimana kalau ada orang yang melihat kita berada di dalam toilet?” Rosa berupaya menolak, walau dalam hatinya ia juga berharap bisa berduaan dengan Darel. “Tidak, karena aku yakin mereka semua sedang menikmati puncak pestanya.” Ucap Darel, tak ingin kalah berargumen dengan wanita yang memiliki warna rambut coklat itu. “Bagaimana dengan istrimu?” lagi, Rosa masih bersikukuh dengan pendiriannya. Lebih jelasnya, ingin melihat bagaimana reaksi Darel saat ia menyinggung soal istrinya. Ada jeda sebelum suara pria itu terdengar lagi. Otaknya mulai memikirkan Zola, istri sahnya yang saa
“Hai, Zola!”Zola menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap wajah seseorang yang tadi memanggil namanya. Kedua alisnya bertaut saat menyadari siapa yang telah menyapanya. Walaupun tidak ingin berurusan dengan wanita yang kini tengah menatapnya penuh minat itu, namun Zola tak dapat langsung menolak kehadiran wanita itu. Ia tidak ingin Rosa curiga, jika dirinya tengah menghindari situasi bersama dengannya.“Apa kabar?” tanya Rosa dengan sikap seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu antara dirinya dan Darel.Zola menarik kedua sudut bibirnya, berusaha untuk tetap tersenyum.“Baik, seperti yang kau lihat. Ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan di Hotel Suamiku?” Zola sengaja menekan kata suami, agar Rosa bisa sadar akan posisinya.“Aku dapat panggilan telepon, untuk bekerja disini.”Zola menyipitkan matanya, mencoba untuk memahami situasi dan pernyataan Rosa.“Siapa?” tanyanya dengan perasaan yang tak menentu. “Darel,”***Zola membanting pintu masuk ruangannya. Tidak peduli dengan
Setelah insiden ciuman paksa oleh Darel, Zola memutuskan untuk pergi dari Hotel. Tidak peduli dengan rentetan kata kesal yang keluar dari mulut Darel. Ia takut jika moodnya yang sudah semakin berantakan akan Ia lampiaskan kepada orang lain. Zola mengendarai mobil tanpa arah tujuan. Ingin pulang, tapi ia sedikit takut menghadapi mertuanya. Jahatkah? Tidak, justru Zola sangat terbantu memiliki mertua yang begitu baik padanya. Kesal, akhirnya Zola memutuskan untuk pergi ke Pantai. Ya, Pantai merupakan tempat ternyaman menurutnya.Setelah memarkirkan mobilnya, Zola bergegas menuju ke jejeran tempat makan dan minum yang sudah disediakan oleh pihak pengelola Pantai. Zola menikmati air kelapa muda yang begitu menyejukkan tenggorokannya. “Zola?” Zola menoleh, melihat ke arah pria yang baru saja memanggilnya. Pria dengan rambut hitam serta wajah yang begitu tampan itu, nampak jelas tersenyum manis pada dirinya.Zola mengarahkan jari telunjuknya pada wajahnya. Ia takut saja, jika ada kesalah
“Sudah ada perkembangan?” tanya pria berwajah tampan yang kini tengah menelpon seseorang. Jari telunjuknya ia ketukkan di meja, seperti tengah meresapi jawaban yang ia dapatkan saat ini.“Terus cari tahu, hal sekecil apapun jangan sampai terlewatkan!” Pria itu, tidak lain adalah Edgar Valden. Seorang Pebisnis muda tampan yang sudah sangat terkenal di kancah internasional. Pemilik Hotel bintang lima terbanyak di Indonesia dan memiliki beberapa Hotel di luar Negeri. Saat ini Edgar sedang mencari tahu soal wanita yang telah mencuri perhatiannya sejak beberapa tahun terakhir. Namun, ia harus memendam rasa itu, ketika wanita yang ia suka lebih memilih pria lain. Zola Maharani. Ya, wanita cantik itu telah mengisi hati Edgar. Beberapa bulan ini, Edgar juga sudah memperhatikan gerak-gerik suami Zola yang begitu mencurigakan. Dan benar saja, Edgar dapat mengetahui perselingkuhan Darel dari informan yang sudah ditugaskan untuk mencari tahu kehidupan Darel. “Sebentar lagi, Zola. Kau akan j