Share

Dikhianati Suami, Dipertemukan dengan Pria Sejati
Dikhianati Suami, Dipertemukan dengan Pria Sejati
Penulis: Tri Afifah

Bab 1 ( Terbongkarnya Rahasia Suamiku)

" Jangan disini, Darel!” Ucap wanita yang memiliki paras ayu dengan potongan rambut sebahu. Wanita itu, kini tengah berada di sebuah toilet sekolah. Walaupun toilet dalam keadaan sepi, tapi wanita itu nampak begitu gelisah.

“Kenapa,Rosa? aku sudah lama menunggu momen ini.” Sahut Darel, pria berwajah tampan yang kini tengah menatap lekat wajah wanita yang bernama Rosa.

“Ini terlalu berbahaya, Darel. Bagaimana kalau ada orang yang melihat kita berada di dalam toilet?” Rosa berupaya menolak, walau dalam hatinya ia juga berharap bisa berduaan dengan Darel.

“Tidak, karena aku yakin mereka semua sedang menikmati puncak pestanya.” Ucap Darel, tak ingin kalah berargumen dengan wanita yang memiliki warna rambut coklat itu.

“Bagaimana dengan istrimu?” lagi, Rosa masih bersikukuh dengan pendiriannya. Lebih jelasnya, ingin melihat bagaimana reaksi Darel saat ia menyinggung soal istrinya.

Ada jeda sebelum suara pria itu terdengar lagi. Otaknya mulai memikirkan Zola, istri sahnya yang saat ini berada dalam pesta Reuni Sekolah. Tidak dapat Darel tampik, bahwa kedatangannya ke acara Reuni Akbar ini bukan sekedar menemani Zola saja. Lebih tepatnya, ingin bertemu dengan kekasih gelapnya yang kini tengah menatapnya.

“Maksudmu, Zola? Kau tenang saja. Wanita bodoh itu tidak akan tahu hubungan kita.”

“Tap-hhhmmpphhh!” Tidak ingin mendengar lagi suara bantahan yang akan dilakukan Rosa, Darel segera membungkam bibir wanita itu dengan bibirnya. Ia sudah tidak tahan lagi, jika harus menunggu lama untuk bisa menikmati manisnya bibir Rosa.

Zola mencoba untuk menulikan pendengarannya, namun tetap saja. Suara-suara itu tetap terdengar, menyayat hatinya. Tanpa melihat, Zola dapat membayangkan saat ini suaminya tengah berciuman dengan wanita yang tidak lain adalah teman sekelasnya, dulu sewaktu mereka masih mengenakan seragam putih abu-abu.

Zola tetap berusaha untuk bersembunyi pada ruangan gudang yang terlihat sudah lama tidak terpakai. Ruangan yang kini tengah ia jadikan tempat persembunyian itu, bersebelahan langsung dengan toilet yang saat ini tengah dijadikan ajang pertemuan suami dan mantan teman sekelasnya dulu.

Bukan suatu kesengajaan Zola berada ditempat ini sekarang, kalau bukan karena campur tangan Tuhan atas hal yang kini tengah terjadi.

Cincin pernikahannya, tidak sengaja ia lepas karena jari manisnya yang terasa begitu gatal. Namun, saat ia mencoba melepaskan Cincinnya, cincin itu justru jatuh dan menggelinding ke dalam ruangan gudang ini.

Walaupun dalam keadaan tanpa penerangan, Zola memberanikan dirinya untuk masuk ke dalam ruang yang terlihat sedikit sempit itu.

Saat dirinya berusaha untuk mencari cincinnya, ia mendengar derap langkah kaki dan tidak disangka bahwa langkah kaki itu milik suaminya. Mungkin karena keduanya sedang dalam keadaan dimabuk asmara, membuat suami dan temannya itu tidak menyadari bahwa ada seseorang yang tengah berdiri dengan kaki bergetar hebat mendengarkan perkataan keduanya.

“Emphh…hentikan, Darel. Untuk saat ini, kita sudahi saja. Cukup berciuman, jika kau menginginkan lebih. Kau tahu dimana dapat bertemu dengan diriku!”

Wanita bernama Rosa itu, segera melepaskan ciumannya. Ia menatap lekat wajah pria tampan yang kini tengah menatapnya dengan mata yang memerah, menahan kabut gairahnya.

“Baiklah, aku dapat melampiaskan ini pada Zola. Jangan salahkan aku, jika aku tidur dengannya.”

“Kau berhak menidurinya, karena dia masih menjadi istri sahmu,”

‘Masih?’ Zola bergumam seraya menatap nanar cincin pernikahannya.

Zola menggenggam erat cincin pernikahan yang sudah berada dalam genggamannya. Ia menempelkan tubuhnya pada dinding, agar tidak terlihat dari arah depan. Ruangan yang gelap sedikit membantunya untuk tidak terlihat oleh siapa saja yang melewatinya.

“Jika nanti dia sudah bukan istrimu lagi, tentu saja aku tidak akan Sudi berbagi tubuhmu dengan dirinya!” Sentak Rosa saat Darel kembali hendak akan menciumnya. Tentu saja, ia harus bertindak sebagai wanita terhormat dan tidak murahan. Walaupun itu semua bukanlah gaya hidupnya. Ia harus memastikan bahwa Darel benar-benar tulus jatuh cinta padanya.

“Sepertinya, kau tidak sabar untuk segera melakukan hal itu lagi.” Darel mencoba untuk mencairkan suasana.

“Tentu saja, aku sudah muak menjadi bayang-bayang istri bodohmu itu. Aku tidak hanya menginginkan tubuhmu saja, melainkan semuanya, Darel. Jiwa ragamu, harus berada dalam genggamanku.” Kata Rosa, salah satu sudut bibirnya terangkat ke atas membentuk sebuah seringai.

Deg!

Apa mereka pernah tidur bersama?

***

Zola berjalan masuk ke dalam rumah dengan sisa tenaganya. Kepalanya terasa begitu berat dan kedua kakinya begitu sulit untuk digerakkan. Walaupun begitu, Ia tetap berusaha untuk meyakinkan diri bahwa apa yang saat ini terjadi hanya perasaannya saja. Namun, itu semua justru membuat kepalanya kian sakit dan menjadi-jadi.

“Sayang, dari mana saja kau?”

Zola mendongak, menatap wajah pria yang kini tengah menyambutnya dengan hangat. Pria itu tersenyum sambil melangkahkan kakinya menuju ke arahnya.

“Ponselmu, tidak aktif. Aku begitu panik, bahkan aku seperti orang gila saat mencarimu.”

Zola menatap wajah pria berhidung mancung itu, jika saja ia tidak mendengar langsung kejadian di toilet sekolah tadi. Zola dapat memastikan, ia akan percaya begitu saja ucapan suaminya.

“Kepalaku sakit,” sahut Zola jujur.

Zola dapat melihat raut wajah kekecewaan yang dipancarkan oleh Darel, suaminya. Tentu saja pria itu akan kecewa jika dirinya sakit, bukan karena iba. Melainkan kesal karena tidak dapat menidurinya.

“Baiklah, aku antarkan ke kamar.”

Zola tidak ingin membuat Darel curiga, jadi ia hanya bisa pasrah saat tubuhnya digendong oleh Darel menuju ke kamar.

“Istirahatlah, aku akan keluar sebentar.”

“Untuk, apa?” Zola menyandarkan tubuhnya pada kepala Ranjang dan menatap wajah Darel.

“Aku akan mencari obat sakit kepala di Apotik. Istirahatlah, aku hanya sebentar!”

Zola dapat merasakan, bagaimana pertama kalinya Darel meninggikan suaranya. Selama dua tahun mengarungi bahtera rumah tangga dengannya, Darel tidak pernah sekalipun meninggikan suaranya. Pria itu, selalu berkata manis dan memanjakan dirinya.

Melihat perubahan ekspresi wajah Zola, Darel segera menghampiri istrinya. Ia mendudukkan tubuhnya di tepi kasur sambil mengelus lembut lengan Zola.

“Maaf, sayang. Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya tidak ingin kau merasakan rasa sakit yang berlebihan,”

Zola hanya tersenyum masam menanggapi perkataan Darel.

Apa dia lupa bahwa di rumah ini sudah tersedia obat-obatan?

Zola tidak memperpanjang masalah. Ia tahu betul, apa yang saat ini tengah dirasakan oleh suaminya. Memendam hasratnya untuk bisa tersalurkan, pasti membutuhkan tenaga ekstra.

“Apa kau bertemu dengan Rosa?”

Zola menatap dalam manik hitam suaminya. Pria itu, tanpa sadar menarik tangannya yang sejak tadi mengelus lengan Zola.

“En, entahlah. Aku tidak yakin, karena begitu banyak alumni SMA yang ikut serta. Mungkin saja, yang aku lihat tadi Rosa. Tapi, aku tidak sempat menyapanya.”

Zola mengangguk mengiyakan, lalu memajukan tubuhnya mendekat pada Darel.

“Benarkah itu?”

Darel segera merubah posisi duduknya menjadi berdiri. Menghindari tatapan mata Zola.

“I, iya. Sudahlah kita tidak perlu membicarakan hal itu. Aku akan per-”

“Kau tahu mas, aku begitu mencintaimu.”

Langkah kaki Darel terhenti begitu mendengar ucapan Zola. Pria itu nampak membalikkan tubuhnya dan menatap dalam manik cokelat Zola. Ada rasa kasihan saat menatap wajah sendu wanita yang sudah dinikahinya selama dua tahun. Wanita cantik yang sangat diidolakan oleh para lelaki diluaran sana.

Darel tidak dapat menampik, bahwa sebenarnya Zola memiliki wajah yang begitu indah dipandang. Kecantikannya begitu alami. Bahkan disaat istrinya itu tidak memakai riasan pun, cantiknya masih terlihat begitu mempesona. Namun, sebagai lelaki normal ia juga tidak bisa menampik bahwa ia butuh wanita lain yang mampu mengimbangi permainan ranjangnya. Ya, Zola payah dalam urusan ranjang. Berbeda sekali dengan Rosa. Walaupun kecantikan Rosa dibawah Zola, tapi wanita itu mampu memberikan sebuah kenyamanan yang tidak diberikan oleh istrinya.

Zola masih menunggu respon yang nantinya akan dikatakan oleh Darel. Namun, hal yang ingin begitu Zola dengarkan, nyatanya tidak seperti keinginannya. Pria itu hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Lalu, berlalu pergi begitu saja tanpa mengatakan apa-apa.

Zola hanya mampu meremas ujung roknya. Bulir air matanya menetes begitu saja, pertanda bahwa pertahanannya sudah diambang batas kemampuannya. Zola yakin, suaminya itu hanya beralasan bahwa akan mencarikannya obat. Pria itu, pasti tengah berencana untuk kembali menemui selingkuhannya. Tentu saja, untuk menyalurkan hasratnya yang tertunda.

Zola mendongak menatap ke arah Foto pernikahannya dengan Darel yang terpasang di dinding kamarnya.

“Jadi, kau menyetujui permintaan ku untuk datang ke acara Reuni ini. Hanya untuk bertemu dengan selingkuhanmu, mas?” sesal Zola dengan bibir yang bergetar menahan air matanya agar kembali tidak tumpah.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fransiscaroom
hayoo, Darel.. mati deh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status