Share

Bab 3 ( Neraka Pernikahan)

Setelah insiden ciuman paksa oleh Darel, Zola memutuskan untuk pergi dari Hotel. Tidak peduli dengan rentetan kata kesal yang keluar dari mulut Darel. Ia takut jika moodnya yang sudah semakin berantakan akan Ia lampiaskan kepada orang lain. Zola mengendarai mobil tanpa arah tujuan. Ingin pulang, tapi ia sedikit takut menghadapi mertuanya. Jahatkah? Tidak, justru Zola sangat terbantu memiliki mertua yang begitu baik padanya. Kesal, akhirnya Zola memutuskan untuk pergi ke Pantai.

Ya, Pantai merupakan tempat ternyaman menurutnya.

Setelah memarkirkan mobilnya, Zola bergegas menuju ke jejeran tempat makan dan minum yang sudah disediakan oleh pihak pengelola Pantai. Zola menikmati air kelapa muda yang begitu menyejukkan tenggorokannya.

“Zola?”

Zola menoleh, melihat ke arah pria yang baru saja memanggilnya. Pria dengan rambut hitam serta wajah yang begitu tampan itu, nampak jelas tersenyum manis pada dirinya.

Zola mengarahkan jari telunjuknya pada wajahnya. Ia takut saja, jika ada kesalah pahaman.

“Ya, bukankah kau Zola?” lagi, pertanyaan yang sama. Berarti, Zola tidak salah mendengar bahwa pria berkacamata hitam itu tengah memanggilnya.

“Anda, mengenal saya?”

“Istri Darel Mananta. Siapa yang tidak kenal?”

Zola hanya tersenyum masam. Malas untuk menanggapi rekan suaminya.

***

Saat matahari sudah mulai terbenam, Zola baru kembali menginjakkan kaki di rumah. Saat membuka pintu, orang yang pertama menyambut kedatangannya tidak lain adalah Darel. Pria itu nampak begitu berantakan. Zola tidak tahu pasti, apa yang sebenarnya terjadi.

Saat akan melewati tubuh Darel, pria itu mencekal lengan Zola. Tidak mengizinkan istrinya dengan mudah melewati tubuhnya begitu saja.

“Dari mana saja, ponselmu tidak aktif dan aku hampir gila mencarimu!”

Zola menarik napas dalam-dalam, lalu menatap manik hitam milik Darel. Pria itu memang nampak begitu kacau. Tapi, Zola memperingatkan pada otak dan hatinya untuk tidak besar kepala. Karena belum tentu, Darel benar-benar khawatir atas kepergiannya.

“Mas terlalu berlebihan. Aku hanya pergi sebentar, jadi tidak perlu repot-repot untuk mencariku.” Zola mencoba untuk melepaskan cengkraman tangannya, namun Darel kian mempererat cengkraman pada lengan tangannya.

“Lepaskan aku, mas. Jangan sampai mama melihat ini semua!”

Darel mengikis jaraknya, tidak peduli dengan ancaman yang dikatakan oleh Zola.

“Jadi, kau benar-benar akan bercerai dariku?”

Zola dapat merasakan jantungnya berdebar kencang,kesal dengan pertanyaan yang baru saja keluar dari bibir Darel.

“Ya, mari kita bercerai. Mas bisa dengan mudah bertemu dan tidur bersama wanita itu. Jangan jadikan diriku penghalang untuk bisa mendapatkan wanita yang kau cintai,”

Darel gegas untuk menarik tangan Zola, agar wanita itu mengikuti langkahnya.

“Lepas, mas!”

Darel sudah tidak memperdulikan rengekan dan kekesalan yang terpancar dari wajah istrinya.

Tubuh Zola didorong sampai terjatuh tepat diatas kasur kamar keduanya. Belum sempat Zola untuk bangkit, namun Darel lebih dulu menindihnya. Zola tak dapat berkutik, saat kedua tangannya dicengkeram oleh Darel.

Dadanya naik turun menahan emosi. Ia seperti membayangkan adegan film yang mempertontonkan seorang wanita digagahi oleh pria.

“Jadi, kau sudah mengetahui perihal tentang hubungan ku dan Rosa. Kalau begitu, tidak ada yang perlu aku tutupi. Tapi Zola, kau tidak bisa dengan mudah pergi begitu saja dari rumah ini.” Darel merasa pergerakkan kaki Zola yang tidak bisa diajak kompromi.

“Diam dan dengarkan aku! Aku akan menikahi Rosa dalam waktu dekat ini, jadilah istri yang baik. Aku akan bersikap adil pada kalian,” Darel mendekatkan wajahnya pada leher Zola, lalu mengecup lembut leher putih wanita yang kini tengah memejamkan matanya. Darel pikir, Zola menikmati ciumannya. Nyatanya, Zola saat ini tengah berpikir keras. Bagaimana bisa, dirinya bebas dari Neraka pernikahan yang diciptakan oleh suaminya sendiri.

Kali ini, Darel mencium bibir Zola. Mengecap manisnya keindahan yang diciptakan oleh Tuhan.

Anggap saja dirinya bodoh bisa tertarik pada wanita lain yang wajahnya saja jauh dari Zola. Namun, sebagai seorang pria tentu saja naluri lelakinya akan terpancing jika terus digoda.

Merasa tidak ada perlawanan, Darel memberanikan diri untuk mengelus lembut bagian bawah tubuh istrinya. Walaupun permainan ranjang Zola tidak bagus, namun Darel tidak dapat menampik bahwa tubuh Zola jauh lebih indah dibandingkan dengan Rosa.

“Jauhkan tangan kotormu dari tubuhku!”

Darel mengerjab, terkejut dengan sikap Zola yang ia pikir sudah luluh.

“Kau tahu mas, aku bisa saja dengan mudah menghancurkan posisi mu di dalam Hotel. Jadi, jangan pernah berpikir untuk berhubungan badan denganku. Aku lelah, jadi pergilah untuk melampiaskan hasrat mu pada wanita brengsek itu!”

***

Hati istri mana yang tidak terluka, jika mengetahui perihal tentang perselingkuhan suami dengan wanita lain. Zola berusaha untuk menjalani kehidupan pernikahannya seperti biasa. Rencananya belum terlalu matang untuk bisa ia eksekusi. Zola juga harus mempertimbangkan kondisi Mertuanya yang saat ini tengah menderita penyakit jantung. Mungkin sebagian orang akan mengatakan bahwa dirinya bodoh, jika memilih bertahan dalam pernikahan ini.

Tapi, sebagian hati nuraninya berkata bahwa Dessy, mertuanya masih membutuhkan kehadirannya di rumah ini.

Sebenarnya Zola memiliki rencana untuk mempermalukan Darel dan Rosa dihadapan umum, namun hal itu ia urungkan karena faktor penyakit yang diderita oleh Dessy. Jika sampai Dessy mengetahui perihal tentang kebusukan anak semata wayangnya itu, bisa Zola pastikan pasti jantung Dessy akan kembali bermasalah dan bisa saja, menyebabkan terjadinya kematian.

Saat akan menikmati teh hangatnya, suara cempreng seseorang menusuk pendengarannya.

“Hai, Zola!”

“Hai, Rosa,” jawabnya sambil tersenyum. Lebih tepatnya, memaksakan bibirnya untuk tersenyum pada calon madunya.

Wanita berpenampilan seksi itu, ikut duduk di meja yang Zola tempati. Tentunya, tanpa permisi.

“Menunggu kedatangan seseorang?”

Zola mengangguk, tidak berminat sama sekali untuk menjawabnya.

“Jika orang itu Darel, sepertinya kau harus patah hati. Karena saat ini, Darel sedang ada tamu dari Jakarta.” Senyum kemenangan tercetak jelas menghiasi wajah Pelakor itu. Pasti Rosa merasa bangga, karena mampu mengetahui jadwal Darel ketimbang Zola, yang notabene adalah istri sah Darel.

“Oh, sayang sekali. Seharusnya aku tahu, tapi justru dirimu yang tahu lebih banyak tentang suamiku,” ada nada kecewa yang sengaja Zola selipkan, agar Rosa merasa menang dalam hal ini.

“Ya, tentu saja. Karena aku spesial. Teman Darel yang memiliki tempat tersendiri dalam hati suamimu, itu.”

Zola memperhatikan keadaan sekitar, kebetulan Restoran belum terlalu penuh oleh para tamu Hotel.

Zola menyilangkan kedua tangannya di depan dada, lalu mencondongkan tubuhnya ke depan. Ia menatap tajam kearah Rosa yang masih menampilkan senyum manisnya.

“Selamat datang di Neraka Pernikahan antara aku dan Darel. Kau yang suka rela menjadi bahan bakarnya, jadi bersiaplah untuk mati terbakar di dalamnya!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status