Share

68. Dibalik Cerita

Pov Martia

Sekitar pukul enam pagi aku mulai mendorong rolliing door warung kelontong. Bersiap menjemput rezeki yang diberikan illahi. Bisa dibilang warung yang merupakan warisan dari orangtuaku ini cukup besar dan komplit. Tidak hanya menyediakan sembako dasar, tetapi juga bumbu-bumbu serta jajanan kesukaan anak-anak. Banyak warga yang menjadi langgananku, langganan belanja juga langganan utang. Meski begitu aku tetap bersyukur karena aku masih bisa bekerja meski di rumah saja.

Selesai menata gas elpiji tiga kilogram juga beberapa barang yang memang di tempatkan di luar warung, serta menyapu lantai dan halaman depan aku bersiap menyambut pembeli pertama di pagi ini. Sialnya yang datang justru tiga serangkai yang hobinya meronce. Perlu digaris bawahi dalam hal ini bukan meronce bunga tapi meronce kata-kata.

Aku cukup malas menyapa mereka dulu. Namun, bagaimanapun itu mereka bertiga adalah pembuka gerbang rezeki yang pertama di hari ini. Maka demi melancarkan aksi bekerja dengan pelay
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status