Share

71. Selamat Datang Rasa

Sudah satu minggu ini kami menginap di tempat tante Mutia. Aku masih belum menemukan kontrakan yang tepat untuk kutinggali bersama Akila. Tidak mungkin selamanya menumpang di kamar kecil di lantai dua itu.

Kusibak selimut yang cukup menghangatkan badan di pagi ini. Musim kemarau membuat hawa dingin menyusup masuk sampai dalam kamar. Sejenak kulihat Akila yang meringkuk di sampingku memeluk guling. Selimutnya cukup berantakan. Aku tersenyum sendiri seraya menambahkan satu selimut untuknya.

"Udah bangun, Mir? Mau lail?"

Tante Mutia rupanya sudah bangun lebih awal. Beliau mungkin harus menyiapkan banyak hal.

"Udah, Tante. Ini gak bisa merem lagi," jawabku.

"Lail sekalian, Mir, sama nunggu subuh. Doa yang banyak."

Aku mengangguk kecil. Mungkin saran Tante Mutia bisa kulakukan sekalian untuk meredam perasaan aneh ini.

"Baik, Tante."

Sejak jam dua bahkan aku sudah terjaga. Semalam Arga memberitahu akan menjemput Bos Teo di bandara sekitar pukul delapan pagi. Arga juga mengajakku untuk
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status