"Yoan?" panggil Darwin dengan terkejut."Buset, untung aku nggak mati." Yoan tertawa terbahak-bahak.Darwin segera melepaskan ikatannya sambil berkata, "Jangan tertawa lagi, kamu kehilangan banyak darah.""Kak, kukira aku bakal mati hari ini. Kamu penyelamatku. Aku cinta mati padamu!" Yoan mencoba untuk berdiri, tetapi langsung terjatuh ke tubuh Darwin karena lemas.Sejak kecil, mereka berdua adalah tetangga. Mereka selalu makan bersama, pipis bersama, bahkan menghancurkan taman bersama. Setelah SMP, Yoan mewarisi aset keluarganya dan mendaftar di sekolah militer.Sementara itu, Darwin melanjutkan studi di sekolah bisnis luar negeri sesuai permintaan kakeknya. Keduanya pun tidak pernah berkontak lagi. Tanpa disangka, mereka malah bertemu dengan cara seperti ini."Kamu bukan penjahat, 'kan?" tanya Darwin sambil meliriknya sekilas dengan tidak acuh."Tentu saja bukan. Ayo, aku akan membawamu bersenang-senang!" sahut Yoan sambil mengobati lukanya secara sederhana. Kemudian, dia membawa Da
Ketika Paula dan Rhea tiba di rumah lama Keluarga Sasongko, mereka melihat banyak reporter menunggu di luar. Charlie menyuruh sopir menghentikan mobil di tempat tersembunyi yang cukup jauh dari rumah lama. Kemudian, dia berkata kepada Paula dengan wajah pucat pasi, "Aku sudah mengatur mobil lain untukmu. Kamu menjauh dulu."Paula masih sibuk menenangkan Rhea. Begitu mendengarnya, dia termangu sesaat. Dia baru sadar bahwa Keluarga Sasongko akan membahas berbagai hal yang berkaitan dengan rahasia perusahaan. Memang kurang pantas baginya untuk mendengar."Charlie, apa maksudmu? Paula sahabatku. Aku percaya padanya!" pekik Rhea. Dia dan Paula sama-sama mengira Charlie ingin mengusir orang luar.Charlie memijat keningnya sambil menjelaskan dengan tidak berdaya, "Keluarga Sasongko sedang berada dalam bahaya. Paula nggak perlu melibatkan diri dalam masalah ini. Lagian, kalau terjadi sesuatu pada Paula, kamu yang akan panik."Dalam situasi seperti ini, mereka tidak boleh membiarkan musuh menge
"Untung semua cuma luka luar. Dia pingsan karena kehilangan banyak darah." Dokter itu adalah kenalan lama Terry. Ketika melihat Rhea menangis, dia buru-buru menenangkannya.Rhea menghela napas lega. Dia tidak melihat dokter itu mengobati Charlie lagi, melainkan berbalik untuk keluar. Dia bertanya, "Di mana Kakek Buyut?""Tuan Terry tidur setelah makan obat," jawab kepala pelayan sambil menuntun jalan untuk Rhea. Setelah melihat Terry tidur dengan tenang, dia baru merasa lega. Kemudian, Rhea pergi ke ruang bawah tanah untuk menginterogasi para pengkhianat itu.Ketika Rhea melihat metode yang digunakan pengawal Darwin untuk pertama kalinya, Paula sudah tiba di apartemennya. Para reporter yang berkumpul di tempat ini seharusnya sudah pergi ke rumah lama Keluarga Sasongko karena tidak ada siapa pun lagi.Paula teringat pada Darwin yang menyuruhnya untuk menunggu. Sesudah itu, dia turun ke lantai bawah untuk membeli berbagai macam obat untuk luka luar.Paula tahu Keluarga Sasongko memiliki
Hati Darwin sontak luluh. Dia termangu dan tidak menolak, lalu mengikuti Paula masuk ke kamar yang wangi itu."Duduklah." Paula menyuruhnya duduk di pinggir ranjang. Darwin mengernyit sesaat melihat seprai berwarna merah muda, lalu berkata, "Berikan saja obatnya kepadaku.""Lepaskan celanamu dulu," ujar Paula yang merasa cemas. Kalau Darwin takut seprainya kotor, dia hanya perlu melepaskan celananya. Lagi pula, bagaimana cara mengobati luka di kaki kalau pria itu masih memakai celana?Terdengar tawa di belakang. Paula yang sedang menyiapkan obat pun bertemu pandang dengan tatapan nakal Darwin. Seketika, wajahnya memerah. Dia menegur, "Jangan pikir macam-macam. Aku cuma membantumu mengoleskan obat. Bukannya pria dan wanita sama saja di mata dokter?""Itu cuma berlaku untuk wanita lain," gumam Darwin sambil berjalan ke kursi di balkon. Paula yang wajahnya memerah tidak bisa mendengar dengan jelas sehingga mengira dirinya berhalusinasi."Kamu mau membantuku mengoleskan obat, 'kan?" Darwin
Paula malu hingga terduduk di lantai. Sandal yang dipakainya sampai terlepas satu. Darwin pun terkekeh-kekeh melihatnya. Dia memungut sandal itu, lalu membantu Paula memakainya."Tidur lebih awal malam ini," ujar Darwin sambil mengelus kepala Paula. Kemudian, dia bangkit dan pergi."Lukamu ...," ucap Paula yang tersadar kembali. Darwin melambaikan tangannya sambil membalas, "Kalau kamu yang mengobatiku, mungkin lukaku nggak akan pernah sembuh."Darwin pun keluar dan menutup pintu kamar Paula. Paula memegang wajahnya, menenangkan diri untuk sesaat. Kemudian, dia pergi ke dapur untuk memasak mie kuah. Setelah matang, dia mengetuk pintu kamar Darwin dengan gugup.Pintu terbuka dengan cepat. Terlihat Darwin yang mengenakan handuk di pinggangnya dan tercium aroma sabun. Pria ini seharusnya baru selesai mandi."Kamu mandi?" tanya Paula sambil memelotot. Itu artinya, obat yang dioleskannya tadi sia-sia?Darwin menyahut tanpa merasa bersalah sedikit pun, "Ya, kamu harus membantuku mengoleskan
Ketika melihat hasil perbannya yang jelek, Paula mengangguk dengan puas. Dia kembali ke kamar sendiri, lalu menyalakan komputer untuk membuat gambar lagi. Dia ingin melukiskan aksi heroik Darwin malam ini.Di sisi lain, Darwin tidak bersantai begitu saja. Dengan tubuh yang penuh luka, dia mengadakan pertemuan dengan beberapa orang kepercayaannya hingga dini hari."Bos, identitas orang yang menyediakan obat untuk Aurel sudah terungkap. Dia putra haram dari keluarga cabang Sudarmo."Darwin mengangkat alisnya sedikit. Keluarga Sudarmo? Hal ini di luar dugaannya. Kepala Keluarga Sudarmo tidak bodoh. Jadi, semua ini disebabkan oleh anak haram itu?"Sebelum dewasa, Harry pernah berseteru dengan orang tuanya sampai masuk berita. Pada masa remaja, dia sering memberontak dan nggak pernah serius belajar.""Ayahnya, yaitu Kepala Keluarga Sudarmo yang sekarang, nggak sengaja mendapati anak haram itu sangat cerdas sehingga ingin membinanya. Tapi, dia akhirnya membatalkan niatnya. Hanya saja, Keluar
Sorot mata Darwin seketika menjadi dingin. Gadis itu terpaksa berhenti berbicara, lalu berdiri dengan sopan sambil menatapnya dengan takut.Bawahan yang sebelumnya pun mencoba membelanya, "Bos, Azura cuma mengkhawatirkanmu. Dia nggak punya maksud lain kok ....""Dia bukan orang yang pantas kalian gosipi," ujar Darwin sambil melirik mereka dengan dingin, lalu mengakhiri panggilan video.Azura dan Sofyan pun bertatapan. Kemudian, Azura mencebik sambil berkata, "Entah sihir apa yang diberikan wanita itu kepada Bos. Kamu pernah melihat Bos bertindak dengan perasaan? Kita sudah menyusun semuanya dengan baik, tapi wanita itu bersikeras membawa Bos keluar semalam. Kalau nggak ada dia, Bos nggak bakal berada dalam bahaya! Bos hampir mati dibuatnya!""Tapi, kalau Bos nggak keluar, Nona Rhea yang akan mati," ujar Sofyan untuk memperingatkan.Azura mengepalkan tangan dengan erat dan membalas dengan enggan, "Pokoknya dia cuma bisa mencelakai Bos. Nona Rhea saja nggak separah itu.""Kamu sudah lupa
Wilson sudah ingin melakukan ini sejak awal. Dia sudah cukup bersabar sejak awal. Darwin jelas-jelas ditakuti saat di luar negeri, tetapi sekarang malah harus berwaspada karena orang-orang ini.Jika Terry tidak mengatakan para keluarga kaya ini sudah berteman lama sehingga tidak perlu dilenyapkan, Darwin tidak mungkin menjadi sasaran pembunuhan seperti ini.Darwin tidak mengatakan apa pun. Dia hanya melirik sekilas, tetapi Kepala Keluarga Kurniawan sudah ketakutan. Namun, Kepala Keluarga Kurniawan masih merasa enggan menerima kekalahan ini. Dia masih ingin mencoba menyerang Darwin.Bukankah Darwin dikatakan tewas karena ledakan di bar? Kenapa dia masih hidup? Namun, dua jam kemudian, Kepala Keluarga Kurniawan terpaksa menarik mundur semua bawahannya.Ini karena mereka mendapat kabar bahwa generasi muda Keluarga Mukhti dihajar habis-habisan, bahkan seluruh sumber daya mereka terputus. Semua klien sampai datang untuk meminta ganti rugi.Kepala Keluarga Mukhti hampir terkena stroke, tetap