Hadi Firmansyah, mahasiswa tampan dan Playboy, tiba-tiba dijodohkan dengan Shiena, seorang janda beranak satu yang berwajah sederhana dan lebih tua darinya. Yang lebih membuatnya terkejut, wanita yang dinikahinya ternyata adalah dosennya.
Lihat lebih banyakBasmah menoleh ke arah ibunya, dia langsung berlonjak gembira menyambut kedatangan ibunya. "Mamah," teriak Basmah sambil berlari ke arah Shiena dan langsung memeluknya."Hmm, katanya mau jadi muslimah yang taat, masuk rumah kok, salam dulu," sindirku pada wanita yang kini terlihat melotot dan mendengkus kesal."Bentar ya sayang, Basmah pergi sama Bi Susi ya , mama mau salim dulu," ucapnya sambil berjalan ke arahku. Dia mengulurkan tangannya kemudian meraih tanganku dan menyalamiku. "Kamu marah sama aku, ya?" tanyanya sembari mengerlingkan sudut matanya. Manis, sih, tapi ... ah membuatku jengkel.Aku tak menjawabnya, rasa kesal di hati ini belum hilang karena aku dipermalukan di Mall tadi. "Shiena, Hadi, kalian udah datang?" tanya mamaku yang baru keluar dari arah dapur. Aku dan Shiena berjalan ke depan mama dan menyalaminya secara bersamaan. Shiena mau menyalami Mama, tapi aku merebut tangan Mama dan akan menyalaminya, tapi barusan aku mau mencium tangan Mama, Shiena malah merebutny
Pov HadiMarina dan Leni kini berhadap-hadapan, yang satu menyingsingkan lengan bajunya, yang satu melempar tas jinjingnya ke sembarang arah bersiap untuk menyerang."Wah, kayaknya seru nih, ada tontonan geratis, ayo lihat!" seru salah satu dari para pengunjung Mall yang kemudian diikuti yang lainnya. Mereka mengelilingi kami, sementara itu Shiena tellihat mengulum senyum. Dengan penuh kekesalan, aku mendekatinya. "Bu, ini apa-apa an sih? Ibu kan dosen, kenapa ibu malah ngompori mereka buat tarung begini?" protesku pada istriku."Sembarangan kamu, aku cuma ngajak Leni ke sini, katanya kamu mau putus?" balasnya sewot.Aakhlhlgh, perempuan memang aneh."Putus, sih putus, gak kaya gini-gini juga, kali!" sewotku merasa pusing. Aku mengacak rambutku sendiri.Leni kini mulai akan menjambak Marina."Rasakan ini perempuan plakor!" teriak Leni sambil melompat menerkam Marina. Marina tak terima, dia pun membalasnya."Kamu yang pelakor, akhkh!" Marina berteriak sambil menjambak rambut Leni.
Pov 3Hadi tersenyum tipis melihat Shiena duduk di tepi ranjang sambil membaca buku. Ada kedamaian di hatinya saat melihat wajah manis istrinya itu."Dia memang gak cantik, tapi sangat manis ternyata. Meski di usianya yang sudah lebih dari 30, ternyata dia masih terlihat menggemaskan. Kemana saja aku selama ini. Ah, sepertinya rasa ini bukan hal yang baru. Apa selama ini aku sudah mencintai dia, tapi karena gengsiku saja aku tak mampu mengungkapkan rasa," batin Hadi. Dia terlihat bahagia sampai-sampai dia tak sadar saat Shiena bangkit dan menepuk tangannya.Plak!"Ngapain kamu bengong? Hmm aku tahu, kamu lagi merhatiin aku ya?" tanya Shiena."Aduh! Hehe Ibu, ngagetin aja. Kok, gak tidur?" tanyanya mengalihkan perhatian Shiena."Aku masih baca novel. Kamu sendiri ngapain senyam-senyum gitu ngelihatin aku? Ouh, ketahuan, kamu mulai naksir sama istri kamu ini, iya, kan?" ledek Shiena sambil berjalan mengitari tubuh suaminya. "Makanya, jangan sok ngomong aku janda buluk، sekarang malah
Hari berganti hari, tak terasa sekarang sudah seminggu aku menjadi suami dari Shiena. Hari ini adalah hari pertama dia akan masuk kampus lagi untuk mengajar.Pagi ini dia terlihat sudah bersiap-siap, tapi kali ini penampilannya sungguh berbeda. Ya, biasanya dia kalau mengajar selalu memakai pakaian yang longgar dan kuno, gaya jilbabnya pun dia tidak meniru orang lain.Tapi hari ini dia memakai gamis kekiinian yang ia padu dengan pashmina. Ia juga memakai outer sebuah jas. Meski dia masih memakai kaca mata, ia tetap terlihat anggun dan cantik dengan gayanya itu."Had, boleh minta tolong, gak?" tanyanya padaku setelah ia selesai berpakaian."Apa itu? " tanyaku singkat. "Tolong anterin Basmah ke sekolahannya, ya! Aku hari ini harus segera berangkat karena akan ada rapat di kantor,"Usai berkata begitu, dia segera meraih tanganku dan menciumnya, kemudian pergi mengendarai mobilnya, sebuah mobil sedan berlogo bintang yang harganya di atas 700 juta. Entahlah, aku sendiri heran dari mana i
Entah perasaan apa yang kurasa saat ini, aku begitu berbunga-bunga dan selalu saja ingin tersenyum bila mengingat wajah wanita yang sudah sah menjadi istriku itu.Hari ini aku puas sekali karena sudah berhasil mengerjai dia dari pagi. Entah kenapa aku sangat senang melihat wajahnya yang sedang menahan amarah dan jengkel atas kelakuanku.Aku senang sekali kala melihat dia menyalamiku dan mencium tanganku. Dosen yang selama ini selalu galak dan memberiku hukuman, kini malah mencium tanganku. Ah, rasanya sungguh menyenangkan."Mas Hadi, kenapa melamun?" Suara cempreng itu membuyarkan lamunanku. Mataku membulat melihat wanita di depanku. Marina, gadis cantik yang sudah beberapa bulan bekerja di cafe ibuku ini sebagai kasir.Aku memacari gadis ini sejak dua bulan lalu, tepatnya saat si Nisa pergi tanpa kabar. Entahlah, sejak si Nisa pergi, aku kesepian. Dan untuk mengobati itu, aku memacari beberapa orang gadis, di antaranya Marina dan Lena, teman kampusku."Eh, Enggak, Kok, kamu lagi ngap
Pov ShienaHari ini aku benar-benar dibuat jengkel oleh kelakuan laki-laki yang kini sudah sah menjadi suamiku ini.Seenaknya saja dia nyelonong masuk saat aku membersihkan Basmah. Aku paling tidak suka saat anakku mandi ditonton orang, meski itu keluarga sendiri. Seorang janda yang punya anak perempuan kemudian menikah lagi, harus hati-hati menjaga anak perempuannya. Meski seorang ayah tiri telah menjadi mahram dan haram menikahi, tapi sebagai ibu kita wajib hati-hati agar anak tak terlalu dekat dengan ayah tiri. Sudah banyak kejadian yang terjadi di masyarakat. Bukannya kita harus curiga pada suami, tapi kita wajib menjaga pergaulan diantaranya harus ada batasan tertentu antara anak kita dan ayah tirinya tidak tergoda oleh bujukan setan yang selalu saja mengambil kesempatan menggoda bani Adam.Aku ingin mengajarkan anak agar menutup aurat dan itu aku awali dengan cara tidak mempertontonkan bagian tubuh yang sensitif dimulai dari kecil.Setelah aku selesai dengan Basmah, aku gegas
Dengan malas, aku pergi ke dapur dan sarapan bersama Mama dan Lidya."Had, kamu ke Resto hari ini, kan?" tanya Mama. Aku langsung mengangguk sambil memasukkan sedikit nasi goreng ke mulutku.Tadinya kukira tak enak, setelah kucicipi, ternyata sangat lezat.Ternyata Lidya bukan hanya pintar dalam akademik, tapi juga pintar memasak. Eh, kenapa aku jadi memuji wanita itu?Aku melirik ke arah wanita yang sudah sah menjadi istriku ini. Ada yang berbeda dari wajahnya, tapi entah apa. Setelah kuingat, ternyata dia tidak memakai kaca matanya."Ternyata tanpa kaca mata, wajah dia lebih terlihat muda," pujiku, tentunya hanya dalam hati. Kalau aku langsung mengatakan dia cantik, bisa-bisa besar kepala dia."Hadi! kok, malah bengong? Hmm, mentang-mentang pengantin baru, diliatin terus, apa belum puas semalaman berduaan?" sindir Mama, yang tentunya membuatku terkesiap. Sementara Lidya, kulihat ia melirikku, kemudian tersenyum ke arah Mama."He-he-he, Hmm Mama tadi nanya Hadi ke Resto, kan?" tany
Waktu sudah menunjukkan pukul 12 lewat, tapi Hadi masih gelisah, Hadi berusaha memejamkan matanya, tapi tak jua bisa ia lakukan.Bagaimana pun dia adalah laki-laki normal, yang apabila berduaan dengan perempuan pastilah timbul perasaan aneh."Gila, kenapa aku kegerahan gini, padahal AC nyala, tapi kenapa terasa panas. Apa karena ada Bu Lidya?" Hadi bergumam sendiri sambil melirik ke arah istrinya yang sudah terlelap.Mungkin karena ini bukan hal pertama bagi Shiena tidur di samping suami, jadi dia tak merasa gelisah, lain dengan Hadi yang memang baru pertama kali tidur di samping perempuan.Perlahan Hadi mendekat ke arah Shiena dan dipandanya wajah Shiena dengan seksama. "Manis juga kalau lagi merem kek gini. Astagfirullah kenapa aku jadi tertarik dengan wanita ini? Iih amit-amit, tapi ... sekarang dia istriku. Meski aku ngucap amit-amit berjuta kali, kenyataannya dia sekarang istriku.. Hadeuh, apa aku kualat, ya? karena aku sering menghinanya."Hadi terus saja merutuki diri sendiri y
Hadi terlihat mondar-mandir di kamarnya. Sementara Shiena masih khusyu dengan lantunan bacaan ayat Alquran setelah ia selesai salat isya."Kamu gak salat, Had?" Shiena mencoba mencairkan suasana di kamar pengantin yang kaku dan aneh itu.Hadi terlihat kesal dengan pertanyaan wanita yang sudah shah menjadi istrinya itu. Hadi mulai mendekat ke arah Shiena dia menghempaskan bokongnya di dekat Shiena dan mulai berbisik."Bukan urusan Anda, Bu Dosen. Dengar, ya, Bu Shiena atau Bu Lidya atau Bu siapa kek, saya gak perduli dengan nama Ibu.Saya tegaskan sama ibu, Ibu ini memang sudah sah menjadi istri saya, tapi ibu sama sekali tidak berhak mengatur saya, karena saya tidak akan pernah menginginkan ibu menjadi istri saya, Bagi saya Ibu ini hanyalah dosen saya, tidak lebih. Cam kan baik-baik, Bu Lidya!" tegasnya dengan suara setengah berbisik, karena Hadi tak mau Mamanya mendengar percakapan mereka berdua.Deg..Jantung Shiena terasa nyeri mendengar kata-kata murid nya yang kini telah men
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.