Share

Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 4]

Malam sudah datang, tapi Akiko masih berada di keluar untuk jalan-jalan malam bersama anjingnya, Kouma. Tapi suasana malam itu rasanya agak berbeda, tidak seramai biasanya. Hanya ada beberapa penjual yang bahkan sedang menutup toko padahal masih jam 8 malam. 

Akiko berhenti sejenak, untuk memberikan Kouma camilan. Tapi, bodohnya Akiko malah berhenti di depan lorong gang gelap. Seseorang menariknya dengan kasar, sampai dia terjatuh di tanah yang lembab. 

"Mau ke mana, cantik?" tanya lelaki bertubuh besar itu, sambil berjalan mendekati Akiko. 

Kouma menggonggong hebat, dia memang agak galak dengan orang baru. Bahkan dia ingin menggigit pria asing yang semakin mendekat. 

"Berisik!" pria itu memukul Kouma dengan kayu besar, sehingga Akiko buru-buru menahan tali Kouma agar tidak begitu maju. Tapi, tenaganya ternyata kalah dengan anjing ras besar itu. Alhasil, tali Kouma berhasil beralih tangan. 

"Lepaskan anjingku," pinta Akiko. 

"Tukar saja dengan tubuhmu," sahutnya sambil mengeluarkan pistol dari dalam saku celana, lalu mengarahkan ke kepala Kouma. Ia memasang wajah mesum, jelas sekali ingin menikmati tubuh Akiko secara cuma-cuma. 

Akiko hanya diam, tidak mau salah bergerak sampai melukai Kouma. Matanya tertuju pada sebuah mobil yang terparkir di seberang gang sana. Mungkin ada orang yang bisa membantunya, pikir Akiko. Jadi dia segera berlari keluar dari lorong gang untuk mencari bantuan. 

"Hei!" teriak pria dari dalam gang. Untungnya, dia tidak melepaskan tembakan. 

Sesampainya di depan gang, Akiko melihat seorang pria sedang merokok dan bersandar pada mobilnya. Tanpa berpikir panjang, dia segera berlari ke arah pria itu dengan nafas tersengal-sengal. 

"Sir, please help me!" mohon Akiko. Sedangkan pria itu hanya menatap dingin tanpa bereaksi apa pun. 

"Anjingku sedang dalam bahaya, tolong bantu aku," mohon Akiko kembali. 

"No," jawab pria itu singkat. Membuat Akiko terdiam bingung. 

"What?" tanya Akiko merasa tidak percaya. 

"Aku tidak mau membantumu," tegasnya. 

Akiko memundurkan langkahnya pelan, memang tidak bagus berharap pada orang lain. Lagi-lagi, Akiko bertemu dengan orang egois di hidupnya. Ia menatap gang itu lagi saat mendengar gonggongan Kouma, jadi bisa dipastikan Kouma masih aman. Gadis itu menghela nafas panjang, lalu berlari masuk ke lorong gang itu lagi. Tidak mau tau, entah dia mati atau hidup, dia harus berusaha mengambil Kouma. 

"Bodoh," hardik pria itu, sambil masuk ke dalam mobil. Tak lama kemudian, suara tembakan terdengar dua kali. Bahkan, suara gonggongan anjing juga sudah tidak terdengar. 

"Dia pasti sudah mati, iya, 'kan?" tanya pria itu pada asisten pribadinya. 

"Tidak, Tuan," jawaban itu membuatnya segera melihat keluar jendela. 

Akiko terjatuh, darah mengalir hebat dari pundaknya karena terkena tembakan. Bersamaan dengan itu, Kouma berjalan menyusul. Ternyata dua-duanya masih hidup, entah penjahat tadi memang tidak pandai menggunakan pistol atau hanya keberuntungan saja. 

"Aahh…," desis Akiko menahan darah agar tidak keluar semakin banyak. Ia menarik tali Kouma agar berjalan, takut jika pria tadi menyusul walau tadi sudah dipukul memakai batu. Lalu, Akiko memutuskan untuk segera pergi ke rumah sakit terdekat karena tangannya sampai tidak bisa digerakkan akibat luka tembak. Untung saja pelurunya meleset, jadi tidak terkena leher atau masuk ke bagian fatal tubuh Akiko. 

"Aku berubah pikiran, bawa dia besok saja," tegas pria di dalam mobil sambil terus mengamati Akiko. Tidak menyangka kalau Akiko berani membahayakan nyawanya demi menyelamatkan seekor anjing. 

***

"Papa, benar-benar menjual Akiko?" tanya Keinara dengan tatapan tidak percaya. Malam ini, akhirnya Keinara memutuskan untuk pulang dan bertanya soal Akiko pada papanya. Tapi, papanya justru panik dan tidak mau menjawab. Untung saja dia punya ide, yaitu bertanya pada pembantu di rumah itu dengan sogokan uang. 

"Pantas saja Akiko mengatakan bahwa kami tidak akan bertemu lagi," lanjut Keinara. 

"Jawab aku, Papa," tekan Keinara, hingga papanya menjawab dengan anggukan pelan. 

"Kenapa papa begitu jahat pada Akiko? kenapa?" tanya Keinara. 

"Papa tidak memaksanya, Kei. Dia tidak menolak atau melawan saat Papa memintanya," kata Mr. Eloise. 

"Dari dulu, Akiko memang seperti itu. Dia tidak melawan karena dia tau hasilnya akan sama saja, yaitu kemarahan Papa yang tidak manusiawi. Kenapa tidak aku saja? kenapa papa selalu memperlakukan Akiko semena-mena?" tukas Keinara. 

"Karena Akiko mirip dengan wanita itu! Wajahnya sangat mirip, sehingga aku terus mengingat bagaimana wanita itu berjalan dengan angkuhnya bersama pria lain," jelas Mr. Eloise. 

"Jadi, Papa sangat benci karena Akiko mirip dengan Mama?" Keinara bertanya memastikan. 

"Alasan yang sangat bodoh. Padahal, Mama selingkuh karena Papa tidak pernah memperlakukannya seperti istri. Papa selalu sibuk bekerja, lalu pulang dengan emosi meluap-luap dan melampiaskannya pada Mama. Papa pikir, adakah orang yang mau bertahan terus seperti itu?" desis Keinara. 

"Cukup, Keinara! Mamamu juga sering memukul Akiko! Kau jangan menyalahkan semua pada Papa," ucap Mr. Eloise. 

"Karena akar masalahnya adalah Papa! Semua awal kekerasan ini, bermula dari Papa! Bahkan … Akiko sampai takut untuk makan sehingga tubuhnya kurus. Tatapannya selalu kosong, bibirnya sering berdarah karena digigit sendiri untuk menahan tangis. Papa … dia hanya anak yang butuh rasa kemanusiaan dari orang tuanya," air mata Keinara turun begitu saja. 

"Padahal, dulu aku yang sudah merobek file milik Papa," lirihnya. 

"File?" bingung Mr. Eloise. 

"Iya, file penting yang membuat Papa memukuli Akiko habis-habisan. Aku yang melakukannya, tapi aku terlalu takut untuk mengaku. Jadi, Akiko yang menjadi pelindungku tanpa perduli kemarahan Papa. Kalau aku jadi Akiko, pasti aku sudah mati," tangis Keinara semakin menjadi. 

"Aku ingat sekali, dulu Papa pernah membelikan aku kue. Akiko sangat suka makanan manis, tapi dia tidak berani ikut makan saking takutnya pada Papa," Keinara ingat sekali, bagaimana wajah mungil Akiko menatap dari balik tembok, sambil sesekali menunduk sedih. 

"Aku sudah mengajaknya, tapi … dia menolak. Dia hanya minta sisa dari kue yang kita makan. Dan bodohnya, aku justru makan dengan bahagia tanpa memikirkan adikku yang menatap kelaparan," Keinara menjambak rambutnya sendiri, merasa sakit mengingat bagaimana perasaan Akiko waktu itu. 

Padahal, Akiko adalah anak yang tidak pernah melawan, tapi banyak sekali tuntutan untuk sempurna baginya. Keinara bisa mengancam, karena dia adalah anak pertama. Papanya khawatir, Keinara akan pergi dan tidak bisa meneruskan perusahaan. Kalau Akiko tentu tidak bisa mengancam, dia anak kedua, jadi papanya menganggap dia tidak penting. Mau Akiko mati juga tidak peduli. 

"Padahal, Akiko sudah berjuang mati-matian untuk hidup. Tapi, dengan brengseknya … Papa tidak ingat hal buruk apa saja yang Papa lakukan sejak dulu," lanjut Keinara. 

"Ingat, Papa. Jika suatu hari Akiko benar-benar pergi, Papa adalah orang yang akan paling menyesal," desis Keinara. 

"Di mana dia sekarang?" tanyanya. Tapi tidak kunjung dijawab, sampai Keinara harus membanting tasnya di atas meja sebagai gertakan. 

"Jawab! di mana Akiko sekarang!?" 

"Papa tidak tau, Papa hanya memberikan foto Akiko dan orang itu langsung menyetujuinya," jawab Mr. Eloise. 

"Siapa orang itu?" tanya Keinara. 

"Mr. Mckenzie. Tapi, Papa peringatan, jangan sesekali ikut campur dalam kehidupan Mckenzie. Sifatnya benar-benar kejam," jika sudah tau sifatnya kejam, kenapa masih menyerahkan Akiko pada pria itu? bingung Keinara. 

"Terserah Papa saja, aku tidak peduli kalau Papa mau membenciku. Tapi, yang jelas aku tidak akan membiarkan adikku sendirian lagi." 

Keinara meninggalkan Mr. Eloise yang menunduk diam. Beberapa detik kemudian, dia mengingat percakapannya dengan Akiko kemarin, yaitu tentang penyakit. Selama ini dia tidak peduli tentang kesehatan Akiko, bahkan berobat pun tidak tahu. 

"Dia sakit apa?" tanyanya pada diri sendiri. Pria tua itu mengutuk dirinya sendiri, merasa menyesal sudah bersikap begitu buruk. Dan inilah karma yang akan dia dapatkan, yaitu kehilangan Akiko.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status