Amora menatap Junior yang menghampiri mejanya, Amora menghentikan kegiatan meminum airnya.
"Kenapa?" tanya Amora dengan suara sedikit serak, mungkin karena terlalu semangat hari ini.
Junior duduk di kursi samping Amora, tangannya terulur untuk menyeka peluh di dahi Amora.
"Cuma mau tegasin sama mereka, lo punya gue.." bisik Junior dengan mencuri kecupan di rambut Amora.
Ayu dan Surya memekik tertahan, saking tidak sanggup menatap keuwuan pasangan yang sedang hangat - hangatnya itu.
"Malu ih, di liatin orang.." Amora berbisik dengan kesal.
Junior tidak peduli, wajahnya terlihat di tekuk tak bersahabat. Moodnya masih buruk.
"Kenapa sih?" Amora berbisik saat aura Junior menak
"Reska baik - baik saja, dia selalu bisa menjaga diri.." Ali melepas tasnya lalu membantu sang istri untuk duduk.Rumah kecil namun aman itu sudah mereka tempati hampir 6 tahun lamanya."Bunda mau ketemu, kapan semua berakhir.." Vanzania terbatuk pelan, tubuhnya kian kurus semenjak minggu lalu.Ali mengusap bahu sang istri, memeluknya dengan menghela nafas berat."Reska pasti temuin buktinya, dia bahkan sampai rela terjun ke dunia gelap agar bisa cari bukti itu.."Vanzania, atau sering di panggil bunda Vanza itu semakin cemas."Apa anak kita sampai mengkonsumsi obat terlarang?" suaranya bergetar dengan mata basah.
Amora menggeliat pelan, matanya merem melek saat Junior bermain di lehernya. Setelah sesi penjelasan dan makan malam. Junior mulai menyerangnya."Libur dulu.." pinta Amora dengan menggeliat gelisah, kedua matanya merem melek kegelian.Keaktifan tangan Junior sungguh menyiksa, membuai hingga rasanya akan meledak. Amora menggeliat."Sekali, lagi pengen, Mor.." bisik Junior dengan suara serak.Amora menggeliat."Ugh_" pekiknya saat gerakan Junior di bawahnya semakin bertambah."ber-berhenti.." erangnya tertahan.Kepala Amora mendongkak, ke kiri dan ke kanan. Rasanya tidak bisa di jelaskan, dia hanya merasa akan meledak.
"Makanya jangan terus di serang, lawan bisa lemah.." Sopyan menjitak wali pasien yang selalu menjadi pasien rahasianya itu.Junior mengusap kepalanya sekilas, untung mereka kenal hampir 7 tahun dan seumuran. Junior menatap Amora yang kini tertidur dengan sebelah tangan di infus."Jadi cuma kecapean?" Junior menatap Amora lurus dan sendu sesaat."Terus lo harap hamil?" Sopyan tersenyum mengejek."misi lo masih gantung, jangan dulu bikin dia bunting.." lanjutnya acuh tak acuh.Junior menghela nafas pelan."Udah mau kepala 3 gue, temen - temen gue udah punya 3, 5 anak, hebat.." takjubnya dengan tidak bertenaga."Pake pengaman selama seks?" Sopyan duduk di kursi kebanggaannya dengan santai.
Sapuan lembut di pipi membuat Amora perlahan terjaga, basah - basah yang mulai terasa. Amora menatap Junior yang mengecup basah pipinya itu."Bangun, makan malem.." Junior mengusap poni Amora dengan mengulum senyum tipis.Kenapa lucu sekali Amora yang baru bangun tidur. Seperti anak kecil yang masih mengantuk."Mau kemana?" tanya Amora dengan suara serak, menatap Junior yang rapih dengan celana dan kemeja hitam yang senada."Urusan.." singkat Junior seraya masih mengusap Amora dan sesekali mengecup lembut pipinya."Kemana?" Amora menatap Junior dengan menuntut jawaban, tangannya terulur pada lengan berurat yang mengusapnya itu.
"Kamu ada masalah sama, Amor?" tanya Jayden di balik ponsel.Junior melirik Amora yang sudah terlelap dengan jejak air mata yang masih terlihat."Iyah, aku cuma kecewa, ayah.."Helaan nafas terdengar di sebrang sana."Soal pil KB sama Amora yang engga mau punya anak?" tebaknya yang tepat sasaran.Junior tahu, pasti Amora yang mengadu saat dirinya masih di kamar mandi."Iyah, aku pikir Amora udah terima pernikahan ini.. Aku pikir setelah lulus kita akan punya anak.." Junior tersenyum miris."Kalian harus ngobrol berdua, dengan kepala dingin_" Jayden menjeda."Amora takut hamil, Junior. 3 tahun lalu, dia melihat oran
Brian kicep, menatap Junior antara ingin tertawa dan juga kesal. Penjelasan yang tidak lucu. 27 tahun? Usia Junior? Omong kosong macam apa yang dia dengar!"Reska, nama panggilan asli gue.." Junior masih memasang wajah serius, mengabaikan kejenuhan yang ketara di wajah Brian. Dia tidak akan menyerah."Gue cerita identitas asli gue karena gue butuh bantun.. Gue mau lo bawa Satria ke tempat gue, gue cuma mau ambil Chip dan ga akan sakitin sahabat lo.." pintanya dengan memohon.Brian menekuk wajahnya."Lo ngigau? Bangun, Jun.." dia hendak beranjak saking jengkelnya namun Junior tahan."Emang sulit di percaya, tapi gue emang lagi nyamar.. Gue mau cepet bahagiain adek lo, Bri.. Bantu gue.." pintanya.
Amora mengulum senyum, memeluk mertua yang baru 1 bulanan dia temui dan kenal. Sungguh baik mertuanya itu."Bunda Vanza, katanya mau bikinin makanan buat aku?" Amora mengurai pelukannya.Vanza yang sempat sakit kini sudah sangat sehat, sakit yang mungkin di sebabkan rasa rindunya pada anaknya.Semua sudah kembali normal, sidang putusan pun sudah selesai minggu kemarin dan Ali dinyatakan tidak bersalah.Jayden mangut - mangut, mendengarkan apa yang di ucapkan Ali. Besannya yang lebih tua 6 tahun itu."Jadi, akan mencalonkan lagi?" tanya Jayden jenaka."Ah, lebih baik memimpin keluarga dulu.. Gara - gara masalah kemarin - kemarinkan saya tidak bisa memimpin rumah tangga saya dan kumpul bersama.
"Istri kamu cemburuan ya, Res?" wanita dengan rambut ikal sepinggang itu terkikik geli.Junior hanya mengulum senyum, mendudukan tubuhnya di atas karpet yang ada di ruang belajar dengan pintu di biarkan terbuka itu.Junior tidak mau ambil resiko, dia tidak mau Amora banyak pikiran selama mengandung dan membuat kedua orang tercintanya kenapa - kenapa."Tatapannya kayak mau makan aku, jambakannya pasti sakit.." kikiknya lagi."tapi gemes, lucu.. Kalian beda usia berapa? Kayaknya dia baru lulus SMA ya?" tanyanya.Junior mengangguk dengan senyum tipis."Dia baru lulus, Tan.." balasnya.Tania mangut - mangut."Keliatan, masih muda.." kedua matanya memperhatikan Junior, aura seorang suami memang beda.Tania bisa melihat kalau Junior sangat cinta pada i